Liputan6.com, Tripoli Rumit juga menjaga keseimbangan antara orang yang mencari nafkah dengan berjualan kopi dengan tuntutan untuk menjaga kesucian bulan puasa, walaupun sebetulnya ada saja jalan tengahnya seandainya dibicarakan baik-baik dan para pihak saling memahami tempat masing-masing.
Sebuah kedai kopi yang tetap buka pada siang hari untuk para pelanggannya dalam bulan Ramadan di kota Tripoli di Lebanon diserang oleh pria-pria tidak dikenal dengan menggunakan granat, sehingga melukai empat orang dan menimbulkan kerusakan materi di kedai itu.
Baca Juga
Seperti yang dilansir dari Al Arabiya (03/07/2014), dua orang tak dikenal mengendarai sebuah sepeda motor dan melemparkan peledak itu ke kedai Makiya. Pemilik kedai bersikeras untuk tetap membuka kedainya untuk mereka yang tidak berpuasa.
Advertisement
Seorang warga setempat yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa Makiya (Badr Abu Makieh Cafe) adalah salah satu dari kedai kopi di kota utara Lebanon ini yang tetap buka untuk para pelanggan yang tidak berpuasa, dan sering dikunjungi oleh mereka yang berpenyakit menahun seperti diabetes, darah tinggi, dan masalah ginjal dan pencernaan.
Menurutnya, kejadian ini mengingatkannya kepada masa di mana Tripoli berada di bawah kendali Gerakan Penyatuan Islam (Islamic Unification Movement) di tahun 1980-an di abad lalu.
Serangan ini terjadi setelah keluarnya pernyataan dari Pemerintah Daerah Tripoli yang menganjurkan warganya untuk mengormati bulan suci dengan cara tidak makan di tempat-tempat umum.
Walikota Nader Ghazal juga menceramahi para pemilik restoran dan kedai-kedai kopi untuk “menghormati kesucian bulan Ramadan.”
Namun demikian, sejumlah warga Tripoli mengatakan larangan untuk tidak makan di tempat umum sebagai bentuk pelanggaran atas kebebasan pribadi.
Ghazal bersikukuh dan mengatakan bahwa “tidak wajib untuk tidak makan di depan umum” karena tidak ada peraturan yang melarangnya.”
Tripoli ada kota ke dua terbesar di Lebanon dan memiliki keragaman kelompok masyarakat termasuk Kristen dan sejumlah warga Lebanon yang menganggap diri mereka abangan.
Sementara itu, mengutip dari Daily Star 2 Juli 2014, beberapa sumber mengatakan bahwa seorang korban berada dalam keadaan kritis. (Ein)