Rupiah Perkasa Dibayangi Kenaikan Suku Bunga Acuan AS

Kurs rupiah pagi ini bergerak menguat 2 poin atau 0,01 persen ke posisi 14.975 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.977 per dolar AS.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 20 Jul 2022, 10:36 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2022, 10:36 WIB
FOTO: Bank Indonesia Yakin Rupiah Terus Menguat
Teller menghitung mata uang Rupiah di Jakarta, Kamis (16/7/2020). Kurs rupiah pagi ini bergerak menguat 2 poin atau 0,01 persen ke posisi 14.975 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.977 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah masih bergerak menguat pada hari ini Rabu 20 Juni 2022 seiring turunnya ekspektasi besaran kenaikan suku bunga The Fed.

Kurs rupiah pagi ini bergerak menguat 2 poin atau 0,01 persen ke posisi 14.975 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.977 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah berpotensi menguat hari ini terhadap dolar AS seiring dengan membaiknya sentimen pasar terhadap aset berisiko pagi ini.

"Indeks saham Asia bergerak positif di pembukaan pagi ini mengikuti penguatan indeks saham Eropa dan AS semalam. Sentimen positif ini dipicu oleh hasil positif laporan pendapatan perusahaan di Eropa dan AS," ujar Ariston dikutip dari Antara, Rabu (20/7/2022).

Selain itu, lanjut Ariston, turunnya ekspektasi pelaku pasar terhadap besaran kenaikan suku bunga acuan AS pada Juli dari 100 basis poin kembali ke 75 basis poin seperti yang disinyalkan oleh pejabat bank sentral AS The Fed, juga membantu mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya.

Sekarang, menurut Fed Watch Tools, probabilitas kemungkinan naik 75 basis poin pada Juli sebesar 64 persen, sementara 100 basis poin sebesar 36 persen.

"Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan pada rapat Bank Sentral Eropa besok malam sebesar 50 basis poin, juga membantu menekan nilai tukar dolar AS," kata Ariston.

Ia menambahkan, bank sentral global lainnya juga masih akan menaikkan suku bunga acuannya untuk memerangi inflasi di negaranya masing-masing, seperti Australia, Inggris, dan Kanada.

Kebijakan tersebut kembali memperbesar selisih atau spread dengan suku bunga acuan AS yang membuat dolar AS tertekan terhadap nilai tukar lainnya.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Suku Bunga Acuan AS

FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di Jakarta, Rabu (30/12/2020). Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 80 poin atau 0,57 persen ke level Rp 14.050 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Di sisi lain, kenaikan agresif suku bunga acuan AS tahun ini masih menjadi penekan nilai tukar rupiah karena spread suku bunga acuan AS dan Bank Indonesia menyempit.

"Aset dolar AS menjadi lebih menarik. Pasar masih menunggu kebijakan BI yang terbaru di hari Kamis ini," ujar Ariston.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak menguat ke level 14.930 per dolar AS dengan level resisten 15.000 per dolar AS.

Pada Selasa (19/7/2022) lalu, rupiah ditutup menguat 4 poin atau 0,03 persen ke posisi 14.977 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.981 per dolar AS.

BI Klaim Pelemahan Rupiah Tak Seburuk Ringgit Malaysia

Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengklaim, pelemahan nilai tukar Rupiah atau Depresiasi masih lebih baik ketimbang sejumlah negara berkembang lainnya di tengah tekanan geopolitik dunia akibat konflik Rusia dan Ukraina.

Tercatat, nilai tukar Rupiah sampai dengan 22 Juni 2022 terdepresiasi sekitar 4,14 secara year to date (ytd).

Gubernur BI Perry Warjiyo bilang, capaian tersebut lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang kawasan Asia Selatan maupun Asia Tenggara. Seperti India 5,17 persen, Malaysia 5,44 persen, dan Thailand 5,84 persen.

"Depresiasi Rupiah masih lebih baik ketimbang mata uang sejumlah negara berkembang lainnya," ujarnya dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - Juni 2022, Kamis (23/6/2022).

Perry menjelaskan, depresiasi Rupiah tersebut sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara untuk merespons peningkatan tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Sementara itu, pasokan valas domestik tetap terjaga dan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia tetap positif.

Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi kurs Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi.

"Hal ini untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional," tutupnya.

Infografis Nilai Tukar Rupiah
Infografis Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya