Liputan6.com, Baghdad - Menteri Dalam Negeri Irak mengajukan pengunduran dirinya pada Selasa 5 Juli lalu. Ia meminta wakilnya untuk mengambil alih tanggung jawab pekerjaan sementara waktu.
Hal itu dilakukan oleh Mohammed Ghaban beberapa hari setelah ledakan bom mobil yang paling mematikan di Baghdad semenjak invasi koalisi AS pada 2003 silam.
Baca Juga
Ghabban mengumumkan pengunduran dirinya dalam sebuah konferensi pers di Baghdad. Sebuah video terkait pengumuman yang sama juga diunggah ke Facebook.
Advertisement
Keinginannya untuk mundur baru bisa disebut resmi apabila dikabulkan oleh Perdana Menteri Haider Al Abadi. Sementara itu, kantor PM hingga saat ini belum berkomentar. Demikian dilansir dari Reuters, Selasa (6/7/2016)
Adapun jumlah kematian dari bom mobil bunuh diri di pusat perbelanjaan Karada pada Sabtu lalu, meningkat luar biasa. Menurut kementerian kesehatan Irak, kini mencapai 250 orang.
Tragedi itu merupakan yang terburuk akibat bom mobil semenjak tentara AS menghancurkan Saddam Hussein 13 tahun lalu. Tak hanya itu, insiden ini juga menambah kemarahan warga Irak karena lemahnya aparat keamanan negara itu.
Adapun pelaku adalah ISIS, yang selama ini diperangi oleh tentara Irak. Kelompok teroris itu mampu menguasai utara dan barat wilayah Irak semenjak 2014.
Namun, beberapa waktu lalu, tentara Irak dibantu AS berhasil merebut kota Fallujah. Tragedi bom mobil disebut-sebut sebagai tindakan balas dendam.
Bom bunuh diri di pasar Karada merupakan bukti kalau ISIS masih punya sEring melakukan serangan 'mandiri' meski mengalami kekalahan telak di Fallujah.