Rupiah Terus Melemah Dekati Level 15.000 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.585 per dolar AS hingga 14.725 per dolar AS.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 17 Jul 2020, 10:30 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2020, 10:30 WIB
FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Jumat ini. Rupiah melemah karena kekhawatiran akan meluasnya kembali pandemi Corona. Pelemahan rupiah ini terus mendekati level 15.000 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Jumat (17/7/2020), tupiah dibuka di angka 14.585 per dolar AS, menguat jika dibanding dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.625 per dolar AS. Namun kemudian rupiah melemah ke 14.725 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.585 per dolar AS hingga 14.725 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 6,20 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.780 per dolar AS, melemah jika dibandingkan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.632 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat bergerak melemah seiring kekhawatiran pasar bahwa pemulihan ekonomi bakal terhambat akibat masih terus meningkatnya kasus positif Covid-19.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Tekanan di Aset Berisiko

FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Penguatan Rupiah dipengaruhi aliran masuk modal asing yang cukup besar pada Mei dan Juni 2020. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat, mengatakan sentimen pasar keuangan pagi ini secara umum masih terlihat negatif.

"Tekanan terjadi di aset-aset berisiko seperti sebagian indeks saham Asia dan sebagian nilai tukar regional yang masih melemah terhadap dolar AS," ujarnya.

Menurut Ariston, kekhawatiran masih belum lepas di pasar keuangan. Memburuknya hubungan AS-China dan terus meningkatnya penularan Covid-19, dikhawatirkan akan menghambat pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.

Sebelumnya, data-data ekonomi yang dirilis baru-baru ini seperti data PDB China kuartal II 2020 dan data penjualan ritel AS Juni 2020, mengindikasikan ekonomi mulai bertumbuh.

"Sentimen tersebut bisa mendorong pelemahan rupiah hari ini meskipun BI kembali melonggarkan kebijakan moneternya untuk membantu pemulihan ekonomi Indonesia," kata Ariston.

Ia memperkirakan rupiah berpotensi melemah ke arah 14.750 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran 14.500 per dolar AS.

BI Yakin Rupiah Terus Menguat, Ini Faktornya

FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Mata uang Rupiah, Jakarta, Kamis (16/7/2020). Rupiah secara point to point pada triwulan II 2020 mengalami apresiasi 14,42 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat nilai tukar Rupiah tetap terkendali sesuai dengan fundamental. Rupiah secara point to point pada triwulan II 2020 mengalami apresiasi 14,42 persen.

Penguatan Rupiah dipengaruhi aliran masuk modal asing yang cukup besar pada Mei dan Juni 2020, meskipun secara rerata mencatat depresiasi 4,53 persen akibat level yang masih lemah pada April 2020.

"Pada awal Juli 2020, Rupiah dan mata uang regional sedikit tertekan seiring ketidakpastian global, termasuk akibat kembali meningkatnya risiko geopolitik AS-Tiongkok," ungkap Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Gedung Bank Indonesia, Kamis (16/7/2020).

Hingga 15 Juli 2020, Rupiah terdepresiasi 2,28 persen baik secara point to point maupun secara rerata dibandingkan dengan level Juni 2020. Dibandingkan dengan level akhir 2019, Rupiah terdepresiasi 4,83 persen (ytd).

Ke depan, Bank Indonesia memandang nilai tukar Rupiah masih berpotensi menguat seiring levelnya yang secara fundamental masih undervalued.

Penguatan didukung inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah, imbal hasil aset keuangan domestik yang kompetitif, dan premi risiko Indonesia yang mulai menurun.

Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar, Bank Indonesia terus menjaga ketersediaan likuiditas baik di pasar uang maupun pasar valas dan memastikan bekerjanya mekanisme pasar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya