Langkah BNI Hadapi Kenaikan Suku Bunga Acuan BI

BNI menyatakan kenaikan suku bunga acuan ini pasti akan berdampak terhadap kenaikan biaya dana terutama deposito.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 24 Okt 2022, 21:19 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2022, 21:19 WIB
Paparan publik kinerja kuartal III 2022 PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), Senin (24/10/2022) (Foto: BNI)
Paparan publik kinerja kuartal III 2022 PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), Senin (24/10/2022) (Foto: BNI)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) resmi menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin menjadi 4,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 19 - 20 Oktober 2022. 

Dengan demikian, hal tersebut akan memberikan dampak terhadap bunga dana maupun bunga kredit perbankan.

Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) Novita Anggraini menuturkan, kenaikan bunga acuan ini pasti akan berdampak terhadap kenaikan biaya dana terutama deposito. Sejak September BNI sudah mulai menyesuaikan rate deposite (tingkat bunga deposito) valas sebesar 5 sampai 30 bps serta tingkat bunga kredit valas juga disesuaikan dengan besaran 1 hingga 2 persen.

"Kemudian deposito dan juga pinjaman rupiah belum ada perubahan pada kuartal III, namun tentu akan terus kita review pada kuartal IV tahun ini," kata Novita dalam konferensi pers, Senin (24/10/2022).

Dia menuturkan, penyesuaian di suku bunga khususnya di suku bunga deposito valas ini memang diperlukan untuk memenuhi tingginya permintaan kredit valas.

"Langkah konservatif yang kami lakukan dalam menyikapi kenaikan suku bunga acuan, kami ambil untuk mendukung perkembangan debitur yang memang baru saja mulai pulih dari dampak pandemi COVID serta kami juga menjaga kualitas portfolio pinjaman," kata dia.

Novita mengungkapkan, BNI memang terus menyeimbangkan antara margin perusahaan dengan kondisi nasabah. Biaya dana pun diproyeksikan akan mulai meningkat secara bertahap pada kuartal IV tahun ini.

"Apabila kita lihat ke depan kita melihat bahwa kondisi likuiditas akan semakin ketat ini juga diiringi dengan apa penyesuaian suku bunga simpanan terutama deposito sehingga memang kami memproyeksikan cost of fund akan mulai meningkat secara bertahap mulai dari kuartal IV tahun ini," kata Novita.

 

 


Portofolio Pinjaman BNI

Gedung BNI (Dok: BNI)
Gedung BNI (Dok: BNI)

Saat ini memang sekitar 85 persen dari portofolio pinjaman BNI terdiri dari pinjaman dengan suku bunga floating. Sehingga pada dasarnya BNI memiliki fleksibilitas untuk mengelola margin seiring dengan tren kenaikan suku bunga.

"Namun manajemen juga sepakat bahwa yang menjadi prioritas kita adalah kualitas aset tentunya penyesuaian kredit di BNI bener-bener kita lakukan review dan juga secara selektif akan kita terapkan dengan memperhatikan kondisi dari masing-masing nasabah," kata dia.

Kondisinya adalah bagaimana loyalitas nasabah tersebut terhadap BNI di mana ini tercermin dari volume transaksi di BNI.

"Terkait cost of kredit kita melihat bahwa tren perbaikan kualitas kredit ke depan ini terus membaik dan kita melihat juga bahwa pembentukan CKPN yang sudah dibentuk oleh BNI sudah berada di level yang cukup di mana coverage kita mencapai 270 persen, ini jumlah yang sangat cukup untuk mengcover risiko di masa yang akan datang," ungkapnya.


Pertumbuhan Kredit BNI

Gedung BNI (Foto:BNI)
Gedung BNI (Foto:BNI)

Sebelumnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan kredit 9,1 persen secara tahunan menjadi Rp 622,61 triliun dengan fokus pada segmen berisiko rendah, debitur top tier di setiap sektor industri prospektif, serta regional champion di masing-masing daerah. 

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, pertumbuhan kredit sebesar 9,1 persen secara tahunan menjadi Rp 622,61 triliun. Diharapkan, eksposur kredit berkualitas tinggi ini berdampak pada perbaikan kualitas kredit dalam jangka panjang.

Pertumbuhan kredit pada kuartal III 2022 ini didorong oleh kredit korporasi swasta yang mencapai Rp 211,9 triliun atau tumbuh 20,4 persen secara tahunan, selanjutnya diikuti oleh segmen large komersial tercatat sebesar Rp 49,4 triliun tumbuh 22,3 persen secara tahunan.  

Pada segmen kecil, pertumbuhan terutama pada kredit usaha rakyat (KUR) yang tercatat sebesar Rp 51,3 triliun atau naik 24,3 persen secara tahunan, dan untuk segmen konsumer mencapai Rp 106,9 triliun atau naik 11,3 persen secara tahunan dengan pertumbuhan terutama pada produk payroll loan.  

 

 


Pertumbuhan NIM

Gedung BNI
Gedung BNI (Dok: BNI)

Pertumbuhan ini sejalan dengan strategi manajemen untuk tumbuh dengan sehat dan sustain dengan menyasar pada debitur top tier di segmen industri prospektif diiringi dengan kebijakan manajemen risiko yang prudent.

"Sebagai penopang pertumbuhan kredit, BNI mengandalkan pendanaan terutama dari current account savings account (CASA) yakni tabungan dan giro. Rasio CASA BNI mencapai 70,9 persen dari total dana pihak ketiga (DPK). Angka ini merupakan pencapaian yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir ini,” kata Royke dalam konferensi pers, Senin (24/10/2022). 

Dengan performa tersebut, Net Interest Income (NIM) BNI tumbuh 5,2 persen secara tahunan menjadi Rp 30,2 triliun. Non-Interest Income juga tumbuh baik mencapai 7,8 persen secara tahunan menjadi Rp11 triliun, yang didorong oleh transaksi digital dan fee dari bisnis sindikasi, sehingga BNI mencetak pendapatan operasional sebelum pencadangan atau pre-rovisioning operating profit (PPOP) sebesar Rp 25,8 triliun atau meningkat 9,7 persen secara tahunan.

"Kami sangat bersyukur sampai dengan kuartal ketiga 2022 ini, kami dapat konsisten membukukan kinerja yang solid di tengah berbagai tantangan ekonomi global maupun domestik,” kata Royke.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya