Temuan Unik, Kura-kura Dalam Makam Purba

Budaya-budaya manusia memiliki cara pemakaman yang unik. Temuan di Suriah mengungkapkan peran kura-kura dalam buaya purba setempat.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 29 Apr 2016, 08:58 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2016, 08:58 WIB
Temuan Unik, Kura-kura Dalam Makam Purba
Temuan di situs Kavuşan Höyük. (Sumber R. Berthon)

Liputan6.com, Kavuşan Höyük - Pemakaman dalam berbagai budaya dunia memiliki keunikan masing-masing. Kali ini, para ahli arkeologi terheran-heran dengan temuan di tepi Sungai Tigris, Turki. Dalam temuan makam purba tersebut, mereka menemukan sisa-sisa 17 ekor kura-kura cangkang lunak yang disembelih dalam kuburan seorang sisa-sisa seorang wanita bersama dengan seorang anak.

Kura-kura sungai tersebut bukan termasuk menu santapan Mesopotamia sekitar 2.500 tahun lalu. Para peneliti menduga bahwa, dalam kasus ini, hewan-hewan itu disantap dalam upacara pemakaman sebelum dikubur bersama-sama dengan orang yang meninggal. 

Dikutip dari Live Science pada Jumat (29/4/2016), makam tersebut ditemukan situs purba Kavuşan Höyük, dekat kota Bismil di Turki bagian tenggara. Catatan arkeologi menengarai bahwa situs itu pernah didiami untuk waktu yang sangat lama, mulai dari milenium ke-3 Sebelum Masehi (SM) hingga Abad ke-14 M.

Sayangnya, situs ini akan segera lenyap. Kavuşan Höyük dan sejumlah situs bersejarah lain semisal Hasankeyf akan digenangi untuk menjadi bendungan baru.

Sebelum proyek PLTA ini, telah ada beberapa upaya penyelamatan di sepanjang tepi Sungai Tigris. Penggalian di Kavuşan Höyük berlangsung antara 2001 dan 2009.

Pada 2009, para ahli arkeologi menemukan 3 silo purba yang digali ke dalam lantai lumpur. Silo-silo ini bertarikh masa sesudah Asiria, sekitar Abad ke-6 SM.

Silo-silo ini dulunya dipergunakan sebagai lumbung bulir dan jelai, tapi ada satu yang diganti peruntukannya menjadi sebuah makam. Di dasarnya, para penggali menemukan bagian jasad seorang wanita dan seorang anak kecil yang dikuburkan saling bertindihan. Jenazah mereka dikelilingi oleh cangkang dan sisa-sisa kerangka kura-kura cangkang lunak Eufrat (Rafetus euphraticus).

Temuan angkang dan sisa-sisa kerangka kura-kura cangkang lunak Eufrat (Rafetus euphraticus) di makam purba. Spesies itu masih ada hingga sekarang (gambar kanan), walaupun terancam punah. (Sumber R. Berthon dan S. Turga)

“Tidak diduga-duga,” kata Rémi Berthon, seorang ahli arkeologi hewan di Museum Nasional Sejarah Alam di Paris. Ia ditugaskan untuk mempelajari peninggalan hewan-hewan itu. Sebelumnya, cangkang kura-kura telah ditemukan di beberapa makam di Timur Dekat, tapi temuan kura-kura cangkang lunak Eufrat adalah sebuah kejutan.

Bukan hanya itu, Berthon melihat bukti kuat bahwa kura-kura itu telah disembelih. Bekas-bekas irisan menengarai bahwa kura-kura itu ditempatkan terbalik, lalu dibuka bagian bawahnya untuk diambil dagingnya. Kaki-kakinya juga dipotong, kata para peneliti.

Berthon sendiri belum pernah merasakan daging kura-kura cangkang lunak, dan mungkin dia bisa bermasalah kalau melakukannya karena kura-kura jenis tersebut termasuk dalam daftar hewan terancam punah menurut Union for Conservation of Nature (IUCN).

Status hewan itu kurang jelas. Spesies yang dimaksud tidak terlalu dihargai warga setempat. Sumber-sumber etnografi menengarai kura-kura terkadang dijual di pasar ikan, tapi sekarang hewan itu tidak memiliki fungsi ekonomi.

“Menurut saya, para nelayan tidak terlalu suka dengan spesies ini karena mereka menanggapnya terlalu agresif dan merusak jaring-jaring nelayan,” kata Berthon.

Namun demikian, ada sejumlah bukti dari beberapa situs arkeologi lain bahwa, dalam sejumlah budaya, kura-kura dan penyu mungkin dipandang sebagai pemandu ke alam baka. Misalnya, cangkang dan tengkorak penyu hijau kerap ditemukan di makam Ra's al Hamra 5 di Oman. Temuan tersebut bertarikh hingga milenium ke-4 Sebelum Masehi.

“Kita sudah mengetahui bahwa, di Timur Dekat, kura-kura dan penyu memiliki peran khusus yang biasanya dikaitkan dengan kehidupan setelah kematian,” ujar Berthon. Yang mengejutkan, katanya lagi, adalah ketika daya khusus ini diterapkan bagi kura-kura cangkang lunak yang sekarang ini tidak dianggap penting.

Karena tidak ada bekas-bekas trauma ataupun cedera, belum jelas mengapa dua manusia itu meninggal dunia. Namun demikian, berkaitan dengan kemungkinan adanya santapan sebelum pemakaman, bisa saja ini merupakan petunjuk bahwa dua orang itu memilki status sosial atau simbolis yang tinggi.

Temuan ini telah diterbitkan secara dalam jurnal Antiquity edisi daring 17 Februari 2016.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya