Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah tergelincir pada awal perdagangan Senin 13 Februari 2023. Rupiah melemah seiring perkembangan beberapa data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat atau membaik.
Kurs rupiah pada Senin dibuka melemah 64 poin atau 0,42 persen ke posisi 15.198 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.134 per dolar AS.
Baca Juga
"Rupiah kembali menyentuh ke atas 15.100 atau melemah terhadap dolar AS karena lebih dipengaruhi oleh sentimen eksternal," kata Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri dikutip dari Antara, Senin (13/2/2023).
Pelemahan rupiah terjadi terutama setelah dolar AS kembali diminati pasar dan indeks dolar AS yang kembali meningkat ke level 103-104 yang mengindikasikan penguatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama.
Advertisement
Reny menuturkan setelah rilis data tenaga kerja AS yang menunjukkan perbaikan secara konsisten, dolar AS kembali menguat. Tingkat pengangguran AS tercatat sebesar 3,4 persen pada Januari 2023 yang merupakan level terendahnya selama 53 tahun sejak 1969.
Selain itu, data ketenagakerjaan nonpertanian atau non farm payrolls (NFP) AS meningkat dua kali lipat dari ekspektasi pasar.
Menurut Reny, perkembangan data ekonomi AS yang lebih kuat itu menimbulkan spekulasi di pasar bahwa Bank Sentral AS (The Fed) masih akan meningkatkan suku bunga acuannya pada tahun ini sampai inflasi AS benar-benar menuju target 2 persen. Sementara bagi rupiah, kondisi tersebut menjadi sentimen negatif.
Prediksi Rupiah
Reny memproyeksikan pergerakan nilai tukar rupiah hari ini akan berada pada level 15.050 per dolar AS sampai dengan 15.175 per dolar AS.
"Sebagai pelaku pasar tentunya kita harus dapat mengantisipasi faktor risiko seperti perubahan policy stance dari The Fed yang akan menimbulkan capital flight dan juga pelemahan perekonomian global," ujarnya.
Pada Jumat (10/2/2023), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup turun 37 poin atau 0,25 persen ke posisi 15.134 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.097 per dolar AS.
Advertisement
USD Dibikin Terkapar, Kurs Rupiah Menguat 3,89 Persen Awal 2023
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pada awal 2023 nilai tukar Rupiah mengalami apresiasi, di mana sampai dengan 27 Januari 2023 menguat 3,89 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir Desember 2022.
"Dari sisi nilai tukar, rupiah mengalami penguatan yang mendukung stabilitas ekonomi," kata Menkeu dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2023, di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (31/1/2023).
Menurutnya, penguatan kurs Rupiah relatif lebih baik dibandingkan dengan apresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Malaysia 3,83 persen ( ytd), Filipina 2,30 persen (ytd), dan India 1,46 persen (ytd).
Penguatan tersebut didorong oleh aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap baik dengan stabilitas yang terjaga, imbal hasil aset keuangan domestik yang tetap menarik, dan ketidakpastian pasar keuangan global yang sedikit mereda.
Lebih lanjut, Menkeu menyampaikan terkait sisi fiskal, APBN 2022 yang merupakan bagian dari serangkaian kebijakan fiskal di masa pandemi Covid-19 telah bekerja keras untuk melindungi masyarakat dan menjaga momentum pemulihan ekonomi dengan kinerja APBN yang tetap sehat dan berkelanjutan.
Kinerja positif APBN 2022 terefleksi dari realisasi belanja negara yang sebesarRp3.090,75 triliun atau mampu tumbuh 10,92 persen (yoy).
APBN telah bekerja untuk melindungi daya beli masyarakat dan menopang pemulihan ekonomi melalui dukungan subsidi dan kompensasi, penebalan bantuan sosial, dukungan proyek strategis nasional, penurunan stunting dan pengentasan kemiskinan ekstrem, dukungan program JKN, serta layanan publik di daerah.
Ekonomi Pulih
Seiring kuatnya dukungan belanja tersebut, ekonomi dapat pulih dengan cepat dan dunia usaha dapat bangkit lebih kuat, sehingga berdampak positif terhadap pendapatan negara yang mencapai Rp2.626,42 triliun, tumbuh signifikan sebesar 30,58 persen (yoy) dan mencapai 115,90 persen dari target APBN (Perpres No. 98/2022).
Realisasi pendapatan tersebut meliputi realisasi penerimaan perpajakan yang mencapai Rp2.034,54 triliun (114,04 persen dari Perpres No. 98/2022) atau tumbuh sebesar 31,44 persen dari realisasi tahun 2021 dan realisasi PNBP yang mencapai Rp588,34 triliun atau 122,16 persen dari target Perpres No. 98/2022 atau tumbuh sebesar 28,32 persen (yoy).
"Kinerja pendapatan yang optimal tersebut terutama dipengaruhi pemulihan aktivitas ekonomi yang semakin menguat, masih tingginya harga komoditas, serta buah dari reformasi perpajakan," pungkasnya.
Advertisement