Liputan6.com, Jakarta - Ramadan sering kali menjadi momen di mana pengeluaran meningkat signifikan. Mulai dari biaya makanan berbuka, zakat, hingga kebutuhan Lebaran, semuanya dapat membebani keuangan jika tidak dikelola dengan baik.
Perencana Keuangan, Rista Zwestika mengatakan, di tengah kondisi ekonomi yang menantang, penting bagi setiap keluarga untuk membuat anggaran Ramadan yang jelas.
Advertisement
Baca Juga
"Pastikan ada alokasi untuk kebutuhan utama seperti makanan berbuka dan sahur, zakat, sedekah, serta persiapan lebaran. Jangan sampai pengeluaran berlebihan justru mengganggu stabilitas keuangan setelah Idulfitri,” ujar Rista kepada Liputan6.com, Jumat (28/2/2025).
Advertisement
Menurutnya, masyarakat sebaiknya memprioritaskan kebutuhan dibandingkan keinginan, serta menghindari belanja konsumtif. Selain itu, ia juga menyarankan agar promo dan diskon dimanfaatkan secara bijak. “Belanja kebutuhan secara terencana bisa menghemat pengeluaran, tetapi harus tetap sesuai dengan anggaran yang telah dibuat agar tidak berlebihan,” tambahnya.
Rista juga mengingatkan agar masyarakat tidak terlalu sering menghadiri acara buka bersama yang berlebihan. Menurutnya, berbuka di rumah bersama keluarga bisa menjadi pilihan lebih hemat dan tetap bermakna. Selain itu, dana khusus untuk Lebaran perlu disiapkan agar tidak mengganggu kebutuhan setelah Ramadan.
Alokasi Anggaran Ramadan yang Ideal
Dalam mengatur anggaran, Rista menyarankan masyarakat mengikuti prinsip 50-30-20 dari pendapatan bulanan. “Idealnya, 50 persen dialokasikan untuk kebutuhan pokok seperti makanan dan transportasi, 20 persen untuk zakat dan sedekah, serta 30 persen untuk keinginan, termasuk pakaian baru dan persiapan mudik,” jelasnya.
Atur THR
Bagi yang menerima Tunjangan Hari Raya (THR), Rista merekomendasikan pembagian yang lebih spesifik. Rinciannya, sebanyak 40 persen THR bisa digunakan untuk kebutuhan Ramadan dan lebaran, 30 persen untuk tabungan atau investasi, 20 persen untuk dana darurat atau cicilan, dan 10 persen untuk hiburan serta konsumsi pribadi.
Rista menyoroti beberapa kesalahan yang sering dilakukan masyarakat saat Ramadan, seperti belanja tanpa perencanaan, terlalu banyak menghadiri buka bersama di luar, hingga berhutang demi memenuhi gaya hidup lebaran.
Banyak orang cenderung impulsif saat Ramadan, terutama dalam belanja makanan dan pakaian. Padahal, jika tidak dikontrol, pengeluaran bisa membengkak dan justru menyulitkan keuangan setelah lebaran. Ia menekankan pentingnya disiplin dalam belanja dan tidak mengandalkan utang konsumtif untuk keperluan lebaran.
“Belanja sesuai kemampuan adalah kunci. Jangan sampai euforia Ramadan membuat kita tergoda untuk membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan,” kata Rista.
Advertisement
Mengelola THR agar Tidak Cepat Habis
Selain itu, Rista juga memberikan tips agar THR tidak habis begitu saja. Menurut dia, langkah pertama adalah memisahkan THR dari pendapatan rutin agar tidak tercampur dengan kebutuhan bulanan.
"Gunakan THR secara prioritas, misalnya untuk kebutuhan lebaran seperti mudik dan pakaian, lalu sisihkan untuk tabungan dan investasi. Jangan sampai semuanya habis untuk konsumsi yang sifatnya sementara,” ujar dia.
Rista juga mengingatkan agar masyarakat tidak tergoda untuk membelanjakan seluruh THR dalam waktu singkat. Manfaatkan sebagian THR untuk jangka panjang, misalnya untuk investasi atau membayar cicilan yang masih berjalan.
Langkah agar Keuangan Tetap Stabil setelah Ramadan
Agar keuangan tetap sehat setelah Ramadan, Rista menyarankan agar masyarakat mengevaluasi pengeluaran selama bulan puasa.
"Lihat kembali mana pengeluaran yang bisa dihemat untuk Ramadan tahun depan. Ini bisa menjadi bahan pembelajaran agar keuangan tetap stabil," ujarnya.
Selain itu, ia mengingatkan agar masyarakat kembali ke pola pengeluaran normal setelah lebaran dan menghindari konsumsi berlebihan. Menurut Rista, banyak orang yang masih terbawa kebiasaan belanja setelah Lebaran.
Padahal, yang lebih penting adalah menata kembali keuangan dan memastikan dana darurat tetap tersedia, Dengan perencanaan yang matang dan disiplin dalam mengatur keuangan, Rista meyakini, Ramadan bisa dijalani tanpa beban finansial yang berlebihan.
"Jika anggaran dikelola dengan baik, Ramadan bisa tetap bermakna tanpa harus mengorbankan kestabilan keuangan di bulan-bulan berikutnya,” pungkas Rista.
