Era Baru Industri Kemasan, Foopak Bio Natura Jadi Cara Kurangi Sampah Plastik

Foopak Bio Natura menandai era baru dalam industri kemasan dengan bahan biodegradable. Bahan biodegradable adalah bahan yang dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme seperti bakteri, menjadi unsur-unsur yang ramah lingkungan.

oleh Septian Deny diperbarui 28 Nov 2023, 20:35 WIB
Diterbitkan 28 Nov 2023, 20:35 WIB
Menanti Jamur dan Bakteri Potensial Pengurai Sampah Plastik
Foopak Bio Natura menandai era baru dalam industri kemasan dengan bahan biodegradable. Bahan biodegradable adalah bahan yang dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme seperti bakteri, menjadi unsur-unsur yang ramah lingkungan. (dok. Tanvi Sharma/Unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta Sebagai bagian dari komitmen bersama terhadap lingkungan, APP Group dan Jumpstart meluncurkan kolaborasi produk di Sinar Mas Land Thamrin. Kolaborasi ini menggarisbawahi komitmen bersama dalam mendukung Pemerintah mengkampanyekan pengurangan sampah plastik di masyarakat.

Inisiatif ini memperkenalkan penggunaan Foopak Bio Natura, produk ramah lingkungan APP Group, sebagai wadah gelas kertas bebas lapisan plastik pada mesin kopi pintar dan gerai Jumpstart.

Foopak Bio Natura menandai era baru dalam industri kemasan dengan bahan biodegradable. Bahan biodegradable adalah bahan yang dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme seperti bakteri, menjadi unsur-unsur yang ramah lingkungan.

Foopak Bio Natura, yang terurai dalam waktu maksimal 12 minggu, merupakan alternatif produk kemasan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta mampu mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem.

Masa Depan Industri Kemasan

Industrial White Head APP, Christopher Wong mengatakan bahwa Foopak Bio Natura bukan hanya sebuah produk, tetapi juga sebuah jawaban tentang masa depan kemasan.

"Kami menggabungkan inovasi dan tanggung jawab lingkungan untuk menciptakan solusi yang efektif dan berkelanjutan. Kolaborasi ini melambangkan komitmen kami terhadap lingkungan, serta harapan kami untuk menjadi pelopor dalam solusi kemasan yang berkelanjutan," ujar Christopher dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (28/11/2023).

Selain itu, CEO JumpStart, Brian Imawan, menyampaikan pandangannya tentang pentingnya kolaborasi ini.

“Di JumpStart, kami memprioritaskan kenyamanan, kemudahan dan kepuasan pelanggan tanpa mengurangi tanggung jawab kami terhadap kelestarian lingkungan. Adopsi penggunaan Foopak Bio Natura adalah bukti komitmen kami untuk mengurangi dampak lingkungan dari setiap gelas kopi yang kami sajikan,” terang Brian.

 

Produk Ramah Lingkungan

Ilustrasi pohon, hutan
Ilustrasi pohon, hutan. (Photo by Arnaud Mesureur on Unsplash)

Brian juga menambahkan bahwa, ke depan permintaan produk-produk ramah lingkungan ini akan bertambah seiring dengan pengetahuan masyarakat akan pentingnya mengurangi penggunaan plastik, khususnya pada kemasan makanan & minuman. Sehingga secara tidak langsung dapat berkontribusi dalam menjaga lingkungan.

Menutup talkshow, Chief Sustainability Officer APP Elim Sritaba mengungkapkan tentang visi APP tentang program keberlanjutan. “Foopak Bio Natura merupakan langkah konkret kami dalam menyikapi tantangan lingkungan saat ini. Kami tidak hanya fokus pada penciptaan produk yang ramah lingkungan tetapi juga berupaya aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya konsep keberlanjutan,” ujar Elim.

Elim juga berharap inisiatif ini akan dapat menginspirasi lebih banyak Perusahaan dan individu untuk bergabung dalam komitmen kita melawan perubahan iklim.

Melalui kolaborasi ini, APP Group dan JumpStart berharap dapat membawa dampak yang berarti terhadap lingkungan dan masyarakat. Langkah ini menunjukkan bahwa upaya berkelanjutan dan inovasi teknologi dapat berjalan seiring dalam menciptakan masa depan yang lebih baik, hijau dan lestari.

Mengukur Dampak Penerapan Cukai Plastik ke Industri hingga Pertumbuhan Ekonomi

Wadah dan Kemasan Plastik Akan Kena Cukai
Aktivitas pedagang wadah dan kemasan plastik di Cipadu, Kota Tangerang, Jumat (17/9/2021). Cukai kemasan dan wadah plastik akan diterapkan pada 2022 karena sampah berkontribusi 15 persen terhadap total sampah secara nasional. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Penarikan cukai plastik dikhawatirkan  akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, juga berpotensi menjadi beban bagi kalangan industri yang tengah bertumbuh saat ini. Karenanya, pemerintah perlu berhati-hati dalam pengenaan cukai plastik ini.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita, mengatakan penarikan cukai plastik hanya akan berdampak negatif kepada pertumbuhan ataupun utilisasi industri dalam negeri.

Industri ini termasuk di dalamnya industri kecil menengah yang mencapai 99,7% dan industri makanan minuman yang jumlahnya hampir mencapai 1,68 juta unit usaha. Dia mengkhawatirkan, penarikan cukai plastik nantinya justru akan mengganggu sisi permintaannya yang pasti akan berkurang.

“Ketika demand berkurang pasti kebutuhan yang ada akan diisi oleh produk impor yang cenderung lebih murah. Ini juga yang harus kita sikapi. Karena demand tetap ada tetapi konsumen pasti cenderung memilih harga yang lebih murah. Harga murah karena tidak ada pengenaan cukai di kemasan plastiknya,” ujarnya.

 

Bisa Diolah

Wadah dan Kemasan Plastik Akan Kena Cukai
Aktivitas pedagang wadah dan kemasan plastik di Cipadu, Kota Tangerang, Jumat (17/9/2021). Cukai kemasan dan wadah plastik akan diterapkan pada 2022 karena sampah berkontribusi 15 persen terhadap total sampah secara nasional. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dalam kaitannya dengan plastik, Kementerian Perindustrian melihatnya dari sisi lingkungan hidupnya. ”Kalau kita menganggap kemasan plastik, sebagai limbah, itu salah. Karena itu masih bisa diolah lagi bahkan bisa menjadi bahan baku,” tuturnya.

Jika terhadap kemasan-kemasan plastik itu dikenakan cukai, menurut Reni, pasti ada koreksi di harga yang akan ditanggung oleh konsumen. Kemudian jika ada koreksi harga, lanjutnya, pasti permintaan akan terkoreksi juga. “Takutnya kita dengan kondisi seperti ini industri dalam negeri yang sudah tumbuh bisa terhambat,” tukasnya.

Dampaknya, kata Reni, bersiap-siap utilisasi industri nasional akan terkoreksi menjadi lebih rendah. Kemudian daya saingnya juga menjadi lebih rendah karena utilisasi menurun.

“Ini akan diisi oleh pangsa impor. Impor juga bukan hanya di produk hilir yang kita hasilkan seperti produk makanan dan minuman dalam kemasan, ini akan diisi oleh produk impor dan juga untuk bahan bakunya,” ucapnya.

“Padahal PR dari kita adalah bagaimana menumbuhkan lagi industri ini dari keterpurukannya pada dua tahun Covid, dan saat ini sudah mulai bergerak lagi tetapi ada wacana seperti ini. Bisa dibayangkan bagaimana sulitnya nanti untuk membangkitkan lagi industri kita yang sudah mulai tumbuh ini karena adanya penarikan cukai plastik ini,” tambahnya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya