Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi Indonesia mampu tumbuh positif di tahun 2023 ini. Angkanya berkisar antara 4,5-5,3 persen sepanjang tahun ini.
Optimisme ini diungkap Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo usai menggelar Rapat Dewan Gubernur Bulanan (RDGB) Maret 2023. Perry melihat ada sejumlah hal positif yang dicacatkan sektor ekonomi nasional.
Baca Juga
"Dengan berbagai perkembangan positif tersebut pertumbuhan ekonomi pada 2023 diperkirakaan akan bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3 persen," ujarnya dalam Konferensi Pers, Kamis (16/3/2023).
Advertisement
Perry menjelaskan kalau pertumbuhan ekonomi domestik dikuatkan oleh peningkatan permintaan domestik dan ekspor. Di dalam negeri sendiri konsumsi rumah tangga diperkirakan terus menguat sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat di seluruh wilayah. Kemudian, membaiknya penjualan eceran dan bergerak positifnya keyakinan konsumen.
"Investasi juga tumbuh kuat ditopang penyelesaian proyek strategis nasional dan peningkatan aliran masuk penanamana modal asing (PMA)," urainya.
Menurutnya, prospek permintaan domestik yang meningkat juga dipengaruhi oleh dampak positif lanjutan dari peningkatan ekspor. Ekspor barang jasa diperkirakan lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya seiring dengan perbaikan prospek ekonomi global khususnya pembukaan kembali ekonomi di China.
"Perkembangan hingga di februari 2023 menunjukkan ekspor nonmigas Indoneisa tumbuh tinggi termasuk darinoenibgkatan ekspor batubara, bijih logam dan CPO ke Tiongkok," ungkapnya.
Â
Dorong Ekonomi Wilayah
Selanjutnya, Perry mengatakan kalau kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara juga bakal terus meningkat. Sejalan dengan prospek ekspor yang turut juga berdampak positif ke sejumlah daerah.
"Secara spasial prospek ekspor yang kebih baik mendorong prospek ekonomi di wilayah Kalimantan Sumatera dan Sulawesi Maluku Papua yang lebih tinggi," ujarnya.
"Berdasarkan lapangan usaha prospek industri pengolahan, pedagang eceran serta transportasi dan pergudangan juga diperkirakan tumbuh lebih kuat," pungkasnya.
Â
Advertisement
Neraca Perdagangan Surplus
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia Februari 2023 mengalami surplus USD 5,48 miliar. Neraca perdagangan ini surplus tercatat untuk 34 bulan berturut-turut.
Surplus neraca perdagangan Indonesia terjadi karena nilai ekspor lebih tinggi dari impor. Ini terutama berasal dari sektor nonmigas USD 6,70 miliar, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai USD 1,22 miliar.
Nilai ekspor Indonesia pada Februari USD 21,40 miliar, sedangkan impor USD 15,96 miliar. "Secara month to month nilai impor Februari USD 15,96 miliar atau turun 13,68 persen dibanding Januari 2023," ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (15/3/2023).
Tercatat jika nilai ekspor Indonesia Februari 2023 mencapai USD 21,40 miliar atau turun 4,15 persen dibanding ekspor Januari 2023. Dibanding Februari 2022 nilai ekspor naik sebesar 4,51 persen.
Ekspor nonmigas Februari 2023 mencapai USD 20,21 miliar, turun 3,00 persen dibanding Januari 2023, sementara itu naik 3,76 persen jika dibanding ekspor nonmigas Februari 2022.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari--Februari 2023 mencapai USD 43,72 miliar atau naik 10,28 persen dibanding periode yang sama tahun 2022.
Â
Ekspor Nonmigas
Sementara ekspor nonmigas mencapai USD 41,05 miliar atau naik 8,73 persen.Penurunan terbesar ekspor nonmigas Februari 2023 terhadap Januari 2023 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral sebesar USD 277,0 juta (6,51 persen).
Sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya sebesar US$141,0 juta (10,93 persen).
Nilai impor Indonesia Februari 2023 mencapai USD 15,92 miliar, turun 13,68 persen dibandingkan Januari 2023 atau turun 4,32 persen dibandingkan Februari 2022.
Impor migas Februari 2023 senilai USD2,41 miliar, turun 17,19 persen dibandingkan Januari 2023 atau turun 17,08 persen dibandingkan Febuari 2022.
Impor nonmigas Februari 2023 senilai USD 13,51 miliar, turun 13,03 persen dibandingkan Januari 2023 atau turun 1,63 persen dibandingkan Februari 2022.
Penurunan impor golongan barang nonmigas terbesar Februari 2023 dibandingkan Januari 2023 adalah mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya USD 355,4 juta (15,22 persen). Sedangkan peningkatan terbesar adalah bijih logam, terak, dan abu USD 111,1 juta (249,87 persen).
Advertisement