Harga Kembali Anjlok, Bagaimana Tren Pasar Kripto ke Depan?

Tren pasar kripto ke depannya secara keseluruhan masih akan terjebak di zona merah.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 14 Jun 2022, 12:18 WIB
Diterbitkan 13 Jun 2022, 17:52 WIB
Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple
Ilustrasi aset kripto, mata uang kripto, Bitcoin, Ethereum, Ripple. Kredit: WorldSpectrum via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Mengawali pekan ketiga Juni, pasar kripto harus dibuka dengan kondisi yang cukup mengkhawatirkan. Setelah alami pergerakan harga yang stagnan beberapa minggu terakhir, kini Bitcoin dan altcoin teratas harus melemah di bawah harga yang telah ditempati selama beberapa minggu.

Bitcoin pada saat penulisan berada di kisaran harga USD 25.300 atau setara Rp 371,3 juta. Sebelumnya Bitcoin telah tertahan di kisaran USD 29.000 hingga USD 30.000 dalam beberapa pekan terakhir. 

Lantas bagaimana tren kripto ke depannya dan apa saja faktor penyebab terjadinya penurunan yang baru-baru ini kembali dialami pasar kripto

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono menjelaskan tren pasar kripto ke depannya secara keseluruhan masih akan terjebak di zona merah. Sedangkan investor masih terlihat panik dan wait and see untuk menunggu kebijakan moneter the Fed, pasca data inflasi AS yang terus meninggi.

"Penurunan ekonomi yang terjadi, memicu penyusutan selera risiko pada investor. Tentu saja, hal ini akan berdampak buruk bagi pasar kripto. Data indeks harga konsumen AS untuk Mei telah dirilis yang naik 8,6 persen, melebihi ekspektasi pasar di 8,2 persen,” ujar Afid saat dihubungi Liputan6.com, Senin (13/6/2022).

Faktor Penyebab Penurunan Pasar Kripto

Investor terlihat panik dan cenderung menghindari market kripto setelah AS mencetak inflasi tahunan 8,6 persen di Mei 2022. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari estimasi analis dan merupakan laju inflasi terkencang sejak 1981.

"Kepanikan investor bukan tanpa alasan. Tadinya, mereka meyakini siklus inflasi tinggi di AS sudah selesai pada Maret lalu. Sehingga, mereka tak menduga inflasi Mei malah meroket. Hal ini membuat The Fed akan mengerek suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin untuk bulan ini atau bulan depan,” ujar Afid.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Masuk Investor Institusi

Aset Kripto
Perkembangan pasar aset kripto di Indonesia. foto: istimewa

Afid juga menuturkan jika melihat jejak historis, inflasi bisa tak berkorelasi langsung dengan kinerja pasar aset kripto. Contoh kasus di masa lalu, tingginya inflasi bisa berdampak baik bagi permintaan dan laju harga Bitcoin mengingat statusnya sebagai aset penyimpan kekayaan (store of value), seperti layaknya emas.

“Saat ini teori tersebut tampaknya tidak berlaku lagi. Kondisinya sudah berbeda. Market kripto sudah banyak dimasuki oleh investor institusi yang melihat dinamika makroekonomi sebagai indikasi untuk membuat keputusan di pasar,” tutur Afid.

Investor institusi yang sudah banyak terjun ke dalam market kripto, bisa mengurangi porsi aset berisiko di dalam portofolio mereka atau derisking. Dengan banyaknya jumlah dana kelolaan mereka yang cukup besar di market, aksi jual investor institusi bisa sangat mempengaruhi performa pergerakan aset kripto.

Selain karena antisipasi data ekonomi, investor juga enggan all-out di market disebabkan harga beberapa aset kripto belum benar-benar menyentuh titik bottom-nya. Investor masih berpikir atau ragu-ragu untuk menjalankan strategi buy the dip.

 

Sejauh Apa Harga Bitcoin Bisa Turun?

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Nilai Bitcoin terus turun dari level resistensi USD 33.000 minggu lalu, yang mengindikasikan hilangnya momentum kenaikan. Itu menurunkan kemungkinan BTC bakal bisa reli dalam waktu dekat.

Terlebih investor tampak masih takut dengan pergerakan nilai Bitcoin, terlihat dari Bitcoin Fear & Greed Index yang masih melemah di posisi Extreme Fear, sehingga aksi beli sulit dilakukan.

“Perdagangan BTC secara kasar terlihat datar selama seminggu terakhir dan telah terbatas pada rentang perdagangan yang berombak. Support awal terlihat di USD 25.000, yang mendekati harga terendah sejak 12 Mei lalu,” jelas Afid. 

Berdasarkan momentum pada grafik harian telah melemah selama beberapa minggu terakhir, menunjukkan tren turun BTC dari November tahun lalu dapat berlanjut dalam jangka pendek. Turunan bisa terjadi di kisaran USD 23.000 hingga USD 24.000 dalam beberapa hari ke depan.

"Level support BTC kini berada di USD 22.294 dilihat dari grafik 200-week moving average. Namun, penurunan harga yang tajam bisa saja terjadi hingga level support-nya akan berada di USD 17.673, yang merupakan penurunan terbesar hingga 78 persen dari tren harga BTC sebelumnya di November 2021,” kata Afid.

Adapun menurut Relative Strength Index (RSI) pada grafik mingguan terlihat BTC sudah oversold, yang berarti tekanan jual bisa mereda selama beberapa minggu ke depan. Namun, pembacaan oversold tidak menunjukkan harga pasti yang rendah, terutama dalam konteks tren turun.

Harga Kripto Senin Pagi 13 Juni 2022

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Sebelumnya, mengawali pekan ketiga Juni 2022, harga Bitcoin dan kripto jajaran teratas terpantau alami pergerakan harga yang seragam pada Senin pagi, 13 Juni 2022. Mayoritas kripto jajaran teratas yang berhasil menguat tipis kemarin kini kembali melemah.

Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Senin (13/6/2022) pagi, kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) melemah 5,26 persen dalam 24 jam dan 8,78 persen dalam sepekan.

Saat ini, harga bitcoin berada di level USD 27.359,60 per koin atau setara Rp 399.8 juta (asumsi kurs Rp 14.614 per dolar AS). 

Ethereum (ETH) juga harus kembali melemah hari ini. Selama 24 jam terakhir, ETH ambles 4,71 persen dan 18,98 persen dalam sepekan. Dengan begitu, saat ini ETH berada di level USD 1.471,22 per koin. 

Kripto selanjutnya, Binance coin yang masih melemah sejak kemarin. Dalam 24 jam terakhir BNB turun 4,08 persen dan 13,18 persen sepekan. Hal itu membuat BNB dibanderol dengan harga USD 261,38 per koin. 

Kemudian Cardano (ADA) juga turut melemah. Dalam satu hari terakhir ADA turun 8,79 persen dan 10,31 persen sepekan. Dengan begitu, ADA berada pada level USD 0,5154 per koin.

Adapun Solana (SOL) harus melemah pagi ini. Sepanjang satu hari terakhir SOL melemah 6,87 persen dan 19,53 persen sepekan. Saat ini, harga SOL berada di level USD 32,06 per koin.

XRP yang sempat menguat beberapa hari, kini harus kembali melemah. XRP melemah 2,96 persen dan 10,83 persen dalam sepekan. Dengan begitu, XRP kini dibanderol seharga USD 0,3539 per koin. 

Stablecoin Tether (USDT) dan USD coin (USDC), pada hari ini sama-sama menguat 0,01 persen. Dengan begitu membuat USDT berada di level USD 0,9991. Sedangkan USDC  dihargai USD 1,00.

Binance USD (BUSD) menguat 0,08 persen dalam 24 jam terakhir. Meskipun begitu, harga BUSD turun sedikit di level USD 0,9994.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya