Menko Luhut Ingin Indonesia Jaga Hubungan Baik dengan China, Ini Alasannya

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menilai Indonesia harus tetap menjaga hubungan baik dengan China

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jun 2020, 16:50 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2020, 16:50 WIB
Menperin Airlangga dan Menko Luhut Hadiri Rakorbidnas III Kemaritiman PDIP
Menko Kemaritiman ‎Luhut Binsar Pandjaitan memberi pemaparan dalam Rakorbidnas III Kemaritiman PDIP, Jakarta, Minggu (8/4). Program ini fokus pada pengembangan Industri Maritim Terintegrasi Gotong Royong (IMT GR). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I tahun 2020 kontraksi hingga -6,8 persen dari tahun sebelumnya. Kondisi ini pun berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sebab, sebagaimana diketahui, Indonesia dengan China banyak menjalin hubungan kerja sama.

"Perkiraan dampak Covid-19 terhadap Indonesia itu dapat di Tiongkok," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dalam Rapat Kerja di Badan Anggaran di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (22/6).

Meski begitu, Luhut menilai Indonesia harus tetap menjaga hubungan baik dengan China. Sebab 18 persen perekonomian dunia hingga sebelum virus corona menyebar dikuasai negeri tirai bambu ini.

"Tiongkok itu 18 persen mengontrol ekonomi dunia, suka tidak suka kita ga bisa ignore keberadaan dia," kata Luhut.

Untuk itu, selain mempertahankan hubungan baik dengan China, upaya meningkatkan nilai investasi pun harus tetap dilakukan. Sebab sejauh ini China dinilai Luhut memenuhi kriteria investasi yang ditetapkan pemerintah Indonesia.

"Jadi dia (China) tak sekedar dia masuk. Ada lima kriteria mereka untuk masuk Indonesia," kata Luhut.

Lima kriteria investasi di Indonesia yaitu harus membawa teknologi kelas satu. Melakukan transfer teknologi. Membawa nilai tambah. Melakukan kerja sama B to B untuk menghindari deep trap.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tenaga Kerja

Jaminan Tenaga Kerja
Pekerja membersihkan kaca gedung bertingkat di kawasan Jakarta, Kamis (2/4/2020). Dari 128 juta angkatan kerja di Indonesia, hanya 39% atau 50 jutaan pekerja yang terlindungi jaminan sosial ketenagakerjaan. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Terakhir menggunakan tenaga kerja Indonesia sebanyak mungkin. Namun, dalam hal ini Indonesia belum memiliki tenaga teknis yang memadai dala bidang meteorologi.

Saat ini ada sekitar 8 persen TKA asa China dan Prancis yang bekerja di Indonesia. Sementra sisanya merupakan tenaga kerja Indonesia.

"Masih ada 8 persen TKA dari Tiongkok dan Perancis," kata dia.

Untuk itu, pemerintah membuat politeknik di Indonesia Timur untuk menyiapkan tenaga kerja yang ahli di bidang teknis. Tiga politeknik tersebut ada di Morowali, Konawe dan Wedabe yang mendatangkan dosen dari ITB, ITS dan kampus unggulan lainnya.

Diharapkan para lulusan politeknik ini akan menggantikan tenaga asing yang saat ini didatangkan langsung dari negara asal investor/

"Putra putri kita untuk menggantikan TKA di dalam itu, satu proses yang banyak tak dipahami," kata dia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya