Liputan6.com, Jakarta - The International Monetary Fund (IMF) kembali memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global di 2019. Peningkatan ketegangan perdagangan dan kebijakan pengetatan moneter yang dijalankan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) menjadi landasan pemangkasan tersebut.
Mengutip CNBC, Rabu (10/4/2019), IMF mengatakan bahwa mereka mengharapkan ekonomi dunia tumbuh di angka 3,3 peren di tahun ini. Angka tersebut turun dari perkiraan sebelumnya yang ada di angka 3,5 persen.
Sedangkan untuk 2020, IMF cukup optimistis dengan memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh di angka 3,6 persen.
Advertisement
Laporan dari IMF ini keluar ketika kongres AS berjuang untuk meloloskan Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA) yang merupakan perjanjian perdagangan yang ditandatangani oleh Presiden AS Donald Trump denga mitra Meksiko dan Kanada. Perjanjian ini menggantikan perjanjian sebelumnya yaitu North Atlantic Free Trade Agreement (NAFTA).
Baca Juga
Sementara itu, saat ini pemerintahan Presiden Trump juga masih terus berjuang untuk menuntaskan kesepakatan perdagangan dengan China.
"Neraca risiko condong untuk mengarah ke penurunan," tulis laporan IMF.
Kegagalan menyelesaikan perbedaan yang mengakibatkan hambatan tarif yang menyebabkan biaya yang lebih tinggi dari barang setengah jari dan barang jadi. Hal tersebut membuat harga barang menjadi lebih tinggi bagi konsumen.
USMCA ditandatangani pada 30 November, tetapi sampai saat ini belum mendapat persetujuan dari kongres AS.
Kesepakatan ini harus melalui DPR yang dikuasai Demokrat dan dikritik oleh Senator Republik Chuck Grassley.
Jika kesepakatan antara ketiga negara ini gagal, permasalahan ekonomi AS akan sangat besar. Kanada dan Meksiko adalah dua dari tiga mitra dagang AS terbesar dan merupakan 30 persen berkontribusi kepada perdagangan global AS di 2018.
AS juga berusaha untuk mencapai kesepakatan dengan China, mitra dagang terbesarnya. China sendiri menyumbang hampir 16 persen dari perdagangan global AS tahun lalu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
ADB Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,2 Persen pada 2019
Sebelumnya, ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 5,2 persen pada 2019. Kemudian pertumbuhan ekonomi itu mencapai 5,3 persen pada 2020.
Hal itu disebutkan dalam laporan ekonomi tahunan ADB yaitu Asian Development Outlook (ADO) 2019.
Berdasarkan laporan baru Asian Development Bank (ADB) itu, ekonomi Indonesia masih akan ditopang dari kuatnya permintaan domestik.
"Dengan dukungan dari manajemen makroekonomi yang solid dan permintaan domestik yang kuat, momentum pertumbuhan Indonesia diharapkan berlanjut secara sehat," ujar Direktur ADB untuk Indonesia, Winfried Wicklein, seperti dikutip dari laman ADB, Kamis (4/4/2019).
Lebih lanjut ia menuturkan, untuk lebih lanjut mendorong pertumbuhan berkelanjutan dan inklusif diperlukan fokus yang berkesinambungan pada peningkatan daya saing, pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan penguatan ketangguhan.
ADB mengulas, investasi domestik yang kuat dan konsumsi domestik yang baik mampu mengimbangi pertumbuhan ekspor lebih lemah pada 2018, sehingga memungkinkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,2 persen.
Investasi yang kuat didorong terutama proyek infrastruktur publik di transportasi dan energi. Pertumbuhan sektor industri terakselerasi seiring meningkatnya keluaran dari pertambangan. Selain itu, ekspor seperti pakaian jadi dan alas kaki juga menguat.
Advertisement
Pendorong Pertumbuhan
ADB menyebutkan pertumbuhan pada 2019 dan 2020 kemungkinan terjadi di berbagai sektor.
Sejumlah proyek infrastruktur publik utama, baik yang sudah selesai dan dalam tahap penuntasan, memberikan fondasi kuat bagi peningkatan investasi swasta.
Perbaikan terhadap iklim investasi seperti perampingan administrasi pajak dan penyederhanaan perizinan usaha diyakini akan makin mendukung sentimen positif investor.