Liputan6.com, Washington DC. - Tina Houchins mengajukan sebuah pertanyaan serius untuk Barack Obama, tentang mengapa Presiden Amerika Serikat itu menolak untuk menyebut istilah 'teroris Islam'.
"Kehidupan anak saya terenggut dalam aksi terorisme," kata Houchins, ibu dari seorang tentara berpredikat 'Gold Star' -- yang gugur di medan tempur, seperti dikutip dari CNN, Jumat (30/9/2016). Putranya yang berusia 19 tahun tewas di Irak pada 2007 lalu.
"Anda masih yakin bahwa tindakan teroris itu dilakukan atas dasar motif keyakinan agama? Dan jika demikian, mengapa Anda masih menolak untuk menggunakan terminologi...teroris Islam?"
Obama pun memberi penjelasan. Menurutnya, hal itu adalah isu yang 'dibuat-buat'.
"Tak ada keraguan, dan saya telah mengucapkannya berulang kali, ketika kita melihat organisasi teroris seperti Al Qaeda atau ISIL (ISIS) -- mereka memiliki pandangan sesat dan menyimpang, yang mencoba mengklaim secara sepihak ajaran Islam demi membenarkan tindakan mereka yang pada dasarnya barbar dan kematian yang disebabkannya," kata Obama dalam town hall meeting dengan anggota dan keluarga militer di Pangkalan Fort Lee di Virginia.
"Orang-orang jahat itu yang membunuh anak-anak, membunuh umat Muslim, menjadikan (para perempuan) sebagai budak seks, tak ada ajaran apapun yang membenarkan apa yang telah mereka lakukan," kata Obama.
Pria keturunan Afrika pertama yang jadi Presiden AS itu menambahkan, itu mengapa ia berhati-hati memilih terminologi dalam masalah sensitif seperti itu.
"Untuk memastikan agar tidak menyamakan para pembunuh itu dengan jutaan Muslim yang ada di seluruh dunia, termasuk di negara ini -- yang damai, yang bertanggung jawab...yang di negara ini mengabdi sebagai tentara, anggota polisi, pemadam kebakaran, guru, menjadi tetangga dan teman-teman kita," kata Obama.
Pria berdarah Kenya itu membuat perbandingan dengan aksi oknum penganut Kristen yang membunuh dan mengatasnamakan agama dalam aksinya.
"Jika ada kelompok yang membunuh orang-orang dan mengatakan, 'kami adalah garda depan Kekristenan', sebagai umat Kristiani, saya tak akan membiarkan mereka mengklaim agama yang saya anut dan mengaku membunuh atas nama Kristus. Aku akan berkata, 'itu konyol'," kata Obama.
Dia menegaskan, tak adil mengaitkan agama dan seluruh umatnya dengan perbuatan jahat segelintir orang yang kebetulan menganut keyakinan tersebut. "Sebut mereka pembunuh atau teroris, itu saja." Tak perlu ada embel-embel lain.
'Si Anak Menteng' itu mengatakan, penting artinya bagi seorang presiden atau siapapun yang mengincar jabatan tersebut untuk memperhatikan kata-kata yang dia ucapkan.
Pembawa acara, Jake Tapper dari CNN menimpali dan menanyakan, apakah kata-kata tersebut ditujukan pada capres Partai Republik, Donald Trump, Obama mengelak.
"Bukan. Bukan itu maksudku," kata Obama. "Itu tak khusus ditujukan pada kandidat Republik. Lihat, aku selalu mencoba untuk hati-hati, kita sedang di pangkalan militer, saya tak memasukkan soal politik partisan di sini."
Menurut ayah dua anak itu, ada sejumlah pesohor yang mulai mengatakan komentar yang berbahaya. "Sebab, hal itu akan memecah belah AS."
Pasca-penembakan Orlando pada Juni 2016 lalu, Donald Trump menggunakan istilah 'teroris radikal Islam' untuk menggambarkan motif insiden itu.
Miliarder kontroversial itu juga terang-terangan mengkritik Obama dan Hillary Clinton karena tidak menggunakan terminologi tersebut.
"Apakah Presiden Obama akhirnya akan menyebut teroris Islam radikal? Jika tidak ia harus segera mundur dengan rasa malu!"
"Apa yang terjadi di Orlando hanyalah permulaan. Kepemimpinan kita lemah dan tak efektif..." tulis Trump dalam Twitternya.