Anak Buah Sri Mulyani: Ekonomi Syariah Jadi Modal Indonesia Capai Negara Maju 2045

Potensi Indonesia sebagai market terbesar produk halal harus dapat dimanfaatkan dengan tidak hanya menjadi konsumen saja, melainkan juga sebagai produsen.

oleh Tira Santia diperbarui 26 Feb 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 26 Feb 2024, 12:00 WIB
Staf Ahli Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan Arief Wibisono dalam peluncuran  Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023 dan  Seminar Nasional Sharia Economic & Financial Outlook (ShEFO) 2024, Senin (26/2/2024).
Staf Ahli Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan Arief Wibisono dalam peluncuran Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia (KEKSI) 2023 dan Seminar Nasional Sharia Economic & Financial Outlook (ShEFO) 2024, Senin (26/2/2024). (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Staf Ahli Bidang Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Arief Wibisono, mengatakan ekonomi syariah dapat menjadi salah satu modalitas kuat untuk mendukung atau membantu upaya pemerintah dalam mewujudkan Indonesia menjadi negara maju pada tahun emas 2045.

"Ekonomi dan keuangan syariah yang dipandang sebagai arus baru perekonomian tentu diharapkan dapat menjadi salah satu pilar utama dalam mendukung perekonomian nasional dan menghadapi berbagai tantangan Global," kata Arief dalam sambutannya dipeluncuran KEKSI 2023 dan SheFO 2024, Senin (26/2/2024).

Menurutnya, sektor ekonomi syariah itu luas sekali, salah satunya ektor industri halal yang merupakan bagian penting dalam ekosistem ekonomi syariah memiliki potensi yang sangat besar, sebagai alternatif penggerak pertumbuhan ekonomi dunia.

Berdasarkan data The State Global Islamic economy report menyebutkan jumlah konsumsi masyarakat muslim dunia terus mengalami peningkatan. Pengeluaran mereka sebanyak USD 1,62 triliun pada tahun 2012 telah naik menjadi USD 2,29 triliun pada tahun 2022.

"Bahwa halal lifestyle market tumbuh dari USD 1,62 triliun pada tahun 2012 menjadi USD 2,29 pada Tahun 2022," ujarnya.

Di sisi lain, potensi Indonesia sebagai market terbesar produk halal harus dapat dimanfaatkan dengan tidak hanya menjadi konsumen saja, melainkan juga sebagai produsen.

Harmonisasi

Sejalan dengan hal tersebut, Arief mengatakan, pengembangan keuangan syariah harus dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan dan sektor riil dan menciptakan harmonisasi di antara dua sektor tersebut.

"Penggunaan produk keuangan syariah di samping akan mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga dapat mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan," ujarnya.

Oleh karena itu, upaya mendekatkan masyarakat kepada lembaga keuangan syariah melalui peningkatan literasi dan inklusi keuangan juga harus menjadi fokus utama.

Sektor dana syariah yang mencakup zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf memainkan peran strategis dalam menjalankan fungsi islamic society safety net pada level masyarakat. Sektor ini turut mendukung dan melengkapi program-program Pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi

"Untuk itu program transformasi zakat dan wakaf nasional yang merupakan suatu program kerja prioritas KNEKS harus terus diakselerasi, sehingga dapat meningkatkan aspek kebermanfaatan," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


BEI Kaji Sejumlah Produk Investasi Baru Berbasis Syariah, Apa Saja?

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mengkaji potensi beberapa produk investasi berbasis syariah di pasar modal.

Sebelumnya, BEI telah memulai pengembangan Single Stock Future (SSF) atau kontrak berjangka syariah yang termasuk dalam produk keuangan derivatif. Otoritas bursa sedang mengkaji terkait kemungkinan SSF menjadi instrumen berbasis syariah.

 "Bursa kan sedang mengembangkan SSF, jadi kami kaji SSF syariah gimana. Sebab, secara produk itu (SSF) yang paling mungkin jadi syariah," kata Kepala Divisi Pasar Modal Syariah BEI Irwan Abdalloh saat ditemui di Jakarta, ditulis Rabu (17/1/2024).

Ia melanjutkan, BEI juga sedang mengkaji perdagangan karbon secara syariah. Ini mengingat, banyak permintaan terkait instrumen karbon tersebut.

 


ETF Syariah

Selain itu, BEI pun mengkaji terkait ETF syariah dengan underlying emas (gold). Sebab, emas ini merupakan salah satu yang paling mudah untuk diimplementasikan ke dalam instrumen syariah. Bahkan, untuk intrumen waran terstruktur pun ikut dikaji meskipun permintaannya belum diketahui seperti kedua instrumen tersebut.

Dia bilang, BEI masih menunggu regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebab, ketentuan emas untuk dijadikan underlying efek masih belum tuntas.

Meski demikian, BEI berkomitmen untuk terus mengkaji instrumen investasi syariah dalam rangka mendorong perkembangan pasar modal syariah di Tanah Air.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya