RI Fokus Benahi Bank Saat 1999, Reformasi Asuransi Sedikit Lambat

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution kembali bicara soal asuransi setelah 14 tahun lamanya.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Mar 2019, 21:17 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2019, 21:17 WIB
Perdagangan Perdana Bursa 2019
Menko Bidang Perekonomian, Darmin Nasution memberi sambutan saat membuka perdagangan saham perdana 2019 di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (2/1). IHSG menguat 10,4 poin atau 0,16 persen ke 6.204 pada pembukaan perdagangan saham 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution kembali bicara soal asuransi setelah 14 tahun lamanya.

Darmin Nasution mengangkat topik soal asuransi saat menjadi pembicara dalam acara Innovation Insurance Awards 2019.

"Saya sebetulnya, datang malam ini memang karena sudah lama sekali meninggalkan dunia perasuransian. Pada saat saya pindah ke DJP 14 tahun lalu. Sehingga kalau saya tidak datang malam ini, mungkin baru 14 tahun lagi saya bicara asuransi," ujar dia di UOB, Jakarta, Jumat (29/3/2019).

Usai nostalgia, Darmin melanjutkan, saat krisis 1999, asuransi menjadi salah satu instrumen keuangan yang luput dari perhatian pemerintah.

Saat itu, semua perhatian pemerintah tertuju pada penyelamatan perbankan. Hal ini pun membuat asuransi merasa terasingkan. 

"Dulu, 1999 kita tahu asuransi juga menderita bukan hanya perbankan. Tapi banyak sekali yang minta kenapa hanya bank, asuransi juga butuh. Cuma waktu itu keuangan kita tidak kuat. Sebagai akibatnya reform di asuransi menjadi sedikit lebih lambat," ujar dia.

Akibat dari hal ini, Darmin menuturkan, pertumbuhan sektor asuransi melambat. Saat ini pemerintah berharap dengan ada otoritas jasa keuangan (OJK) kiprah asuransi bisa terus membaik dan berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. 

"Mudah-mudahan dengan adanya OJK bisa lebih cepat berjalan karena bagaimana pun juga kita bandingkan asuransi digabung ekonomi makro, itu digabung dengan sektor yang lain. Tentu saja pertumbuhannya lumayan baik walau tidak stabil," ujar dia.

"Tahun lalu dia agak turun, dia kalah dengan jasa modern yang sedang berkibar di komunikasi dan informasi. Dan memang kita persis di dalam kancah tengah-tengah perkembangan ekonomi digital yang memang luar biasa. Artinya kita menyaksikan hal-hal yang tidak kita bayangkan di masa lalu," tandasnya. 

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

BMAI: Asuransi Tak Sepenuhnya Bisa Diambil Teknologi

Ilustrasi Asuransi (iStockphoto)
Ilustrasi Asuransi (iStockphoto)

Sebelum, maraknya platform jual beli online membuat semua transaksi dapat dilakukan dengan mudah lewat gawai. Tidak hanya barang mainstream, asuransi pun kini dapat dibeli di platform online.

Ketua Badan Mediasi dan Arbitrase Asuransi Indonesia (BMAI), Frans Lamury mengatakan, hal tersebut wajar karena tidak ada yang bisa menghentikan laju teknologi termasuk industri asuransi. Namun, pembelian polis hendaknya dilakukan tatap muka.

"Beli asuransi itu beli kepercayaan, tentunya lebih baik kalau tatap muka, langsung. Taruhannya fisik, bisa kesehatan, bisa benda berharga," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu 27 Maret 2019.

Meski asuransi kini terdigitalisasi, Frans mengatakan, hal itu tidak akan terjadi sepenuhnya. Masih banyak orang yang lebih suka membeli asuransi langsung karena ingin mendapat penjelasan yang baik tentang polis.

Faktanya, masyarakat Indonesia masih minim pengetahuan akan asuransi, padahal itu penting untuk dirinya sendiri. BMAI tidak jarang menerima keluhan dan kasus asuransi yang sebenarnya bisa diselesaikan jika penanggung memahami polis.

"Banyak yang datang (ke BMAI), rerata belum paham betul tentang asuransi. Ketika dijelaskan, mereka akhirnya menerima kenyataan bahwa ada persyaratan yang kurang," lanjutnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya