Harga Minyak Bergerak Fluktuatif di Tengah Memanasnya Tensi AS-China

Harga minyak mentah berjangka Brent ditutup turun 3 sen ke level USD 43,34 per barel.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 25 Jul 2020, 07:30 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2020, 07:30 WIB
harga-minyak-mentah-merosot-130413b.jpg
Harga minyak

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak bergerak naik pada perdagangan Jumat (Sabtu waktu Jakarta) didukung oleh data ekonomi dari Eropa. Namun kenaikan tersebut dibatasi ketegangan antara Amerika Serikat dan China yang tengah meningkat.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (25/7/2020) harga minyak mentah berjangka Brent ditutup turun 3 sen ke level USD 43,34 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate naik 22 sen menjadi USD 41,29 per barel.

Ketegangan meningkat usai China memerintahkan Amerika Serikat untuk menutup konsulatnya di kota Chengdu pada Jumat kemarin.  Hal ini sebagai respon dari permintaan AS agar China menutup konsulatnya di Houston.

Ketegangan baru antara dua konsumen minyak teratas dunia memicu kekhawatiran tentang permintaan minyak, yang sudah lesu termasuk akibat meningkatnya kasus virus corona di Amerika Serikat.

Barclays Commodities Research mengatakan, harga minyak bisa melihat koreksi jangka pendek jika pemulihan permintaan bahan bakar melambat lebih lanjut, terutama di Amerika Serikat.

Namun, bank menurunkan perkiraan surplus pasar minyak di 2020 menjadi rata-rata 2,5 juta barel per hari (bph) dari 3,5 juta bph sebelumnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Aktivitas Bisnis di AS

Warga AS Unjuk Rasa Tuntut 'Stay at Home' Dicabut
Pengunjuk rasa memegang poster untuk memprotes imbauan ‘Stay at Home’ yang berlaku hingga 1 Mei di Ohio State House di Columbus, Ohio, Sabtu (18/4/2020). Mereka meminta kebijakan yang ditujukan mencegah penyebaran COVID-19 segera dicabut, karena berdampak terhadap perekonomian. (Megan JELINGER/

Aktivitas bisnis di AS meningkat ke level tertinggi dalam enam bulan terahkhir di Juli. Namun, perusahaan AS melaporkan penurunan permintaan barang karena kasus Covid-19 baru melonjak di seluruh negeri.

Pandemi yang bangkit kembali telah menggelapkan prospek ekonomi AS. Beberapa negara bagian telah menerapkan kembali pembatasan untuk menekan munculnya wabah baru. Hal ini diperkirakan akan mengurangi konsumsi bahan bakar.

Jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran mencapai 1,416 juta minggu lalu, secara tak terduga naik untuk pertama kalinya dalam hampir empat bulan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya