Harga Emas Tergelincir karena Optimisme Pengobatan Corona

Harga emas berjangka AS turun 0,4 persen menjadi USD 1.939,20 per ounce.

oleh Athika Rahma diperbarui 25 Agu 2020, 07:30 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2020, 07:30 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Harga emas berjangka AS turun 0,4 persen menjadi USD 1.939,20 per ounce. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas meluncur turun pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Penekan harga emas adalah optimisme atas otoriasi regulator kesehatan AS dengan pengobatan Covid-19 yang mendorong bursa saham.

Mengutip CNBC, Selasa (25/8/2020), harga emas di pasar spot turun 0,5 persen menjadi USD 1.929,12 per ounce, setelah sebelumnya melonjak 1 persen menjadi USD 1.961.40 per ounce.

Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,4 persen menjadi USD 1.939,20 per ounce.

Kepala analis Blue Line Futures Chicago Phillip Streible menjelaskan, harga emas baru saja berkonsolidasi karena indeks saham sentuh rekor tertinggi.

"Namun sebenarnya ekonomi AS masih butuh katalis yang lebih besar, membutuhkan stimulus fiskal tambahan, membutuhkan inflasi untuk meningkat, agar benar-benar berjalan, ”kata Streible.

S&P 500 dan Nasdaq mencapai rekor tertinggi setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan AS menyetujui penggunaan plasma darah pada pasien Covid-19 dan berdasarkan laporan administrasi Trump dapat mempercepat kandidat vaksin.

Sementara itu, pembicaraan antara Partai Demokrat dan Republik tentang undang-undang bantuan virus Corona tetap macet. Hal ini tentu saja masih menjadi mendongkrak harga emas karena stimulus tersebut sangat penting untuk mendorong ekonomi AS.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:

Harga Emas Diprediksi Kembali Meroket Pekan Ini

20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Harga emas berjangka AS turun 0,4 persen menjadi USD 1.939,20 per ounce. (iStockphoto)

Sebelumnya, analis menyebutkan satu peristiwa penting di pekan ini akan membawa putaran baru volatilitas ke pasar emas. Serta membantu harga emas pulih menyusul kerugian dua minggu berturut-turut.

Nilai tukar Dolar AS yang lebih kuat mampu menjaga harga emas di bawah tekanan untuk saat ini. Hal tersebut karena pasar tetap masih bingung dengan pesan Federal Reserve .

"Penggerak utama untuk aksi jual minggu ini adalah reaksi pasar terhadap risalah Fed," kata direktur Kitco Metals Global Trading Peter Hug dilandir dari laman Kitco, Senin (24/8/2020).

Pasar tengah menunggu pemerintah AS menghasilkan beberapa stimulus fiskal untuk menjaga perekonomian tetap berjalan. "Orang-orang menjadi panik dan pindah ke uang tunai. Dolar AS berbalik hampir 2 persen, ”katanya.

Setelah sempat jatuh di bawah USD 1.920 per ons, harga emas berjangka Comex Desember telah stabil di USD 1.943,80, turun 0,14 persen pada hari itu, dan turun 0,31 persen pada pekan ini. Sementara Indeks dolar AS naik di kisaran 93,35 pada Jumat (21/8) pekan lalu, atau naik 0,60 persen.

Adapun peristiwa penting yang akan berdampak ke harga emas tersebut adalah simposium Jackson Hole. Dimana pasar akan mendengar lebih banyak dari para gubernur bank sentral minggu depan selama simposium tahunan Jackson Hole.

“Setiap kali Ketua Fed berbicara, ada volatilitas yang signifikan. Apa yang pasar cari untuk melihat apakah Powell khawatir dan apa pandangannya tentang ekonomi tiga bulan dari sekarang. Jika dia menunjukkan tanda-tanda kekhawatiran yang bisa menciptakan volatilitas yang signifikan, ”kata Hug.

Direktur pelaksana RBC Wealth Management George Gero menyebutkan, perjalanan harga emas yang liar ini akan berlanjut minggu depan. Kemudian pidato Powell minggu depan akan menjadi salah satu peristiwa paling penting untuk disaksikan. "Orang-orang akan menahan perdagangan sampai mereka dapat mencerna pesan Fed," kata Gero.

Sementara, analis riset senior FXTM Lukman Otunuga mengatakan, penurunan harga emas dalam dua minggu terakhir tidak terlalu signifikan karena fundamental tetap bullish untuk emas.

“Rebound berpotensi terjadi. Dolar yang melemah secara luas, imbal hasil AS yang negatif, kegelisahan pra-pemilihan dan meningkatnya kasus virus korona di Amerika Serikat kemungkinan akan membuat emas bersinar dalam jangka menengah hingga panjang," ata Otunuga.

“Kelemahan berkelanjutan di bawah USD 1.960 dapat membuka jalan menuju USD 1.930 dalam jangka pendek. Jika USD 1.930 terbukti menjadi support yang tidak dapat diandalkan, maka harga emas mungkin akan tenggelam kembali ke level psikologis USD 1.900 sebelum bull mencoba untuk masuk kembali," sambung Otunuga.

Peristiwa lainnya yang harus diperhatikan terkait pergerakan harga emas pekan ini adalah rilisnya angka PDB Q2 AS.

“Rilis PDB Q2 minggu depan akan lebih lanjut mengungkapkan tingkat kerusakan dari beberapa bulan terakhir. Tahap kedua dari pemulihan sekarang sedang berlangsung jadi jangan berharap kelanjutan dari rebound cepat, "kata ekonom ING.

Publikasi data utama AS lainnya yang harus diperhatikan termasuk kepercayaan konsumen dan penjualan rumah baru, pesanan barang tahan lama, klaim pengangguran dan penjualan rumah yang tertunda pada, serta data pendapatan pribadi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya