Liputan6.com, Guatemala City - Di bawah timbunan lumpur dan batu dari longsoran yang melanda kota kecil di Guatemala, Santa Catarina Pinula pada pekan lalu, kru pencari menemukan beberapa anggota keluarga kecil. Mereka ditemukan dalam kondisi meninggal dan meringkuk bersama-sama akibat terkubur hidup-hidup.
"132 Orang tewas dalam bencana pada Kamis 1 Oktober di luar Guatemala City, 300 orang masih belum ditemukan," dan kepala layanan darurat Alejandro Maldonado pada Senin 5 Oktober 2015 yang dikutip dari Reuters Selasa (6/10/2015).
Longsor Guatemala yang melanda kawasan El Cambray II di Santa Catarina Pinula, terletak di bagian bawah jurang yang dikelilingi oleh pohon-pohon. Lokasinya begitu dalam, penyelamat harus turun 12 meter melalui poros sempit untuk mencapai atap rumah yang tertimbun longsor.
Advertisement
"Kami menemukan seluruh anggota keluarga. Kami menemukan hampir semuanya tengah bergerombol, itu berarti mereka tengah mencoba mengevakuasi diri tapi tak sempat," kata seorang pejabat di badan bencana Conred, Sergio Cabanas.
"Mereka semuanya meninggal... beberapa akibat sesak napas dan yang lainnya ... akibat serangan jantung," tambah Sergio Cabanas.
Cabanas menuturkan, upaya penyelamatan rumit tengah dilakukan dalam situasi genting itu. Ada 2 tanah longsor kecil pada hari Senin.
Sebuah sungai terdekat meluap lebih dari 1 meter, dan pekerja penyelamat mengkhawatirkan stabilitas puncak gunung di mana tanah longsor terjadi.
Sejauh ini, belum ada korban lain ditemukan di situs tersebut. Petugas penyelamat mengatakan kecil kemungkinan menemukan orang hidup di bawah timbunan tanah 120 ribu ton.
Namun petugas layanan darurat bersumpah untuk terus melakukan pencarian terhadap para korban longsor Guatemala. Saat ini, selain mengerahkan puluhan petugas dan alat berat ekskavator juga diterjunkan anjing pelacak,
"Kami bertekad terus melakukan pencarian. Kami tidak akan berhenti sampai kami menyelesaikan pekerjaan ini. Tujuannya adalah bahwa tidak ada yang tertimbun di lokasi longsor," kara Maldonado mengatakan dalam konferensi pers.
Pemerintah Guatemala yang berantakan setelah mantan Presiden Otto Perez dipaksa mengundurkan diri dan ditangkap atas tuduhan korupsi bulan lalu, menyatakan tiga hari berkabung bagi mereka hilang dalam tanah longsor. Mereka yang masih tinggal di dekat longsoran diimbau pindah guna menghindari korban jatuh saat bencana berulang.
Sejauh ini, Palang Merah Guatemala memposting tulisan di Twitter untuk permintaan dry ice guna mendinginkan kamar mayat sementara di kota.
Bencana terbaru ini mungkin yang terburuk dalam satu dekade terakhir. Sebelumnya pada tahun 2005, ratusan orang terkubur setelah hujan deras di Panabaj di Kota Santiago Atitlan. (Tnt/Rie)