Produksi Gas Indonesia Tak Maksimal, Ini Sebabnya

SKK Migas menyebutkan produksi gas Indonesia pada semester I 2019 dibawah target APBN

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 10 Jul 2019, 14:44 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2019, 14:44 WIB
Mengintip Kilang Minyak Sei Pakning Milik Pertamina
Manager Production RU II Pertamina Sei Pakning Nirwansyah dan Health, Security & Safety Environment (HSSE) Officer Azhari meninjau area kilang RU II Sei Pakning, Bengkalis, Riau, Selasa (17/10). (Liputan6.com/Yulia)

Liputan6.com, Jakarta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan, produksi gas siap jual (lifting gas) semester I 2019 belum mencapai target akibat penyerapan yang belum optimal.

Kepala Divisi Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher mengatakan, total lifting gas semester I 2019 sebesar 5.913 MMSCFD atau 1,056 juta barel setara minyak per hari (Barel Oil Equivalent Per Day/BOEPD). Pencapaian ini masih di bawah target Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang sebesar 1,25 juta BOEPD.

"Untuk realisasi lifting gas dikisaran 86 persen dari target APBN," kata Wisnu, di Jakarta, Rabu (9/7/2019).

Disebutkannya, saat ini salah satunya kargo gas alam cair (Liqufied Natural Gas/LNG) di Bontang belum diserap maksimal oleh Pertamina sebagai pembeli. Akibatnya, pasokan gas mengalami penurunan.

Adapun, pada periode Juni 2019 hingga saat ini, rata-rata penurunannya sekitar 200 MMSCFD dari semua produsen gas di Kalimantan Timur.

"Penyerapan oleh buyer (pembeli) cukup menentukan (lifting gas)," tegas Wisnu.

Namun menurut Wisnu, seiring dengan estimasi kebutuhan energi yang lebih besar pada semester II 2019, penyerapan gas termasuk LNG diperkirakan akan lebih maksimal.

‎"SKK Migas bersama mitra KKKS terus berupaya melaksanakan program pengembangan secara berkelanjutan, serta juga melaksanakan eksplorasi untuk mencari cadangan migas yang baru," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Produksi Migas Smester I 2019 Capai 89 Persen

RU IV Cilacap, Kilang BBM Terbesar di Indonesia Milik Pertamina
Suasana kilang minyak Pertamina Refenery Unit IV Cilacap, Rabu (7/2). Kilang minyak RU IV Cilacap ini untuk memenuhi kebutuhan BBM bagi Masyarakat Pulau Jawa. (Liputan6.com/JohanTallo)

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, realisasi produksi minyak dan gas bumi siap jual (lifting migas) hingga Juni 2019 mencapai 89 persen dari target.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) target lifting migas sebesar 2 juta barel setara minyak per hari (Barel Oil Equivalent Per Day/BOEPD).

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, total lifting migas selama smester pertama 2019 sebesar 1,8 juta barel BOEPD, dengan rincian lifting minyak 752 ribu barel per hari (bph) dan lifting gas 1,06 juta BOEPD.

Target lifting migas 2019 diproyeksikan tercapai di semester dua 2019, dengan beroperasinya 8 dari 11 proyek hulu migas pada semester dua tahun 2019.

“Di tengah perkembangan dunia yang sangat pesat serta kebutuhan atas energi minyak dan gas yang semakin meningkat, penggunaan teknologi dalam usaha hulu merupakan sebuah keharusan dimana kerumitan area operasi dan eksplorasi juga semakin menantang,” kata Dwi, di Jakarta, Selasa (9/7/2019).

Menurutnya, salah satu transformasi dalam kegiatan operasi hulu migas yang akan diaplikasikan pada tahun ini adalah Integrated Operation Center (IOC), merupakan sebuah sistem integrasi data yang mencakup beberapa aplikasi atau layanan pengelolaan kinerja operasi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

Manfaat IOC

Kilang minyak
Di tengah kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, menemukan minyak dan gas bumi (migas) menjadi semakin sulit

Salah satu manfaat IOC adalah optimalisasi perencanaan pemeliharaan fasilitas karena terbukanya data secara terintegrasi. Dengan optimasi perencanaan di awal tahun kegiatan operasi pemeliharaan fasilitas, berpotensi mengefisiensi anggaran pemeliharaan fasilitas sebesar US$ 84 juta di tahun 2019.

Layanan dan aplikasi yang tergabung di dalam IOC antara lain Integrated Operation System for Production Dashboard, Oil and Gas Lifting Dashboard, Stock Management Dashboard, Plant Information Management System (PIMS), Facility Maintenance Monitoring and Project Monitoring, Vessel Tracking Information System (VTIS), Real Time Drilling Operation, dan Emergency Response Center (ERC). ‎

“Industri hulu migas membutuhkan sebuah transformasi dan diversifikasi usaha. Bukan hanya sekedar mencari dan memproduksikan migas saja, namun harus memperhatikan hal-hal yang menjadi kebutuhan dari pasar energi, tuntutan terhadap penggunaan energi yang lebih bersih, dan lain sebagainya," tandasnya.

‎Penggunaan teknologi dalam kegiatan pencarian migas dibahas dalam Forum Fasilitas Produksi Migas (FFPM) 2019, dilaksanakan pada 9-10 Juli 2019, di Semarang.

FFPM merupakan acara tahunan yang diselenggarakan Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi bersama SKK Migas. Mengangkat tema Inovasi dan Transformasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya