Piala Dunia Bisa Bikin Ekonomi Brasil Loyo

Tim Brasil mungkin akan mencetak prestasi, tapi para analis menilai ajang tersebut justru dapat berdampak negatif pada perekonomiannya

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 14 Jun 2014, 14:52 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2014, 14:52 WIB
Upacara Pembukaan Piala Dunia Usung Tiga Tema
Trio pelantun lagu tema Piala Dunia muncul dari bola layar raksasa LED.

Liputan6.com, Rio De Janeiro - Tak hanya menjadi tuan rumah, Brasil juga menjadi tim sepakbola yang difavoritkan untuk menjadi pemenang di ajang Piala Dunia 2014. Tim Brasil mungkin akan mencetak prestasi, tapi para analis menilai ajang tersebut justru dapat berdampak negatif pada perekonomian dan indeks-indeks saham di Brasil.

"Piala Dunia tak akan meningkatkan saham atau ekonomi Brasil, seperti apa yang telah terjadi di Afrika Selatan empat tahun lalu dan beberapa negara sebelumnya. Kami belajar dari pengalaman, peningkatan ekonoi dari Olimpiade dan Piala Dunia sangat kecil," ungkap pimpinan ekonom BBVA Alicia Garcia-Herrero seperti dikutip dari CNBC, Sabtu (14/6/2014).

Dia memprediksi pertumbuhan ekonomi Brasil tahun ini hanya tumbuh kurang dari 0,5 persen. Dengan begitu, ekonomi Brasil hanya akan tumbuh sekitar 1,5 persen tahun ini.

Alicia memastikan, Piala Dunia akan menggenjot sektor pariwisata Brasil. "Tapi sektor pariwisata hanya memberikan sedikit kontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) Brasil," tukasnya.

Tak hanya Alicia, beberapa ekonom lain juga meragukan dampak positif dari pesta bola dunia tersebut pada pertumbuhan ekonomi Brasil. Selain itu, pasar saham Brasil juga diragukan dapat tumbuh signifikan karenanya.

"Sayangnya, ajang ini akan meningkatkan inflasi, upah pegawai yang lebih tinggi dan berbagai hal lainnya. Tentu saja semua itu tidak dibutuhkan Brasil saat ini untuk meningkatkan perekonomiannya," ungkap Presiden Riedel Research Group David Riedel.

Dia yakin, proyeksi investasi Brasil tak akan begitu bersinar. Sebaliknya, para investor akan memilih mencari negara berkembang lain.

"Meski ada beberapa saham yang menarik, tapi para investor tak akan tiba-tiba datang dan membeli banyak sahamnya," tandas Riedel. (Sis/Nurseffi Dwi Wahyuni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya