Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

LanjutkanStop di Sini

Kota Ini Menjelma Jadi 'Ibu Kota Seks Dunia', Surga Muncikari

Para muncikari menikmati hidup mewah dari memanfaatkan gadis-gadis muda yang rentan di Meksiko.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 18 Feb 2016, 22:15 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2016, 22:15 WIB
Prostitusi menjadi mesin ekonomi di Tenancingo
Prostitusi menjadi mesin ekonomi di Tenancingo (mexiconewsdaily.com)

Liputan6.com, Tenancingo - Saat berusia 15 tahun, Maria Mendez yang berasal dari keluarga miskin, terpaksa putus sekolah dan menjadi asisten rumah tangga.

Suatu hari, dalam perjalanan ke supermarket, ia bertemu dengan pemuda tampan berusia 16 tahun. Ricardo Lopez -- nama pria itu -- terlihat menawan di matanya. Gadis itu pun jatuh cinta.

Terbuai rayuan dan janji-janji indah dinikahi dan diberi rumah, Maria setuju dibawa ke kampung halaman sang kekasih di Tenancingo -- kota kecil yang berjarak 128 km dari Meksiko City.

Awalnya, Lopez dan keluarganya memperlakukannya secara baik. Namun, belakangan mereka bersikap kejam pada Maria. "Aku dipaksa menjadi PSK di Tijuana, Guadalajara, Torreon, Aguascalientes  -- ke manapun di seluruh negeri -- yang penting bisa menghasilkan uang dengan tubuhku," kata Maria, kini paro baya, kepada Observer.

Ia menambahkan, kekasihnya itu mengatakan, uang tersebut akan digunakan untuk membeli tanah, di mana rumah mungil mereka akan dibangun di atasnya.

"Tapi, semua itu palsu. Bahkan namanya fiktif belaka," kata Maria seperti dikutip dari Guardian, Kamis (18/2/2016). "Ia membuat hidupku terasa menyedihkan, buruk, putus asa. Aku malu dengan hidupku."

Nestapa juga dialami Alejandra Rodriguez. Saat berusia 19 tahun, ia terpikat cinta Francisco yang ternyata palsu.

"Ia perayu ulung," kata dia seperti dikutip dari Daily Mail. "Ia membuatku merasa cantik dan akhirnya mempercayainya."

Setelah berpacaran selama 8 hari, sang kekasih membujuk Alejandra untuk tinggal bersama di rumah orangtuanya di Tenancingo. Perempuan itu tak sadar telah masuk jebakan.

Muncikari dari Tenancingo beroperasi hingga AS (Reuters)


Ia dikurung di dalam rumah itu, sama sekali tak boleh keluar. Alejandra kemudian dipaksa masuk ke lingkaran prostitusi. Perempuan itu dibawa ke sejumlah kota di Meksiko, bahkan sampai ke Amerika Serikat. Muncikarinya adalah Francisco, pria yang pernah jadi kekasihnya.

Seorang pelanggan harus membayar US$ 30 untuk mendapatkan layanannya. Dalam sehari Alejandra bekerja 14 jam, namun ia sama sekali tak pernah mendapat uang.

"Ada hari di mana aku harus melayani 60 pelanggan sehari. Perkiraanku, dalam 3 tahun aku diperkosa 40 ribu kali. Itu berarti Francisco mendapatkan uang lebih dari 1 juta dolar dari menjual diriku di AS saja."

Wanita ini diperkosa sebanyak 43.000 kali (www.tio.ch)


Kisah serupa dialami Karla Jacinto. Perempuan 23 tahun itu mengaku diperkosa 43.200 kali setelah diseret paksa dari rumahnya oleh pelaku perdagangan manusia. Saat itu ia masih 12 tahun.

Ia menceritakan kisah sedihnya pada Paus Fransiskus, juga memaparkan pengalaman buruknya di depan Kongres AS.

Anak-anak Bercita-cita Jadi Muncikari...

Di Tenancingo, Meksiko, pemuda-pemuda tanggung dilatih untuk menjalankan pekerjaan impian mereka: muncikari.

Berdasarkan survei University of Tlaxcala pada 2010, 1 dari 5 anak di sana bercita-cita jadi muncikari. Sementara dua pertiga kaum muda tahu bahwa setidaknya ada 1 kerabat maupun teman mereka yang jadi pelaku perdagangan manusia.

Data tersebut kian ngeri dengan fakta bahwa 5 dari 10 buronan wahid pelaku perdagangan manusia di AS berasal dari Tenancingo.

Kehidupan di Kota Tenancingo, Maksiko (Reuters)


Kisah kriminal di kota itu berawal pada tahun 1950-an. Kala itu, industrialisasi meredup, para buruh yang digaji terlampau rendah pulang kembali ke kampung halamannya untuk mencari peluang baru. Beberapa dari mereka mendirikan bisnis keluarga yang cepat menghasilkan uang. Membuat lingkaran setan eksploitasi seksual.

Rumah-rumah besar dengan bentuk dan cat norak berdiri di sana sini, kontras dengan tempat tinggal lain yang sederhana.

Rumah-rumah itu bak kue tar pengantin yang berwarna-warni -- pinl, oranye terang, atau hijau mencolok yang dihiasi pahatan elang, singa, dan angsa.Jendela-jendela rumah menggunakan kaca patri dengan orbamen serigala atau bunga, tak mungkin ada orang yang  bisa melongok ke dalam. 

Jati diri pemiliknya dan dari mana uang mereka berasa, sudah jadi rahasia umum.

Mobil-mobil mewah seperti Mustang dan Chevrolet baru terparkir, sementara para pengemudinya -- para pria berusia 30-an dan 40-an tahun yang mengenakan pakaian mahal -- menenggak bir sambil menikmati matahari terbenam. Dua polisi terlihat berjaga 150 meter dari mereka.

Kota Tenancingo, Maksiko (Wikipedia)


"Mereka adalah archetypal padrotes (muncikari)," kata Emilio Munoz, warga Tlaxcala sekaligus direktur lembaga HAM di Pusat Fray Julián Garcés.

"Mereka berkeliaran ke wilayah lain, mencari gadis-gadis muda yang rentan dan merayu mereka," kata dia. Itulah peran mereka dalam 'bisnis keluarga. Para pemuda itu tebar pesona dengan bermodalkan mobil mentereng, pakaian bagus -- yang dianggap sebagai modal. 

Munoz menambahkan, siapapun tahu identitas mereka. Itu bukan lagi rahasia.

"Mereka adalah keluarga yang sama, yang mendukung festival keagamaan dan kegiatan masyarakat," kata Munoz.

Perdagangan manusia di sana sudah jadi hal biasa. Bahkan kaum muda ingin menjadi pelakunya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya