OJK: Pemulihan Ekonomi Bergantung Berakhirnya Krisis Kesehatan

Ke depan, OJK memandang, ekonomi masih akan penuh tekanan karena masih adanya pandemi covid-19 dan kondisi geopolitik global.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Sep 2020, 17:51 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2020, 17:47 WIB
20161107-Ekonomi-RI-Jakarta-AY
Suasana gedung bertingkat nampak dari atas di kawasan Jakarta, Senin (7/11). Ilustrasi pertumbuhan ekonomi nasional.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Banyaknya stimulus yang disalurkan pemerintah melalui industri keuangan dan perbankan belum cukup mampu mendorong pemulihan ekonomi. Sebab, menurutnya ekonomi tidak akan bisa pulih, jika belum ada kepastian krisis kesehatan berakhir akibat pandemi covid-19.

"Kami menyadari, pemulihan ekonomi akan sangat bergantung pada kapan krisis kesehatan ini akan berakhir," ujar Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik OJK, Anto Prabowo dalam diskusi virtual, Selasa (22/9/2020).

Pemerintah sendiri telah memberikan stimulus melalui industri keuangan, khususnya kepada perbankan. Mulai dari subsidi bunga, penjaminan kredit, dan dukungan likuiditas dalam mendukung perbankan melakukan restrukturisasi dan memberikan tambahan kredit.

Ke depan, OJK memandang, ekonomi masih akan penuh tekanan karena masih adanya pandemi covid-19 dan kondisi geopolitik global.

Kendati demikian, perlu upaya untuk membangkitkan perekonomian agar bisa tercipta V-shape recovery, yaitu recovery yang solid dan cepat, dengan membuka aktivits masyarakat secara bertahap dan terukur.

OJK pun berencana untuk memperpanjang relaksasi restrukturisasi langsung lancar dan penetapan restrukturisasi hanya satu pilar sebagaiman diatur dalam POJK 11/2020. Kendati demikian, Anto tidak merinci sampak kapan relaksasi restrukturisasi itu akan berlangsung.

"Fokus kami ke depan, untuk memperpanjang relaksasi restrukturisasi langsung lancar dan penetapan restrukturisasi hanya satu pilar sebagaimana diatur dalam POJK 11/2020," tandasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video di bawah ini:

BI Catat Ekonomi Global dan Domestik Mulai Membaik

FOTO: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II 2020 Minus 5,32 Persen
Pedagang berjualan makanan ringan di bantaran Kanal Banjir Barat dengan latar belakang gedung pencakar langit di Jakarta, Kamis (6/8/2020). BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal II/2020 minus 5,32 persen akibat perlambatan sejak adanya pandemi COVID-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Bank Indonesia (BI) mencatat perekonomian global dan domestik secara bertahap mulai membaik. Hal ini seiring dengan stabilitas makroekonomi Indonesia yang tetap terjaga.

Perkembangan tersebut terutama didorong oleh perbaikan pertumbuhan ekonomi di China dan Amerika Serikat (AS). Sedangkan kinerja perekonomian Eropa, Jepang, dan India belum kuat.

Sejumlah indikator dini pada Agustus 2020 mengindikasikan prospek positif pemulihan ekonomi global, seperti meningkatnya mobilitas, berlanjutnya ekspansi PMI manufaktur dan jasa di AS dan Tiongkok, serta naiknya beberapa indikator konsumsi.

“Sementara itu, ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi dipengaruhi oleh isu geopolitik Tiongkok-AS, Tiongkok-India, dan di Inggris,” ujar Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Onny Widjanarko dalam keterangan resmi, Senian (21/9/2020).

Onny menambahkan, perekonomian domestik secara perlahan juga membaik, meskipun masih terbatas sejalan mobilitas masyarakat yang melandai pada Agustus 2020. Prospek berlanjutnya pemulihan ekonomi domestik banyak dipengaruhi beberapa hal.

Diantaranya, perkembangan mobilitas masyarakat sejalan dengan penerapan protokol COVID-19 di sejumlah daerah, kecepatan realisasi anggaran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, kemajuan restrukturisasi dan penjaminan kredit, serta akselerasi ekonomi dan keuangan digital khususnya untuk pemberdayaan UMKM.

“Ketahanan perekonomian Indonesia tetap baik. Hal itu tercermin pada neraca perdagangan yang tetap mencatat surplus, peningkatan cadangan devisa, nilai tukar Rupiah relatif terkendali di tengah tingginya tekanan pada Agustus-September 2020. Sementara itu, inflasi tetap rendah sejalan permintaan yang belum kuat dan pasokan yang memadai,’ jelas Onny.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya