Mantan Presiden Korea Selatan Kim Young-sam Meninggal Dunia

Ia terkenal dengan gerakan pro-demokrasi. Selama masa jabatannya, dua kali nyaris digulingkan oleh kudeta militer.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 22 Nov 2015, 13:29 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2015, 13:29 WIB
20151122-Mantan Presiden Korea Selatan Tutup Usia
Bingkai foto Kim Young - Sam dihiasi banyak bunga saat proses pemakamannya di Seoul, Korea Selatan, (22/11). Mantan Presiden Korea Selatan yang terkenal dengan gerakan pro-demokrasi, meninggal dunia di usia ke-87. (REUTERS/Yonhap)

Liputan6.com, Seoul - Kim Young-sam, mantan Presiden Korea Selatan yang terkenal dengan gerakan pro-demokrasi, meninggal dunia di usia ke-87 pada Minggu (22/11/2015).

Kim dilarikan ke rumah sakit setelah demam tinggi. Sesampainya di Seoul National University Hospital, ia menghembuskan nafas terakhirnya. Menurut pimpinan rumah sakit, dr Oh Byung-hee, kematian Kim disebabkan oleh infeksi darah dan gagal jantung.

Di masa hidupnya, Kim terkenal dengan perlawanannya atas kepemimpinan militer. Kim adalah tokoh yang menghendaki reformasi demokrasi di Korsel.

Akibat dari kegigihannya dengan gerakan pro-demokrasi, ia sempat menjadi tahanan rumah dua kali pada 1980-an.

Tak lama, ia terpilih menjadi Presiden Korea Selatan pada 1993-1998. Selama ia memimpin, dua jenderal mencoba menggulingkannya dengan cara kudeta.

Namun, ia memberi pengampunan kepada keduanya, yaitu Jenderal Chun Doo-hwan dan Roh Tae-woo di saat terakhir menjelang jabatan Kim berakhir.

Selama Kim menjadi Presiden, militer Korsel kerap kali membuat ulah di Semenanjung Korea. Hal itu membuat Pyongyang sempat mengancam akan menarik diri dari perjanjian non-proliferasi nuklir dan negara itu membangkitkan reaktor nuklir Yongbyon.

Saat itu militer Korea Selatan ancam balik akan menghancurkan reaktor tersebut. Namun, Kim menolaknya. Ia mengatakan, jika sampai militernya menyerang, perang akan pecah.

Mantan Presiden AS, Jim Carter saat itu menjadi penengah antara dua Korea. Korut akhirnya setuju menunda program nuklir mereka. Namun, pada 2002 perjanjian itu batal. (Rie/Sun)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya