Liputan6.com, Jakarta Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, mengatakan sejumlah sektor industri Bank Indonesia menyebutkan perlambatan kredit bank masih menghantui sejumlah sektor industri, di antaranya angkutan udara, hotel dan restoran, tekstil, hingga alas kaki.
Oleh karena itu, Bank Indonesia akan memberikan insentif Giro Wajib Minimum (GWM) yang lebih tinggi dan peningkatan kredit usaha rakyat (KUR) guna mendorong sektor yang pertumbuhannya lambat.
Baca Juga
“Untuk sektor yang kami sebut slow growth, kami dorong lebih lanjut dengan alokasi insentif GWM lebih tinggi. Demikian juga dengan KUR kami lipatkan dua kali,” kata Perry dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Desember 2022, Kamis (22/12/2022).
Advertisement
Diketahui Bank Sentral menetapkan GWM di kisaran 9 persen. Kendati begitu, Bank Indonesia menyatakan terdapat insentif bagi perbankan yang menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada sektor prioritas, khususnya kepada sektor-sektor prioritas yang belum pulih melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan kredit/pembiayaan hijau,
“Bagi bank-bank yang menyalurkan kredit kepada 46 sektor prioritas, tergantung seberapa tinggi kredit ke sektor prioritas kepada UMKM, KUR, dan ekonomi keuangan hijau, kami berikan insentif berupa penurunan GWM,” ujarnya.
Disamping itu, pertumbuhan kredit pada November 2022 tercatat sebesar 11,16 persen (yoy), ditopang oleh pertumbuhan positif di seluruh jenis kredit dan mayoritas sektor ekonomi. Pemulihan intermediasi juga terjadi pada perbankan syariah, dengan pertumbuhan pembiayaan sebesar 23,5 persen (yoy).
Sementara di segmen UMKM, pertumbuhan kredit UMKM pada November 2022 tercatat cukup tinggi sebesar 18,13 persen (yoy). Di sisi penawaran, perbaikan intermediasi perbankan didukung likuiditas perbankan yang memadai dan standar penyaluran kredit/pembiayaan yang tetap longgar.
Sedangkan dari sisi permintaan, kenaikan kredit/pembiayaan ditopang oleh permintaan korporasi dan konsumsi rumah tangga yang tetap baik. Secara keseluruhan, perkembangan intermediasi perbankan yang positif ini turut mendukung pemulihan ekonomi.
Sambut Nataru, BI Siapkan Uang Tunai Rp 117,7 Triliun
Bank Indonesia (BI) menyiapkan uang tunai sebanyak Rp117,7 triliun untuk kebutuhan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru.
"Angka tersebut (uang tunai) tumbuh 5,8 persen dibandingkan dengan realisasi tahun lalu," kata Deputi Gubernur BI Aida Budiman dalam Pengumuman Hasil RDG Desember 2022 yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, hingga minggu kedua Desember 2022 sudah terjadi penarikan uang oleh perbankan sebesar Rp54,77 triliun atau sekitar 47 persen dari uang yang disediakan.
Kesiapan BI dalam pemenuhan kebutuhan uang rupiah selama periode Natal dan tahun baru kali ini dilakukan dengan tiga K, yaitu Kesiapan jumlah dan pecahan uang yang diperlukan, Kesiapan akses bagi masyarakat khususnya BI, dan Kesiapan dari perbankan dan Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR).
Dalam kesiapan jumlah dan pecahan uang yang diperlukan, Aida menjelaskan jumlah besaran uang tunai yang disiapkan mempertimbangkan perkiraan mobilitas masyarakat yang semakin meningkat, perkiraan belanja pemerintah dan bantuan sosial tunai, serta rata-rata kenaikan outflow dalam beberapa tahun terakhir yang mencapai sekitar 4,8 persen.
Kemudian dalam kesiapan akses bagi masyarakat khususnya BI, bank sentral melakukan tiga hal, yakni layanan kas kepada perbankan di seluruh Kantor Perwakilan BI, layanan kas kepada masyarakat di seluruh Kantor Perwakilan BI termasuk mengadakan kas keliling ritel sebanyak 55 kali di 47 titik layanan, serta secara khusus melakukan pemantauan pelaksanaannya di daerah yang melakukan perayaan Natal dan tahun baru serta destinasi wisata.
Sementara itu terkait kesiapan dari perbankan dan PJPUR, dilakukan dengan memastikan koordinasi dan kerja sama termasuk memastikan ketersediaan uang di mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan mesin setor tarik atau Cash Recycling Machine (CRM).
"BI akan memastikan ketersediaan uang rupiah dengan kualitas yang terjaga wilayah NKRI, khususnya selama periode Nataru," ucap dia.
Advertisement
BI Naikkan Lagi BI7DRR Sebesar 25 Basis Poin Jadi 5,5 Persen
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Desember 2022 memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen. Selain itu, RDG Bank Indonesia juga memutuskan menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 4,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.
"Keputusan kenaikan suku bunga yang lebih terukur tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking memastikan terus berlanjutnya menurunkan ekspektasi inflasi sehingga inflasi inti tetap terjaga dalam sasaran 3,0±1 persen," kata Perry dalam Konferensi Pers hasil RDG BI, Kamis (22/12/2022).
Kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah juga terus diperkuat untuk mengendalikan inflasi barang impor, disamping untuk meitigais dampak rambatan dari amsih kuatnya dollar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Disisi lain, Perry menyampaikan pertumbuhan ekonomi global menurun disertai dengan ketidakpastian yang masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi global pada 2023 diperkirakan akan menurun dari 2022, dengan risiko resesi yang tinggi di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
"Perlambatan ekonomi global dipengaruhi oleh fragmentasi ekonomi, perdagangan dan investasi, akibat ketegangan politik yang berlanjut serta dampak pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju," kata Perry.
Lebih lanjut, Bank Indonesia memperkirakan ekonomi dunia tumbuh sebesar 3 persen pada 2022, tetapi akan menurun menjadi 2,6 persen pada 2023. Sementara itu, tekanan inflasi global masih tinggi meskipun mulai melandai dipengaruhi berlanjutnya gangguan rantai pasokan dan keketatan pasar tenaga kerja terutama di AS dan Eropa.
Ekonomi Domestik Tetap Baik
Sementara itu di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi domestik Indonesia tetap baik, permintaan domestik tetap berdyaa tahan dipengaruhi oleh daya beli masyarakat dan keyakinan pelaku ekonomi tetap terjaga.
"Perkembangan ini tercermin pada berbagai indikator bulan November 2022 dan hasil survei bank Indonesia terkini seperti keyakinan konsumen, penjualan eceran, dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur," ujarnya.
Disisi lain, kinerja ekspor tetap kuat khususnya didorong ekspor batu bara, CPO, besi dan baja, serta ekspor jasa, seiring dengan permintaan beberapa mitra dagang utama yang masih kuat, serta dampak positif kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah.
Advertisement