Tanggapan Menko Luhut Soal Laporan Bank Dunia tentang Infrastruktur RI

Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengaku telah mengantongi laporan Bank Dunia tersebut.

oleh Merdeka.com diperbarui 09 Jan 2019, 11:14 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2019, 11:14 WIB
Menko Luhut Bahas Industri Mobil Listrik Nasional Bareng DPR
Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan turut angkat suara soal beredarnya laporan Bank Dunia berjudul Infrastructrure Sector Assessment Program (InfraSAP).

Menurut Luhut, laporan yang menyatakan bahwa infrastruktur di Indonesia berkualitas rendah dan tak terencana matang tersebut adalah dokumen laporan yang salah kutip. Laporan terbaru ini pun telah dikantonginya.

"Bagus laporannya. Yang di-quote itu kan (laporan tahun) 2014. Enggak, saya baru dapat (laporannya)," kata dia, di Kemenko Maritim, Jakarta, kemarin.

Diketahui, dalam laporan tersebut, Bank Dunia mengkritisi kualitas proyek infrastruktur yang rendah, pembangunan infrastruktur yang didomonasi BUMN serta hingga tarif listrik yang dinilai terlampau murah.

Mantan Menko Polhukam ini membantah kualitas infrastruktur Indonesia menurun. Indikasinya adalah kinerja perekonomian Indonesia yang tetap bisa baik di tengah gejolak situasi global, seperti nilai tukar rupiah yang mulai menunjukkan tren penguatan.

"Bagus kok. Kita Dianggap banyak menyelesaikan masalah, kan kelihatan dari indikasi-indikasi ekonominya," kata Luhut.

"Kan kalau jelek tidak mungkin rupiah sekarang berapa tuh saham terus berapa tuh. Cadangan devisa naik. Jadi kan ukur-ukurannya di situ. Makroekonomi bagus," tambahnya.

Walaupun demikian, mantan Kepala Staf Kepresidenan ini mengakui bahwa proyek-proyek infrastruktur memang masih didominasi perusahaan pelat merah alias BUMN. Hal ini menjadi perhatian Presiden Joko Widodo

"Kalau BUMN itu benar bahwa tidak boleh proyek-proyek itu BUMN saja. Misalnya proyek-proyek itu harus banyak diberikan ke swasta. Kemarin memang banyak proyek-proyek stranded (terbengkalai) itu karena mau cepat, makanya diberikan ke BUMN, tapi setelah semua sudah jalan, sekarang orang sudah mulai rebutan," katanya.

Terkait utang BUMN yang semakin membengkak. Luhut mengatakan jumlah utang tersebut masih dikelola dengan baik, dan mendapat kepercayaan dari para investor. "Utang itu ya ada sedikit, tapi masih manageable," tandas Luhut.

 

Reporter: Wilfiridus Setu Umbu

Sumber: Merdeka.com

Cerita Luhut Telpon Presiden Bank Dunia untuk Tanya Alasan Resign

Purnawirawan TNI Cakra19 Dukung Jokowi - Ma'ruf di Pilpres 2019
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Kabar mengejutkan datang dari lembaga keuangan internasional. Presiden Bank Dunia, Jim Yong Kim mengumumkan pengunduran dirinya setelah enam tahun menjabat. Pengunduran diri ini berlaku mulai 1 Februari 2019.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengaku setelah mendengar kabar tersebut dia pun mengontak Jim Yong Kim secara pribadi.

Berdasarkan pembicaraan mereka berdua, Luhut mengatakan bahwa Jim berencana untuk bergabung dengan institusi swasta yang fokus pada investasi infrastruktur di negara-negara berkembang.

"Tadi saya telepon dengan Presiden World Bank yang resign, saya tanya kenapa Anda resign. Dia bilang saya mau resign karena dengan partner mau buat satu infrastructure fund untuk emerging market," kata dia saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Selasa (8/1/2019).

Lembaga yang menjadi tempat Jim Yong Kim berlabuh nanti, kata Luhut, memiliki kapasitas pendanaan hingga USD 1 triliun.

"Mereka siapkan USD 1 triliun komersial dengan bunga yang lebih bagus. Mereka bisa mobilisasi uang dari berbagai negara," kata Luhut.

Jim Yong Kim, dalam percakapan tersebut, menyebut bahwa Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang paling menarik sebagai tujuan investasi bidang infrastruktur.

"(Kata Jim) Saya lihat indo salah satu tempat yang baik untuk infrastruktur," tandasnya.

Reporter: Wilfridus Setu Embu   

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya