Liputan6.com, Jakarta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menyampaikan bahwa penyandang disabilitas memiliki risiko tinggi mengalami obesitas atau kegemukan.
“Anak-anak dan orang dewasa dengan keterbatasan mobilitas dan ketidakmampuan intelektual atau belajar berada pada risiko terbesar untuk obesitas,” mengutip laman CDC, Senin (23/5/2022).
Baca Juga
CDC juga menyampaikan, anak usia 10 sampai 17 tahun yang memiliki kebutuhan perawatan kesehatan khusus lebih banyak mengalami obesitas (20 persen) dibandingkan dengan anak pada usia yang sama tapi tanpa kebutuhan perawatan kesehatan khusus (15 persen).
Advertisement
Biaya perawatan kesehatan tahunan dari obesitas yang terkait dengan disabilitas diperkirakan sekitar 44 miliar dolar.
Kegemukan atau obesitas adalah istilah yang merujuk pada kondisi berat tubuh yang lebih dari angka ideal. Istilah tersebut juga mengidentifikasi kisaran berat badan yang telah terbukti meningkatkan kemungkinan penyakit tertentu dan masalah kesehatan lainnya. Perilaku, lingkungan, dan faktor genetik dapat memengaruhi apakah seseorang kelebihan berat badan atau obesitas.
Untuk orang dewasa, kisaran kelebihan berat badan dan obesitas ditentukan dengan menggunakan berat dan tinggi badan untuk menghitung angka yang disebut "indeks massa tubuh" atau Body Mass Index (BMI).
BMI digunakan karena bagi kebanyakan orang, itu berkorelasi dengan jumlah lemak tubuh mereka.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pengaruh Obesitas
Obesitas memengaruhi orang yang berbeda dengan cara yang berbeda. Kegemukan juga dapat meningkatkan risiko kondisi kesehatan lain baik bagi masyarakat umum maupun masyarakat dengan kondisi khusus atau disabilitas.
Di Amerika Serikat, lebih dari sepertiga orang dewasa atau lebih dari 72 juta orang mengalami obesitas.
Tingkat obesitas secara signifikan lebih tinggi di antara beberapa kelompok ras dan etnis. Orang kulit hitam non-Hispanik atau Afrika-Amerika memiliki prevalensi obesitas 51 persen lebih tinggi dan orang Hispanik memiliki prevalensi obesitas 21 persen lebih tinggi daripada orang kulit putih Non-Hispanik.
Sebuah laporan Tanda Vital CDC, berjudul "Prevalensi Obesitas Khusus Negara Di Antara Orang Dewasa - Amerika Serikat, 2009," menunjukkan bahwa orang yang mengalami obesitas mengeluarkan tambahan 1.429 dolar atau sekitar Rp20,9 juta untuk biaya medis dibandingkan dengan orang dengan berat badan normal.
Biaya perawatan kesehatan tahunan untuk obesitas untuk semua orang dewasa di Amerika Serikat diperkirakan mencapai $147 miliar dolar untuk tahun 2008.
Advertisement
Tantangan Penyandang Disabilitas
Ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh para penyandang disabilitas dalam menjaga berat tubuh agar terhindar dari obesitas.
Penyandang disabilitas dapat merasa lebih sulit untuk makan sehat, mengontrol berat badan, dan aktif secara fisik. Ini dapat dikarenakan hal-hal berikut:
-Kurangnya pilihan makanan sehat.
-Kesulitan mengunyah atau menelan makanan, karena rasa atau teksturnya.
-Obat-obatan yang dapat berkontribusi pada penambahan berat badan, penurunan berat badan, dan pengubahan nafsu makan.
-Keterbatasan fisik yang dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk berolahraga.
-Rasa sakit.
-Kekurangan energi.
-Kurangnya lingkungan yang dapat diakses (misalnya, trotoar, taman, dan peralatan olahraga) yang dapat memungkinkan olahraga.
-Kurangnya sumber daya (misalnya, uang, transportasi, dan dukungan sosial dari keluarga, teman, tetangga, dan anggota masyarakat).
Obesitas adalah masalah kompleks yang membutuhkan panggilan kuat untuk ditindak di banyak tingkatan, baik untuk orang dewasa maupun anak-anak.
Lebih banyak upaya dan inisiatif yang diperlukan untuk membiasakan hidup sehat, makan bergizi, dan olahraga rutin.
Tips Cegah Obesitas
Untuk mencegah obesitas, CDC membagikan beberapa tips termasuk:
-Makan lebih banyak buah dan sayuran dan lebih sedikit makanan tinggi lemak dan gula.
-Minum lebih banyak air daripada minuman manis.
-Kurangi menonton televisi.
-Promosikan kebijakan dan program di sekolah, di tempat kerja, dan di masyarakat yang menjadikan pilihan yang sehat sebagai pilihan yang mudah.
-Lebih aktif secara fisik.
Pasalnya, jika tidak demikian maka obesitas bisa berdampak negatif pada tubuh. Obesitas terbukti dapat meningkatkan risiko munculnya berbagai penyakit seperti:
-Penyakit jantung koroner
-Diabetes tipe 2
-Kanker (endometrium, payudara, dan usus besar)
-Tekanan darah tinggi
-Gangguan lipid misalnya kolesterol tinggi
-Penyakit hati dan kandung empedu
-Sleep apnea dan masalah pernapasan
-Osteoarthritis (degenerasi tulang rawan dan tulang di bawahnya di dalam sendi)
-Masalah ginekologi (menstruasi tidak normal, infertilitas).
Bahaya obesitas juga sudah dijelaskan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Data WHO menunjukkan, hampir dua pertiga orang dewasa dan 1 dari 3 anak di Wilayah Eropa hidup dengan kelebihan berat badan atau obesitas, dan angka ini masih terus bertambah. Sehingga mereka keluarkan peringatan bahaya obesitas.
Dilansir dari situs resmi WHO, laporan baru dari WHO European Regional Obesity Report 2022 memperingatkan risiko kesehatan serius yang terkait dengan meningkatnya tingkat obesitas. Obesitas adalah salah satu penentu utama kematian dan disabilitas, bahkan merupakan penyebab 13 jenis kanker yang berbeda di wilayah Eropa. Sehingga kondisi obesitas harus segera ditangani dan dikelola oleh tim multidisiplin.
Advertisement