Liputan6.com, London - Tanggal 12 Februari 1554 menjadi hari terakhir bagi Lady Jane Grey, Ratu Inggris yang berkuasa hanya selama 9 hari. Pada usianya yang masih begitu belia, 18 tahun, ia dihukum pancung atas perintah Mary Tudor, sepupu dari orangtuanya.
Lady Jane dianggap berkhianat lantaran merebut takhta kerajaan. Sebab bagi Mary Tudor, berdasarkan undang-undang, yang seharusnya menjadi pewaris adalah dirinya, bukan Lady Jane.
Meski Raja Inggris Henry VIII mewariskan takhtanya kepada Lady Jane, Mary Tudor tetap bersikeras bahwa hal itu melanggar konstitusi yang telah diatur dalam kerajaan.
Menurut Mary, seharusnya kekuasaan diturunkan kepada anaknya langsung, bukan kepada cucu dari saudara si Raja VIII. Lady Jane saat itu merupakan cucu dari Raja Henry VII, pemimpin sebelumnya.
Perselisihan disebutkan dalam laporan New World Encyclopedia, yang dikutip, Kamis (12/2/2015), atas dasar kepercayaan. Raja Henry VIII memilih Lady Jane yang merupakan Protestan untuk memimpin agar aliran tersebut tetap berkuasa. Sementara Mary Tudor merupakan seorang Katolik yang juga ingin memperkuat ajarannya di pemerintahan.
Pada hari pertama, Lady Jane menjalankan roda pemerintahan kerajaan dengan lancar. Tak ada hambatan. Namun beberapa hari kemudian, tekanan dan penolakan mulai bergulir atas perintah Mary Tudor.
Hari berganti hari, dukungan untuk Mary Tudor dari kalangan pemerintah dan elite kerajaan meningkat hingga akhirnya Lady Jane diputuskan untuk turun dari jabatan. Takhta ratu dinobatkan untuk Mary Tudor.
Lady Jane kemudian disidang Kerajaan yang dikendalikan Mary Tudor. Di saat bersamaan, kelompok pendukung Lady Jane melancarkan protes besar dan pemberontakan serta meminta si ratu yang terguling itu kembali menempati posisi tertinggi kerajaan. Akan tetapi, protes itu tak membuahkan hasil.
Lady Jane dan suaminya, Lord Guildford Dudley diputuskan Pengadilan Kerajaan hukuman mati. Pada 12 Februari 1554, pasangan tersebut dihukum mati di Tower of London. Sang suami dipancung terlebih dahulu. Si mantan ratu dieksekusi beberapa jam kemudian.
Sebelum dieksekusi, Lady Jane menyampaikan pidato kepada para warga: "Hai, orang-orang yang baik, saya di sini segera mati. Tapi saya tegaskan bahwa ini (menjadi ratu) sebenarnya bukan keinginan saya. Di hadapan Tuhan, saya tegaskan saya tak bersalah."
Lady Jane kemudian dibawa petugas dan algojo ke lokasi eksekusi. Mata Jane ditutup dan berjalan dituntun petugas. "Aku berharap kamu melakukannya dengan cepat. Apakah kamu akan melepaskan penutup mata ini saat eksekusi?" tanya Jane kepada si pemenggal yang memegang kapak. "Tidak Madam," jawab si algojo.
Jane kemudian dituntun di titik eksekusi. Ia tiba-tiba sedikit panik dan bertanya, "Apa yang harus saya lakukan. Di mana saya sekarang?" tanya Jane. Dia kemudian mulai tenang dan berdoa, "Ya Tuhan, dalam kekuasaan-Mu, aku serahkan jiwaku." Begitu kata-kata terakhir dari Lady Jane Grey yang dikenal dalam sejarah sebagai 'Ratu 9 Hari'.
Baca Juga
Sementara, pada 12 Februari tahun 1999, Bill Clinton dibebaskan oleh Senat dalam sidang pelengseran dirinya oleh Kongres terkait sejumlah kasus, termasuk skandal dengan mantan pegawainya di Gedung Putih, Monica Lewinsky.
Seorang pemimpin juga diadili pada tanggal yang sama, 12 Februari namun pada tahun berbeda, yakni 2002. Adalah mantan presiden Yugoslavia, Slobodan Milosevic berjuluk "Tukang Jagal dari Balkan," yang disidang di Den Haag, Belanda, atas dakwaan kasus genosida dan kejahatan perang di Bosnia, Kroasia, dan Kosovo pada dekade 1990-an. (Riz/Ein)
Advertisement