4,3 Juta Pekerja di Amerika Serikat Pilih Berhenti Kerja, Kenapa?

Amerika Serikat melaporkan jumlah rekor para pekerja yang berhenti dari pekerjaan mereka.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 13 Okt 2021, 15:06 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2021, 14:50 WIB
Melihat Suasana Malam Kota New York di Tengah Penyebaran COVID-19
Seorang wanita berjalan melalui Times Square di New York, Senin, (16/3/2020). Gubernur Andrew Cuomo mengatakan restoran dan bar akan pindah ke layanan take-out dan pengiriman saja imbas merebaknya penyebaran Covid-19. (AP Photo/Seth Wenig)

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 4,3 juta pekerja di Amerika Serikat berhenti kerja (resign) pada Agustus 2021. Angka ini menjadi rekor baru dari besarnya pengaruh yang dimiliki pekerja dalam situasi ekonomi di sana.

Mengutip CNN, Rabu (13/10/2021) sekitar 2,9 persen tenaga kerja di Amerika Serikat resign pada Agustus 2021, naik dari 2,7 persen pada bulan Juli, menurut laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS).

Angka tersebut menandai tingkat resign tertinggi sejak laporan itu dimulai pada akhir tahun 2000.

Menurut laporan tersebut, jumlah pekerja yang resign naik sebanyak 242.000 dari Juli 2021. Kenaikan itu dikarenakan lebih banyak warga di Amerika menuntut gaji yang lebih tinggi, kondisi kerja yang lebih baik, dan pengaturan yang lebih fleksibel.

Jumlah pekerja di AS yang resign meningkat di industri akomodasi dan layanan makanan, perdagangan grosir dan pendidikan pemerintah negara bagian dan lokal.

"Jika Anda tidak senang dengan pekerjaan Anda atau menginginkan kenaikan gaji, di lingkungan saat ini cukup mudah untuk mencari pekerjaan baru," kata Gus Faucher, kepala ekonom di bank PNC.

Sejumlah perusahaan di AS kini terus menghadapi kekurangan jumlah pekerja yang serius.

Jumlah lowongan pekerjaan di AS tetap cukup tinggi pada akhir Agustus 2021, yaitu sebanyak 10,4 juta, menurut laporan JOLTS. Namun, jumlah itu menandai penurunan seebesar 659.000 dari akhir Juli 2021.

Angka-angka tersebut menunjukkan kekurangan pekerja bahkan lebih buruk daripada yang terlihat musim panas ini.

Jumlah lowongan pekerjaan di AS pada Juli 2021 direvisi lebih tinggi menjadi 11,1 juta, rekor tertinggi sejak laporan JOLTS dimulai pada tahun 2000.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Awal Zaman Keemasan bagi Pekerja di AS?

Saat Jalanan Kota New York Jadi Area Makan
Orang-orang berjalan melalui restoran yang mengoperasikan area luar ruangan (outdoor) hingga ke trotoar dan jalanan di New York, 3 Oktober 2020. Kota itu mengizinkan restoran membuat area makan outdoor sebagai upaya mengatasi dampak ekonomi COVID-19 yang berkelanjutan. (AP Photo/John Minchillo)

Joe Brusuelas, kepala ekonom di jaringan multinasional kantor akuntan RSM, mengatakan naiknya jumlah pekerja yang resign di AS mungkin merupakan awal dari  "zaman keemasan bagi pekerja Amerika," atau yang disebut sebagai Golden age.

"Pekerja Amerika sekarang yakin bahwa mereka memiliki kekuatan tawar dan dapat memperoleh upah yang wajar  dan memiliki pengaruh terhadap bentuk kondisi kerja," kata Brusuelas.

Daya tawar itu berasal dari kesediaan mereka untuk berhenti dari pekerjaan yang tidak mereka sukai dan mencari pekerjaan baru.

Dan pergeseran ini tidak hanya berpusat pada ekonomi sederhana, tetapi penilaian ulang yang lebih luas seputar kualitas hidup dan tujuan, menurut Brusuelas.

"Inilah yang terjadi setelah perang besar atau depresi," sebut Brusuelas.

"Sulit untuk dikenali saat Anda berada di dalamnya, tetapi kami telah melihat situasi mengejutkan yang telah menimbulkan perubahan tak terduga pada populasi. Dan itu akan memakan waktu untuk memilah-milah," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya