Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat memperkirakan kemungkinan terburuk, bahwa pandemi virus corona (Covid-19) dapat membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi minus 3,8 persen pada kuartal II 2020.
Mantan Direktur Bank Dunia tersebut juga memproyeksikan, dalam kondisi terburuk perekonomian nasional bisa anjlok hingga -1,6 persen pada kuartal III 2020.
Baca Juga
Namun demikian, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Rahayu Puspasari mengatakan, penurunan yang dialami Indonesia masih lebih baik dibanding negara lain, yang perekonomiannya juga terpuruk akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Advertisement
"Seluruh negara mengalami hal yang sama, tidak unik ke Indonesia. Bahkan untuk Indonesia diproyeksikan lebih moderat dari negara lain," kata Puspa kepada Liputan6.com, Rabu (24/6/2020).
Adapun berdasarkan survei Bloomberg Economic Growth Forecast pada Juni 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2020 akan terkontraksi dalam hingga minus 3,1 persen. Namun, perolehan tersebut masih lebih baik ketimbang negara lainnya.
Sebagai contoh, negara tetangga Singapura diprediksi perekonomiannya akan turun -6,8 persen, lalu Malaysia yang terjerembab lebih dalam hingga minus 12,4 persen.
Hal serupa turut terjadi pada negara besar dunia. Semisal Amerika Serikat, yang pertumbuhan ekonominya diproyeksikan turun hingga -9,7 persen. Kemudian Jerman -11,2 persen, Inggris -15,4 persen, hingga yang terparah Perancis pada level -17,2 persen.
Â
Pemulihan Ekonomi Nasional
Dalam menghadapi situasi seperti ini, Puspa melanjutkan, program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) menjadi penting untuk digiatkan agar pertumbuhan ekonomi nasional bisa bangkit pada kuartal akhir 2020, atau setidak-tidaknya di tahun depan.
"Yang perlu menjadi highlight adalah bagaimana pelaksanaan PEN dapat berjalan efektif agar resesi amplitude-nya pendek dan speed pemulihannya lebih cepat. Itu effort yang sekarang sedang diupayakan pemerintah secara kolaboratif," ujar dia.
Advertisement