Liputan6.com, Jakarta Pertandingan sepak bola baru benar-benar berakhir saat peluit panjang dibunyikan. Berapapun skor yang didapat adalah final. Hasil tidak bisa diubah walau kecurangan mewarnai jalannya pertandingan.Â
Masih ingat dengan aksi 'Tangan Tuhan' Diego Maradona di Piala Dunia 1986 lalu? Meski Maradona akhirnya mengakui bila gol itu dicetak dengan tangannya, hasil pertandingan tidak pernah berubah.Â
Baca Juga
Inggris tetap dinyatakan kalah 1-2 pada laga yang berlangsung di Azteca Stadium di Mexico City itu.Â
Advertisement
Bagaimana dengan saat ini? Hasil pertandingan tetap sulit memuaskan kedua belah pihak. Bahkan kehadiran teknologi secanggih VAR belum menjamin hasil akhir adil bagi tim-tim yang bertanding.Â
Protes masih sering bermunculan. Namun hasil laga tidak akan berubah setelah peluit panjang.Â
Nah, Cerita Bola Tempo Dooleo menemukan catatan yang berbeda dari kenyataan di atas. Puluhan tahun lalu atau tepatnya 1930, di sepak bola Indonesia, hasil akhir pernah diubah usai pertandingan.
Dalam laporan koran Djawa Tengah edisi 14 April 1930 seperti dikutip dari buku Wajah Bangsa Dalam Olahraga karya Hendry CH Bangun, insiden unik ini mewaranai perebutan gelar juara Divisi II Voetbal Batavia Omstreken (OVB) yang mempertemukan United Make Strenght (UMS) melawan Bataksch Voetbal Veereniging (BVV).
Pada pertandingan pertama UMS berhasil menang dengan skor 2-1. Namun di akhir laga, BVV melancarkan protes dan diterima Komisi Protes OVB yang kemudian mengubah skor menjadi 2-2.
Karena imbang, maka diputuskan untuk menggelar pertandingan kedua yang kembali dimenangkan UMS dengan skor 2-1. Namun BVV kembali protes. Mereka berdalih penentuan juara lewat dua pertandingan tidak ada dalam aturan. Dan uniknya, protes ini kembali diterima oleh Komisi Protes OVB.
Â
Â
Â
Kembali Dilanjutkan
Pertandingan ketiga pun terpaksa dilakukan untuk menentukan tim juara. UMS akhirnya berhasil membawa pulang trofi setelah kembali mengalahkan BVV dengan skor 2-1 pada partai ketiga itu.Â
"Di dunia sepak bola Batavia, baru sekali ini kita mengalami satu keadaan di mana penentuan gelar juara Divisi II sangat susah dilakukan. Tidak kurang, tiga pertandingan dilakukan untuk itu (Disadur dari ejaan lama)," tulis koran Djawa Tengah mengawali laporan tentang kejadian tersebut.Â
Â
Advertisement
Rekayasa Panitia?
Menurut catatan Hendry CH Bangun, koran Djawa Tengah, menganggap kejadian tersebut sebagai rekayasa. Menurut opini penulisnya, pertandingan yang digelar sampai tiga kali merupakan akal-akalan pihak penyelenggara dalam mendapatkan lebih banyak uang masuk dari tiket pertandingan.
Tuduhan ini didasarkan kepada temuan kalau separuh uang dari penjualan tiket masuk ke kas OVB.  Â