Rupiah Berpotensi Menguat Seiring Harapan Stimulus di AS

Rupiah dibuka di angka 14.157 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 28 Des 2020, 10:15 WIB
Diterbitkan 28 Des 2020, 10:15 WIB
Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Petugas menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Rupiah dibuka di angka 13.355 per dolar AS, melemah tipis dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.341 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan awal pekan ini. Kurs rupiah pada awal pekan berpotensi menguat seiring dengan harapan cairnya paket stimulus di Amerika Serikat.

Mengutip Bloomberg, Senin (28/12/2020), rupiah dibuka di angka 14.157 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.200 per dolar AS. Namun menjelang siang rupiah melemah ke 14.165 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.157 per dolar AS hingga 14.167 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 2,16 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.184 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.282 per dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, harga aset berisiko terlihat positif pagi ini.

"Harapan terhadap dirilisnya stimulus fiskal baru Amerika Serikat dan tercapainya kesepakatan Brexit mendorong penguatan harga," ujar Ariston dikutip dari Antara, Senin (28/12/2020).

Pemberian stimulus fiskal dikabarkan berjumlah 900 miliar dolar AS dan di-bundle dengan anggaran belanja pemerintah untuk satu tahun hingga September 2021sebesar 1,4 triliun dolar AS atau akan setara dengan bantuan langsung tunai sebesar 600 dolar AS per orang.

Namun paket stimulus tersebut masih tersendat pada persetujuan dari Presiden AS Donald Trump yang ingin menaikkan bantuan langsung tunai 2.000 dolar AS per orang dan 4.000 dolar AS per orang untuk pasangan yang menikah.

"Dari dalam negeri, berita soal meningginya kasus covid yang bisa memicu pengetatan aktivitas , bisa menahan penguatan rupiah," kata Ariston.

Pada Minggu (27/11) kemarin, terjadi penambahan 6.528 kasus baru dan rasio dari kasus terkonfirmasi per jumlah tes atau positivity rate mencapai 22,2 persen.

Saat ini akumulasi kasus COVID-19 berjumlah 713.365 kasus, dengan pasien sembuh sebanyak 583.676 pasien atau 81,8 persen recovery rate.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah bergerak di kisaran Rp14.100 per dolar AS hingga Rp14.250 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rupiah Diprediksi Ada di Kisaran 13.250-13.750 per Dolar AS pada 2021

Rupiah Menguat di Level Rp14.264 per Dolar AS
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Ekonom sekaligus Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah, memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) akan cenderung menguat pada tahun 2021. Bahkan, Rupiah diyakini mampu kembali mendekati nilai fundamentalnya dikisaran Rp13.250 -Rp13.750 per USD.

"Kita perkirakan pada 2021 Rupiah akan punya potensi untuk lebih menguat. Rupiah yang saat ini sudah mulai bertahan menguat berpotensi kembali mendekati nilai fundamentalnya dikisaran Rp13.250-Rp13.750 per USD," ujar Piter dalam webinar bertajuk "CORE ECONOMIC OUTLOOK 2021," Rabu (18/11).

Piter mengatakan, penguatan nilai tukar Rupiah dipicu oleh membaiknya kinerja perdagangan Indonesia yang mengalami surplus hingga mencapai USD 13,5 miliar per September 2020. Dan diprediksi tren positif ini terus berlangsung hingga akhir tahun.

"Kita yakini neraca perdagangan yang sudah surplus ini terus melanjutkan kinerja baiknya hingga akhir tahun. Sehingga mendorong Rupiah untuk menguat," paparnya.

Selain itu, kemenangan Joe Biden di Pilpres Amerika Serikat (AS) 2020 diyakini akan berdampak baik bagi ekonomi Indonesia. Salah satunya peningkatan realisasi Foreign Direct Investment (FDI) atau investasi langsung dari AS ke Tanah Air.

"Peralihan kekuasaan dari Trump ke Biden jika berjalan lancar diyakini akan meningkat dan mendorong lahirnya investasi. Sehingga menciptakan emarging market (pasar yabg berkembang cepat) termasuk ke Indonesia," jelas dia.

Maka dari itu, Piter menyebut tak berlebihan jika nilai tukar Rupiah akan menguat tajam pada tahun depan. "Karena kita tahu neraca perdagangan surplus kemudian capital inflow itu akan mensupport supply dollar AS, jadi rupiah kita perkiraan 2021 akan punya potensi untuk lebih menguat," tutupnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com  

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona
Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya