Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar mengatakan, ada beberapa strategi yang sedang dikembangkan untuk memajukan inklusi keuangan baik di Indonesia maupun di negara kawasan ASEAN lainnya.
"Salah satu peluang signifikan untuk mempercepat inklusi keuangan di era teknologi ini adalah pemanfaatan layanan keuangan digital," kata Mahendra dalam acara ASEAN Fest 2023: OJK Seminar on Financial Inclusion yang disiarkan secara daring pada Kamis (24/8/2023).
Baca Juga
Dalam kerangka inklusi keuangan, Mahendra memaparkan, terdapat tiga landasan penting yang diperlukan untuk memfasilitasi adopsi layanan keuangan digital.Â
Advertisement
"Pertama, komitmen pemerintah dan sektor swasta untuk mengembangkan layanan keuangan digital. Langkah ini memerlukan kerangka hukum dan peraturan yang kuat untuk sistem informasi keuangan dan teknologi komunikasi yang memadai," paparnya.
Strategi selanjutnya adalah menerapkan layanan keuangan digital untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk menjadikan produk dan transaksi keuangan berbasis digital dapat diakses oleh masyarakat dengan menggunakan teknologi yang telah tersedia.Â
Kedua, mengembangkan dan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menciptakan inovasi dan berbagai produk keuangan yang mengedepankan edukasi dan literasi keuangan digital.
"Ketiga, mengedukasi masyarakat tentang layanan keuangan digital, menawarkan topik-topik seperti produk keuangan, metode pembayaran digital, dan tips praktis. untuk mengelola keuangan rumah tangga secara efektif," lanjut Mahendra.
Target Inklusi Keuangan
Ketua OJK mengungkapkan, ASEAN memiliki target dalam memajukan inklusi keuangan di kawasan hingga 2025 mendatang.
"Target yang dikuantifikasi untuk tahun 2025 adalah mengurangi rata-rata eksklusi keuangan di ASEAN dari 44 persen menjadi 30 persen," ungkapnya.
Ada juga target untuk meningkatkan kesiapan infrastruktur inklusi keuangan di negara ASEAN dari 70 persen menjadi 85 persen, papar Mahendra, mengutip perkiraan dari UN Capital Development Fund (UNCDF).
"Jadi, sudah sampai dimana kita sekarang? Secara keseluruhan tingkat eksklusi di ASEAN telah menurun secara signifikan antara tahun 2017 dan 2022 dari 46 persen menjadi 32,6 persen. Itulah kabar baiknya," bebernya.
Advertisement