Kemenkeu: Sektor Manufaktur Belum Pulih dari Badai Pandemi Covid-19

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Purchasing Managers Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia pada Agustus 2021 berada pada angka 43,7

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Sep 2021, 11:14 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2021, 11:14 WIB
Implementasi TKDN akan memperkuat struktur manufaktur sehingga bisa mendongkrak daya saing industri sekaligus perekonomian nasional. (Dok Kemenperin)
Implementasi TKDN akan memperkuat struktur manufaktur sehingga bisa mendongkrak daya saing industri sekaligus perekonomian nasional. (Dok Kemenperin)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) merilis Purchasing Managers Index (PMI) sektor manufaktur Indonesia pada Agustus 2021 berada pada angka 43,7. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan bulan Juli 2021 yang sebesar 40,1.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menilai pandemi Covid-19 menjadi beban sektor manufaktur sejak Juli 2021 lalu.

Hal ini sejalan dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada Juli hingga saat ini. Namun penyebaran virus corona ini telah mencapai puncaknya pada 15 Juli lalu dengan 56.757 kasus. Lalu pada per 31 Agustus lalu jumlah kasus aktif tinggal 10.534 kasus.

"Penyebaran Covid-19 masih menjadi penyebab terbeninya sektor manufaktur selama dua bulan berturut-turut sejak Juli 2021. Namun demikian saat ini telah mampu memperbaiki indikator produksi dan permintaan, meski masih dalam level yang kontraktif," kata Febrio dalam keterangan resminya, Jakarta, Jumat (3/9/2021).

Kontraksi PMI Manufaktur juga terjadi di beberapa negara. Termasuk keenam negara konstituen PMI lainnya di ASEAN yakni Myanmar (Juli: 33,5, Agustus: 36,5), Vietnam (Juli: 45,1, Agustus: 40,2), Malaysia (Juli: 40,1, Agustus: 43,4), Singapura (Juli: 56,3, Agustus: 44,3), Filipina (Juli: 50,4, Agustus: 46,4), dan Thailand (Juli: 48,7, Agustus: 48,3). PMI Manufaktur di ASEAN sebagian besar mengalami penurunan dari bulan Juli akibat tren kasus yang masih cukup tinggi dan bervariasinya kebijakan re-opening yang dilakukan negara-negara tersebut.

Febrio mengatakan meski angkanya membaik dibandingkan posisi Juli, output dan permintaan baru masih terkontraksi pada bulan Agustus. Hambatan pada produksi dan permintaan ini disebabkan oleh eskalasi kasus Covid-19, meski tekanan tersebut sedikit mereda seiring puncak kasus di bulan Juli yang telah terlewati. Permintaan ekspor baru juga masih tercatat menurun meski dalam kisaran yang lebih lambat.

Disisi lain, perusahaan masih mewaspadai gelombang kedua Covid-19, sehingga masih terdapat pengurangan tenaga kerja. Kebijakan WFH dan absen kerja karena Covid-19 menyebabkan penurunan kapasitas perusahaan.

"Hal ini tercermin dari peningkatan akumulasi penumpukan pekerjaan," kata dia.

Dari sisi pembelian dan stok, perusahan juga mengurangi aktivitas pembelian meski pada laju yang lebih rendah dibandingkan Juli. Kendala pengiriman yang masih disebabkan oleh gangguan Covid-19 menyebabkan perpanjangan waktu pemenuhan pesanan selama 19 bulan berturut-turut. Selain karena kendala tersebut, permintaan yang masih menurun juga membuat stok barang jadi di sektor manufaktur tercatat meningkat.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Sisi Harga

Penggunaan robot di industri manufaktur
Penggunaan robot di industri manufaktur (dok: Universal Robot)

Sementara dari sisi harga, Covid-19 terus menyebabkan kenaikan biaya input dan output. Kenaikan harga bahan baku membuat akselerasi inflasi harga input yang tercepat sejak Januari 2014. Perusahaan masih meneruskan sebagian beban biaya kepada klien sehingga biaya output juga tercatat menguat.

Secara keseluruhan, sentimen pada perusahaan manufaktur Indonesia melemah sejak bulan Juli seiring diberlakukannya PPKM Jawa-Bali sebagai upaya pengendalian pandemi. Namun demikian, tingkat kepercayaan bisnis terkait perkiraan produksi setahun ke depan masih berada di atas rata-rata survei.

Kondisi ini mencerminkan harapan perbaikan dalam situasi Covid-19. Untuk itu, kata Febrio, Pemerintah akan terus melakukan percepatan vaksinasi dan memberikan stimulus bagi dunia usaha melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Tujuannya agar pandemi Covid-19 semakin terkendali dan kepercayaan dunia usaha dapat kembali meningkat.

"Kerja sama masyarakat juga harus terus didorong untuk menjaga momentum pemulihan yang sedang berlangsung sehingga lebih lanjut mendorong pemulihan sektor manufaktur yang strategis bagi perekonomian", ujar Febrio.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya