Ekspor Indonesia di Mei 2023 Tembus USD 21,72 Miliar, Naik 12,61 Persen

Ekspor non migas naik 1,94 persen dari Mei 2022 sebesar USD 20,01 miliar menjadi USD 20,40 miliar pada Mei 2023.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Jun 2023, 11:27 WIB
Diterbitkan 15 Jun 2023, 11:25 WIB
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Moh Edy Mahmud, dalam rilis ekspor dan impor Mei 2023, Kamis (15/6/2023). (Tira/Liputan6.com)
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Moh Edy Mahmud, dalam rilis ekspor dan impor Mei 2023, Kamis (15/6/2023). (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Mei 2023 mencapai USD 21,72 miliar. Angka ekspor ini naik 12,61 persen dibanding angka ekspor April 2023 yang sebesar USD 19,28 miliar.

"Secara month to month, ekspor kita pada Mei 2023 mencapai USD 21,72 miliar atau naik sekitar 12,61 persen dibandingkan bulan sebelumnya," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud, dalam rilis ekspor dan impor Mei 2023, Kamis (15/6/2023).

Jika dirinci, ekspor migas mengalami kenaikan USD 1,32 miliar atau 4,48 persen dibanding April 2023 sebesar USD 1,26 miliar.

Kemudian, ekspor non-migas pada Mei 2023 juga mengalami kenaikan 13,18 persen yaitu menjadi USD 20,40 miliar, dibanding bulan sebelumnya USD 18,03 miliar.

Lebih lanjut, kata Edy, dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan ekspor satu bulan pasca libur Lebaran selalu menunjukkan pola meningkat. Menurutnya, pola ini merupakan pola yang berulang.

Adapun kenaikan terbesar ekspor nonmigas Mei 2023 terhadap April 2023 terjadi pada komoditas kendaraan dan bagiannya naik 60,20 persen, mesin dan peralatan mekanis naik sebesar 53,77 persen, mesin dan perlengkapan elektrik dan bagiannya yang meningkat 19,11 persen.

Sementara untuk sisi ekspor migas, kenaikannya didukung oleh minyak mentah yang naik 91,89 persen, dan komoditas gas yang naik 9,40 persen.

Secara tahunan, ekspor Mei 2023 mengalami kenaikan sebesar 0,96 persen jika dibandingkan periode yang sama di tahun 2022. Tercatat, ekspor migas Indonesia turun 12,10 persen dari USD 1,50 miliar menjadi USD 1,32 miliar.

Kemudian, ekspor non migas naik 1,94 persen dari Mei 2022 sebesar USD 20,01 miliar menjadi USD 20,40 miliar pada Mei 2023.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


10 Tahun Lagi Lobster hingga Rumput Laut Indonesia Bisa Rajai Pasar Ekspor

Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono melakukan Panen raya secara parsial kedua di Tambak Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. (Tira/Liputan6.com)
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono melakukan Panen raya secara parsial kedua di Tambak Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. (Tira/Liputan6.com)

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, menargetkan komoditas perikanan budidaya dalam negeri bisa merajai pasar ekspor dalam kurun waktu 10-20 tahun mendatang.

"Ada lima komoditi yang harapan saya sebetulnya, ini nanti ke depan dalam 10-20 tahun ke depan kita menjadi juara di lima komoditi utama yaitu udang, lobster, kepiting, tilapia kemudian rumput laut," kata Sakti Wahyu Trenggono dalam Panen raya parsial di Tambak Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah, Selasa (6/6/2023).

Dia menyebut, di Norwegia memiliki komoditas perikanan budidaya andalan di bidang Salmon. Kemudian di Australia dan Turki memiliki komoditas andalan budidaya ikan Tuna, maka Indonesia pun bisa mencontoh negara-negara tersebut agar memiliki komoditas perikanan budidaya untuk komoditas udang, lobster, kepiting, tilapia, hingga rumput laut.

"Jadi, kalau noerway itu punya andalan di bidang salmon, lalu di beberapa negara seperti di Australia, di Turki dia punya tuna farming gitu, kita juga akan kembangkan juga tuna farming," ujarnya.

Menurutnya, satu komoditas perikanan budidaya valuasi marketnya begitu besar. Misalnya, untuk udang sendiri valuasi market-nya bisa mencapai hingga USD 25 miliar. 

"Satu komoditi yang valuasinya marketnya tuh begitu besar. Udang sendiri atau tidak kurang dari USD 25 miliar dolar. Jadi, kalau kita bisa ngambil 10 persen saja itu sudah USD 2,5 miliar," katanya.


Tambak Budidaya

ilustrasi tambak udang. (Tira/Liputan6.com)
ilustrasi tambak udang. (Tira/Liputan6.com)

Oleh karena itu, untuk mendorong pencapaian tersebut. Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan mengembangkan Tambak Budidaya Udang Berbasis Kawasan (BUBK) modern yang berlokasi di Desa Plesung, Karangrejo, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

"Jadi, gimana caranya supaya sustain dan kita pernah punya pengalaman juga untuk pengembangan udang windu," ujarnya.

Disamping itu, untuk mengembangkan BUBK dan budidaya perikanan lainnya dibutuhkan keseriusan, dan harus bisa memenuhi prosedur agar produktivitas yang dihasilkan bisa terjaga.

"Penanganan budidaya udang utamanya udang, tidak hanya udang termasuk ikan yang lain, dibutuhkan level atau keseriusan yang yang tidak boleh main-main, artinya harus sesuai dengan best practises. Ada berbagai macam persyaratan yang selalu harus sekarang  diikuti dan prosedur itu tidak boleh ada yang dilanggar dengan demikian produktivitas dijaga," pungkasnya. 

Infografis Ragam Tanggapan Keran Ekspor Minyak Goreng Kembali Dibuka. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Ragam Tanggapan Keran Ekspor Minyak Goreng Kembali Dibuka. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya