Pelemahan Rupiah hingga Konflik Geopolitik Tak Ganggu Produksi Unilever

Presiden Direktur Unilever Indonesia Benjie Yap mengatakan, lebih dari 95 persen produksi perseroan berada di Tanah Air. Pihaknya juga sudah bertahan selama 90 tahun di Indonesia.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 24 Apr 2024, 20:15 WIB
Diterbitkan 24 Apr 2024, 20:15 WIB
Unilever Bakal Hilangkan Kata Normal untuk Menyebut Tipe Rambut dan Kulit pada Kemasan
Kantor pusat Unilever Indonesia. (dok. Unilever Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk menegaskan komitmennya untuk tetap menjaga integritas dan citra baik di tengah konflik geopolitik yang memanas di Timur Tengah antara Israel dan Iran. 

Presiden Direktur Unilever Indonesia Benjie Yap mengatakan, lebih dari 95 persen produksi perseroan berada di Tanah Air. Pihaknya juga sudah bertahan selama 90 tahun di Indonesia.

Sehingga, menurutnya penting untuk menjaga citra baik Unilever di tengah situasi konflik geopolitik di Timur Tengah yang memanas. 

"Tidak semua perusahaan, tidak semua multi-billion dollar company bisa seperti itu. Ketika kita meraih sukses, kita membantu ekonomi dan menyediakan lapangan kerja di negara, karena 95 persen yang kami jual diproduksi di sini," ucap Benjie dalam laporan kinerja keuangan kuartal I PT Unilever Indonesia Tbk secara virtual, Rabu (24/4/2024).

"Sehingga penting kalau kita lanjut membangun reputasi terhadap masyarakat muslim dan lokal. Tidak semua perusahaan bisa bertahan lebih dari 90 tahun. Jadi, brand seperti Pepsodent, Sunlight, Bango dan lainnya akan berintegrasi lebih baik dengan kampanye pro lokal dan sangat keindonesiaan," tuturnya.

Sementara Direktur Finance Unilever Indonesia Vivek Agarwal mengklaim, adanya pelemahan rupiah hingga konflik geopolitik di Timur Tengah tidak sampai mengganggu produksi produk beauty dan personal care milik perusahaan, seperti Pepsodent, Lifebuoy hingga Sunsilk. 

Menurut dia, depresiasi nilai tukar rupiah tidak sampai mengganggu rantai pasok bahan baku produk milik perseroan. Lantaran hampir semua barang jualan diproduksi langsung di Tanah Air.

"Depresiasi rupiah tidak berpengaruh pada supply chain, karena lebih dari 95 persen dari komoditas barang kami diproduksi di Indonesia. Namun ada juga beberapa bahan baku dari supplier luar. Ini bukan berarti disrupsi, tetapi mungkin akan berdampak pada biaya bahan baku," urainya.

Sama kasusnya dengan situasi geopolitik, dimana ada beberapa area usaha perseroan yang terkena dampak, termasuk lonjakan biaya logistik. Namun, secara bahan baku tidak terganggu lantaran Unilever Indonesia sudah punya kontrak jangka panjang dengan pihak supplier. 

"Kondisi tidak terdampak pada ketersediaan bahan baku, karena supplier kami secara global sudah ada kontrak jangka panjang. Dan, kami tidak mengharapkan adanya disrupsi yang signifikan," ungkap Vivek.

Unilever Pisahkan Bisnis Es Krim, Ini Tujuannya

Ilustrasi PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) (Foto: web Unilever Indonesia)
Ilustrasi PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) (Foto: web Unilever Indonesia)

Setelah peluncuran Rencana Aksi Pertumbuhan (Growth Action Plan atau 'GAP') di pertengahan tahun 2023 yang lalu, Unilever PLC baru saja mengumumkan langkah-langkah strategis untuk mengakselerasi pelaksanaan GAP melalui pemisahan unit bisnis es krim.

 Diperkirakan ada sekitar 7.500 tenaga kerja secara global, atau sekitar 5% dari seluruh karyawan di 190 market di dunia. Dewan Unilever Global meyakini bahwa Perusahaan harus semakin fokus pada portofolio utama yang memiliki potensi bisnis menarik dan model operasi yang saling melengkapi.

Setelah pemisahan ini, Unilever akan menjadi perusahaan yang lebih taktis dan berfokus mengoperasikan empat Grup Bisnis di bidang Beauty & Wellbeing, Personal Care, Home Care, dan Nutrition untuk terus melanjutkan pertumbuhan di masa depan.

Pemisahan unit bisnis Es Krim akan membantu manajemen Unilever untuk mempercepat implementasi Growth Action Plan (GAP), yang difokuskan pada melakukan lebih sedikit hal dengan lebih baik dan lebih berdampak khususnya mendorong pertumbuhan pendapatan yang lebih konsisten dan kuat, meningkatkan produktivitas dan kepraktisan, serta meningkatkan budaya kinerja Unilever.

Dewan Unilever Global percaya bahwa potensi pertumbuhan masa depan Es Krim akan lebih baik diwujudkan dibawah tata kelola terpisah. Hal ini menimbang Es Krim memiliki karakteristik yang unik dibandingkan dengan bisnis operasional Unilever lainnya.

Pemisahan unit bisnis ini akan membawa keunggulan unit bisnis es krim Unilever sebagai pemain utama dan signifikan pada tataran bisnis es krim tingkat global, dimana dengan fokus beroperasi di kategori yang sangat menjanjikan, dan secara kolektif menghasilkan omset sebesar € 7,9 miliar pada tahun 2023 bersama dengan merek-merek portofolio es krim Unilever lainnya.

 

Berdampak Positif

Pengamat Ekonomi Realino Yudianto menilai keputusan strategis Unilever di tingkat global sangat rasional, serta dapat mendorong dampak positif bagi afiliasi-afiliasinya termasuk di Indonesia, dan merupakan angin segar untuk memperkuat fundamental bisnis dan membuka banyak peluang tidak hanya di tingkat global, tapi di Indonesia yang memiliki basis konsumen yang luas.

"Pemisahan bisnis Es Krim dan peluncuran program produktivitas besar oleh Unilever menunjukkan langkah strategis yang cerdas dalam mengoptimalkan portofolio perusahaan dan meningkatkan efisiensi operasional," kata dia dikutip Kamis (21/3/2024).

"Langkah ini dapat memberikan dorongan signifikan terhadap pertumbuhan pendapatanyang konsisten dan meningkatkan profitabilitas perusahaan secara keseluruhan," lanjut Reno.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya