Tahan Lagi Suku Bunga di Level 3,5 Persen, Ini Alasan Bank Indonesia

Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5 persen pada September 2021

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Sep 2021, 16:00 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2021, 16:00 WIB
Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5 persen pada September 2021. Tingkat suku bunga deposit facility dan lending facility masing-masing juga tetap sebesar 2,75 persen dan 4,25 persen.

"Rapat Dewan gubernur memutuskan mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate tetap sebesar 3,5 persen, suku bunga deposit facility tetap 2,75 persen dan bunga lending facility sebesar 4,25 persen," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam konferensi pers secara daring, Selasa (21/9).

Perry menerangkan, keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan sistem keuangan, di tengah prakiraan inflasi yang rendah dan upaya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, Bank Indonesia juga terus mengoptimalkan seluruh bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta mendukung upaya perbaikan ekonomi lebih lanjut, melalui berbagai langkah berikut:

1. Melanjutkan kebijakan nilai tukar Rupiah untuk menjaga stabilitas nilai tukar yang sejalan dengan fundamental dan mekanisme pasar;

2. Melanjutkan penguatan strategi operasi moneter untuk memperkuat efektivitas stance kebijakan moneter akomodatif;

3. Memperkuat kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK) dengan pendalaman asesmen transmisi SBDK dan SB Kredit baru per jenis kredit berdasarkan Kelompok Bank (Lampiran);

4. Mendorong akselerasi perluasan merchant QRIS khususnya di pasar-pasar, pusat perbelanjaan, dan tempat ibadah, untuk meningkatkan integrasi ekosistem ekonomi dan keuangan digital sekaligus mendukung protokol kesehatan;

5. Memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah terkait pelaksanaan uji coba digitalisasi bansos dan elektronifikasi transaksi pemerintah untuk mendorong realisasi belanja pemerintah; dan

6. Memfasilitasi penyelenggaraan promosi perdagangan dan investasi serta melanjutkan sosialisasi penggunaan Local Currency Settlement (LCS) bekerja sama dengan instansi terkait. Pada September dan Oktober 2021 akan diselenggarakan promosi investasi dan perdagangan di Jepang, China, dan Inggris.

"Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan dan meningkatkan kredit/pembiayaan kepada dunia usaha pada sektor-sektor prioritas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, ekspor, serta inklusi ekonomi dan keuangan," tutupnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Bank Indonesia Sudah Suntik Likuditas Rp 122,3 Triliun di September 2021

BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia terus menggenjot suntikan likuiditas atau quantitative easing ke perbankan selama masa pandemi Covid-19. Hingga 17 September 2021, bank sentral tercatat sudah memberikan injeksi likuditas senilai Rp 122,3 triliun.

Bank Indonesia sudah menambah quantitative easing sebesar Rp 122,3 triliun pada 2021, yaitu hingga 17 September 2021. Di atas injeksi likuiditas atau kuantitatif easing pada 2020," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam sesi teleconference, Selasa (21/9/2021).

Perry menyampaikan, Bank Indonesia juga melanjutkan kerjasama untuk pembiayaan APBN melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana.

Hingga 17 September 2021, Bank Indonesia telah melakukan pembelian SBN sebesar Rp 139,84 triliun. Terdiri dari Rp 64,38 triliun melalui lelang utama, dan Rp 75,46 triliun lewat lelang tambahan (greenshoe options).

"Dengan ekspansi moneter tersebut, kondisi likuditas pada perbankan per Agustus 2021 sangat longgar. Rasio alat likuid per Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tinggi mencapai 32,67 persen. Dan pertumbuhan dana pihak ketiga 8,81 persen secara year on year (yoy) terangnya.

Oleh karenanya, Perry mengajak pihak perbankan yang telah diberi pelonggaran oleh Bank Indonesia untuk terus melanjutkan penurunan suku bunga kredit.

Terlebih bank sentral pun kembali mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 Daya Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,50 persen pada September 2021 ini.

"Suku bunga kredit terus turun meskipun relatif masih terbatas. Bank Indonesia mengharapkan perbankan untuk terus melanjutkan penurunan suku bunga kredit, sehingga dapat mendukung pemulihan ekonomi," pintanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya