Sebelum Dikuasai Taliban, ADB Prediksi Ekonomi Afghanistan Pulih di 2021

Ekonomi Afghanistan sempat turun tajam pada 2020 akibat pandemi COVID-19. Tapi kemudian Taliban menguasai negara ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Agu 2021, 15:40 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2021, 15:40 WIB
Potret Pedagang Pasar Tradisional di Kabul Afghanistan
Seorang pedagang minum teh sambil menunggu pelanggan di sebuah pasar tradisional di Kabul, Afghanistan, Rabu (9/10/2019). Pendapatan per kapita Afghanistan tercatat sebesar USD 1.150. (AP Photo/Tamana Sarwary)

Liputan6.com, Jakarta Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Afghanistan akan pulih tahun ini dan meningkat pada 2022. Prediksi ini muncul dalam laporan ADB pada Maret 2021 lalu.

Adapun saat ini, kondisi Afghanistan tengah terjadi konflik dan pemerintahan negara tersebut dikuasai Taliban.

Sebelumnya, ekonomi Afghanistan turun secara tajam terjadi pada 2020 akibat pandemi COVID-19, disusul dengan permasalahan kekerasan dan ketidakstabilan politik.

Melansir dari keterangan pers ADB, Rabu (18/8/2021), ADB memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Afghanistan akan pulih menjadi 3 persen pada 2021 dan naik menjadi 4 persen pada 2022, seiring dengan normalnya aktivitas bisnis dan sentimen pasar. Diketahui PDB menurun sebesar 5 persen pada 2020.

“Ekonomi Afghanistan mengalami gangguan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 2020 karena pandemi COVID-19, ketidakstabilan politik, dan kekerasan yang berkelanjutan. Hal tersebut memangkas layanan pengiriman uang, perdagangan, dan pendapatan,” papar Narendra Singru, Country Director ADB untuk Afghanistan.

Singru melanjutkan, “Dengan peluncuran vaksin COVID-19 yang sukses dan pemulihan pascapandemi, negara ini harus berada di jalur yang tepat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tahun ini dan pada 2022, ketika aktivitas bisnis dan sentimen pasar menjadi normal.”

Berdasarkan laporan Asian Development Outlook (ADO) 2021, publikasi ekonomi tahunan unggulan ADB, inflasi meningkat lebih dari dua kali lipat dari 2,3 persen pada 2019 menjadi 5,6 persen pada 2020, didorong oleh harga pangan yang lebih tinggi.

Inflasi harga pangan pada 2020 diperkirakan mencapai 10 persen dengan lonjakan tertinggi pada April. Adanya penutupan perbatasan dan panic buying mendorong inflasi menjadi 16,6 persen.

Inflasi diproyeksikan membaik menjadi 5 persen pada 2021 dan 4 persen pada 2022 karena pasokan makanan yang semakin meningkat.

Meskipun demikian, sejumlah risiko, seperti pelaksanaan vaksinasi di daerah terpencil dan tidak aman, konflik, kriminalitas, korupsi, ketidakstabilan politik, dan kerentanan sosial yang lebih luas masih mengancam. Jika tidak ditangani, dapat membebani ekonomi dan menghambat pemulihan.

UMKM Perlu Mendapatkan Dukungan

Potret Pedagang Pasar Tradisional di Kabul Afghanistan
Warga berbelanja di sebuah pasar tradisional di Kabul, Afghanistan, Rabu (9/10/2019). Produk Domestik Bruto Afghanistan tercatat sebesar USD 34 miliar. (AP Photo/Tamana Sarwary)

Pemulihan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang terkena dampak pandemi sangat penting mendapatkan dukungan untuk menjaga pendapatan dan mata pencaharian pekerja. Sebelum pandemi, UMKM diperkirakan menyediakan hampir 1,6 juta pekerjaan di bidang jasa dan industri.

Pemerintah menyetujui paket dukungan 2 tahun senilai USD 295 juta (Rp 4,2 triliun) pada Oktober 2020. Tujuannya untuk meningkatkan kondisi bisnis dan menerapkan langkah-langkah dalam menekan resesi yang mencakup dukungan untuk UMKM.

Untuk meningkatkan lingkungan bisnis, Afghanistan harus memfasilitasi akses UMKM ke pasar dengan mengembangkan infrastruktur, meningkatkan keamanan, membasmi korupsi, menyederhanakan peraturan, memperkuat hak milik dan penegakan kontrak, serta mempromosikan inovasi dan keterampilan tenaga kerja yang lebih baik. Selain itu, peningkatan akses ke kredit dan memperluas sektor bank formal lebih lanjut juga penting untuk dilakukan.

ADB berkomitmen untuk mewujudkan Asia dan Pasifik yang sejahtera, inklusif, tangguh, serta berkelanjutan sambil mempertahankan upayanya untuk memberantas kemiskinan ekstrem.

Reporter: Shania

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya