Elon Musk Bayar Denda Rp 80 Miliar, Pemblokiran X Dicabut Brasil

Mahkamah Agung Brasil mengatakan pihaknya telah mencabut larangan terhadap platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

oleh Satrya Bima Pramudatama diperbarui 10 Okt 2024, 21:00 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2024, 21:00 WIB
Ilustrasi aplikasi X atau dulu Twitter di smartphone (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Ilustrasi aplikasi X atau dulu Twitter di smartphone (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Liputan6.com, Jakarta - Mahkamah Agung Brasil mengatakan bahwa pihaknya telah mencabut larangan terhadap platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

Dikutip dari BBC, Kamis (10/10/2024), dalam putusannya, Hakim Alexandre de Moraes mengatakan bahwa dia telah mengizinkan "pengembalian segera" aktivitas platform X di negara tersebut setelah membayar denda yang besar dan memblokir akun yang dituduh menyebarkan informasi yang salah.

Menurut sebuah pernyataan, situs tersebut telah membayar denda sebesar total USD 5,1 juta atau sekitar Rp 80 miliar (estimasi kurs Rp 15.710 per USD) dan setuju untuk menunjuk perwakilan lokal, sebagaimana diwajibkan oleh hukum Brasil.

Moraes telah memblokir akses ke platform X, yang dimiliki oleh Elon Musk, setelah menolak untuk melarang beberapa profil yang dianggap oleh pemerintah menyebarkan informasi yang salah tentang pemilihan Presiden Brasil 2022.

Pengawas telekomunikasi Brasil, Anatel telah diinstruksikan untuk memastikan layanan telah dilanjutkan bagi lebih dari 20 juta pengguna di negara tersebut dalam waktu 24 jam.

Setelah berbulan-bulan menentang perintah pengadilan, Musk memecat staf perusahaan di Brasil pada akhir Agustus dan menutup kantor X di Brasil.

"Keputusan untuk menutup kantor X di Brasil sulit," tulis Musk, yang juga mengelola produsen mobil listrik Tesla dan perusahaan roket SpaceX, saat itu.

Sebagai seorang "pemegang kebebasan berbicara absolut", miliarder itu menggambarkan langkah Hakim Moraes untuk memblokir beberapa lusin akun sebagai penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran kebebasan berbicara.

Selanjutnya

Aplikasi X di iPhone
Aplikasi X yang dulunya bernama Twitter di iPhone (Liputan6.com/ Agustin Setyo Wardani).

Beberapa hari kemudian, Hakim Moraes memerintahkan agar seluruh platform diblokir di seluruh negeri. Banyak pengguna beralih ke situs alternatif seperti Bluesky, dan permintaan VPN (Virtual Proxy Networks) di Brasil melonjak. Namun pada bulan September, platform tersebut mulai mematuhi perintah pengadilan dalam perubahan haluan yang jelas.

Pada hari Selasa, X mengatakan bahwa mereka "bangga kembali ke Brasil". "Memberikan akses ke platform kami yang sangat penting bagi puluhan juta warga Brasil merupakan hal terpenting dalam keseluruhan proses ini," tulis tim urusan pemerintahan dalam sebuah pernyataan.

Tampaknya X kini telah memenuhi semua tuntutan hakim agar larangan tersebut dicabut. Brasil merupakan salah satu pasar terbesar untuk platform tersebut di seluruh dunia, sekaligus pasar terbesarnya di Amerika Latin, dengan perkiraan 22 juta pengguna.

Akibat Unggahan di Media Sosial, Elon Musk Tak Diundang KTT Inggris

Elon Musk, pengusaha fenomenal sekaligus salah satu orang terkaya di dunia, tidak diundang ke KTT Investasi Internasional yang diselenggarakan pemerintah Inggris. Keputusan ini diambil sebagai tanggapan atas komentar kontroversialnya di media sosial yang selama kerusuhan yang terjadi di Inggris bulan lalu.

Kerusuhan di Inggris meletus setelah adanya insiden penikaman di Southport yang menewaskan tiga orang anak. Dalam salah satu unggahannya Elon Musk di media sosial X memprediksi terjadinya perang saudara di Inggris dan berulang kali mengkritik Perdana Menteri Inggris. Alhasil Unggahannya tersebut menuai kecaman dari berbagai pihak.

Mengutip BBC, Kamis (26/9/2024), KTT yangakan dilaksanakan pada Oktober ini merupakan acara penting bagi Perdana Menteri Keir Starmer, yang berharap dapat menarik investasi bernilai miliaran dolar AS dari investor global. Dengan begitu, investasi ini akan membantu pertumbuhan ekonomi Inggris. 

Elon Musk sebenarnya diundang pada acara serupa tahun lalu, bahkan memimpin diskusi utama pada KTT AI di bulan November bersama PM sebelumnya, Rishi Sunak.

Selama kerusuhan Agustus, Musk sempat membagikan teori konspirasi yang menyatakan bahwa Inggris sedang membangun "kamp penahanan" di Kepulauan Falkland untuk menahan para perusuh.

Meskipun unggahan tersebut akhirnya dihapus, banyak pejabat pemerintah Inggris menganggap pernyataannya sebagai sesuatu yang tidak bisa diterima. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa Musk tidak diundang ke acara besar tersebut pada 14 Oktober.

 

KTT sebagai Peluang Penting untuk Menarik Investasi Asing

Pemerintah Inggris menganggap acara ini sebagai peluang penting untuk menarik investasi asing yang akan mendukung perekonomian negara. Di bawah pemerintahan Partai Buruh, KTT ini dijanjikan akan diadakan dalam 100 hari pertama mereka berkuasa.

Elon Musk sendiri sudah pernah diajak pemerintah Inggris untuk mempertimbangkan lokasi pabrik Tesla di sana, namun ia akhirnya memilih Jerman sebagai lokasi pabrik baru, dengan alasan terkait Brexit. Di sisi lain, Musk adalah peserta reguler dalam KTT investasi di Perancis, bahkan makan siang selama tiga jam dengan Presiden Emmanuel Macron pada bulan Juli lalu.

Di bawah kepemilikan Musk atas X, ia membatalkan larangan terhadap sejumlah tokoh sayap kanan, termasuk kelompok Britain First. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di Inggris, yang saat ini tengah mempertimbangkan undang-undang keamanan online yang lebih ketat untuk mengatasi penyebaran misinformasi dan konten bermuatan rasis.

Sebagai informasi, Elon Musk saat ini memiliki kekayaan bersih sekitar USD 228 miliar atau sebagian besar berasal dari sahamnya di Tesla.

Meski awalnya tidak banyak dikenal, Musk kini menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia teknologi, dengan karir yang penuh dengan keputusan bisnis yang sering kali dianggap kontroversial.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya