Tak Setinggi Perkiraan, Inflasi AS 7,7 Persen di Oktober 2022

Inflasi konsumen di Amerika Serikat mulai mereda, melambat menjadi 7,7 persen pada Oktober 2022.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Nov 2022, 13:10 WIB
Diterbitkan 11 Nov 2022, 13:10 WIB
Indeks harga konsumen Amerika Serikat
Orang-orang menelusuri pakaian yang dijual di dalam Grand Central Market di pusat kota Los Angeles, California, Jumat (11/3/2022). Laju inflasi AS pada Februari 2022 melonjak ke level tertinggi dalam 40 tahun. Ini didorong naiknya harga bensin, makanan dan perumahan. (Patrick T. FALLON/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Inflasi konsumen di Amerika Serikat mulai mereda pada Oktober 2022, meski masih berada di level yang cukup tinggi dan belum mencapai target Bank Setral AS atau The Federal Reserve. 

Dilansir dari Channel News Asia, Jumat (11/11/2022) Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa inflasi tahunan melambat menjadi 7,7 persen pada Oktober 2022, menandai kenaikan terendah sejak Januari 2022. 

Angka tersebut juga mendorong harapan di AS bahwa lonjakan biaya hidup akan mulai surut. Presiden Joe Biden pun menyambut penurunan inflasi ini. 

"(Angka ini) menunjukkan diperlukannya jeda lonjakan inflasi di toko kelontong kita menjelang musim libur," ujarnya. 

Namun, Biden juga memperingatkan bahwa masih dibutuhkan waktu untuk mengembalikan inflasi ke tingkat normal. Dia juga berjanji untuk terus membantu rumah tangga dengan mahalnya biaya hidup.

Dalam upaya meredam inflasi, The Fed telah menaikkan suku bunga pinjaman hingga enam kali tahun ini, termasuk empat kali kenaikan suku bunga raksasa berturut-turut, meskipun ada kekhawatiran langkah itu dapat memicu resesi.

Ketua The Fed Jerome Powell pekan lalu mengatakan terlalu dini untuk mempertimbangkan menghentikan kenaikan suku bunga. Tetapi sejumlah pejabat The Fed dilaporkan telah menyuarakan langkah-langkah yang lebih kecil dalam beberapa bulan mendatang.

Ekonom dari High Frequency Economics, yakni Rubeela Farooqi melihat angka inflasi terbaru AS menandai berita baik bagi pembuat kebijakan The Fed, meskipun harga konsumen AS masih tinggi.

"Harga akhirnya menunjukkan beberapa respons terhadap kenaikan suku bunga yang curam, mendukung langkah penurunan dalam langkah ke depan," katanya dalam sebuah analisis.

Indeks Harga Konsumen bulanan AS naik 0,4 persen di Oktober 2022, sama seperti di bulan September, sementara tingkat inti melambat menjadi 0,3 persen, setengah dari kecepatan bulan sebelumnya.

Biaya perumahan berkontribusi lebih dari setengah dari keseluruhan kenaikan biaya bulan di AS pada Oktober 2022, sementara harga BBM juga melanjutkan kenaikannya, menurut Departemen Tenaga Kerja.

Harga Minyak Dunia Naik ke USD 93,67 per Barel karena Inflasi AS Terkendali

Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP

Harga minyak naik lebih dari 1 persen pada perdagangan kamis karena data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan. Kenaikan harga minyak hari ini mengakhiri pelemahan yang sudah dibukukan dalam perdagangan tiga hari sebelumnya.

Para pelaku pasar melihat, angka inflasi yang rendah ini mampu mengimbangi sentimen kekhawatiran pembatasan covid-19 di China yang banyak berpengaruh ke harga minyak dunia.

Harga minyak mentah berjangka menguat setelah data inflasi mendukung harapan investor bahwa Federal Reserve akan meredam kenaikan suku bunga, yang dapat mendukung permintaan minyak mentah.

"(Data Indeks Harga Konsumen) bisa menjadi titik balik yang didambakan investor,” kata analis pasar senior OANDA, Craig Erlam, dikutip dari CNBC, Jumat (11/11/2022).

“Masih ada banyak rasa sakit di depan tetapi segalanya tiba-tiba terlihat sedikit lebih positif,” tambah Erlam.

Harga minyak mentah Brent naik naik USD 1,02 atau 1,1 persen ke level USD 93,67 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 0,8 persen menjadi menetap di USD 84,67 per barel.

Dolar AS

Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Indeks dolar AS juga turun lebih dari 2 persen, karena data ekonomi yang cerah memikat investor menjauh dari safe-haven menuju aset berisiko termasuk minyak mentah.

Melemahnya AS dolar membuat harga minyak mentah yang saat ini dijual dengan denominasi dolar AS lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Namun di sisi lain, China sedang berjuang melawan peningkatan infeksi Covid-19 di beberapa kota yang vital secara ekonomi, termasuk Beijing.

Analis komoditas UBS Giovanni Staunovo menerangkan, kekhawatiran tentang pembatasan mobilitas tambahan membatasi kenaikan harga minyak mentah.

Di pusat manufaktur Guangzhou, jutaan penduduk diperintahkan untuk dites pada hari Rabu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya