Liputan6.com, Jakarta - Pada 17 Januari 1991, tercatat sebagai awal dari serangan Koalisi Perang Teluk ke Irak. Koalisi tersebut terdiri dari Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, dan Arab Saudi dalam upaya membantu Kuwait yang tengah berperang melawan Irak.
Dalam operasi yang bertajuk 'Serangan Gurun' ini, ribuan pesawat diterbangkan ke markas pasukan Irak dan lokasi vital lainnya, seperti stasiun pengisian bahan bakar dan Bandara Kota Baghdad.
Baca Juga
Ribuan pesawat pengebom melancarkan serangan ratusan kali ke target. Militer Irak tak tinggal diam. Di bawah kepemimpinan Saddam Hussein, Irak juga menyerang.
Advertisement
Meski pada akhirnya Koalisi Perang Teluk berhasil menang. Hampir semua pesawat koalisi yang dipimpin pihak Barat itu kembali ke markas, namun ada 4 pesawat Prancis yang jatuh karena terkena serangan Irak.
"Serangan berjalan lancar," ujar Menteri Pertahanan AS kala itu, Dick Cheney, seperti dimuat BBC on This Day.
2 Jam kemudian, Presiden George HW Bush menggelar konferensi pers. Dia menyatakan misi koalisinya sudah jelas, ingin pasukan Irak hengkang dari kuwait dan membentuk pemerintahan baru yang sah.
"Operasi ini telah dipersiapkan sedemikian rupa untuk mengamankan negara anggota koalisi," kata Bush di Washington DC. "Laporan dari Jenderal Schwarzkopf semuanya berjalan lancar."
Baca Juga
Sementara itu, Saddam Hussein di Baghdad menegaskan bahwa Irak akan tetap mempertahankan pendiriannya. "Saya minta semua rakyat Irak untuk berdiri bersama melawan setan koalisi," seru Saddam.
Operasi ini diluncurkan setelah Irak tak menggubris ultimatum PBB untuk menarik pasukannya dari Kuwait. Perdana Menteri Inggris John Major mengatakan pihaknya berharap Saddam Hussein menyerah.
"Kalian tak akan menang melawan kami. Saya harap Saddam Hussein mengambil keputusan yang bijak segera mungkin," kata Major. "Serangan ini akan terus dilakukan sampai Saddam menarik pasukannya."
Serangan ini bermula dari invasi Irak ke Kuwait. Dengan menduduki Kuwait, Irak dapat menguasai 20 persen cadangan minyak dunia. Dewan Keamanan PBB langsung bereaksi keras dan menerapkan sanksi ekonomi berupa larangan dagang seluruh dunia atas Irak.
Sejarah lain mencatat, pada 17 Januari 1973, Ferdinand Marcos menobatkan diri menjadi presiden seumur hidup Filipina. Di tanggal yang sama tahun 1995, gempa bumi Besar Hanshin: Gempa bumi sebesar 7,2 SR terjadi dekat Kobe, Jepang, menewaskan lebih dari 6.000 jiwa dan menyebabkan kerusakan harta melebihi US$ 100 miliar.