Liputan6.com, Jakarta - Belum lama ini, Tim Investigasi Gabungan (JIT) yang beranggotakan jaksa dari lima negara yakni Australia, Belanda, Ukraina, Belgia, dan Malaysia membuka hasil penyidikan mereka terhadap peristiwa jatuhnya pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17.
Kesimpulan JIT memberatkan Rusia. Karena mereka mengklaim menyimpan bukti-bukti yang mengarah pada dugaan keterlibatan Negeri Beruang Merah itu.
Bukti yang menurut mereka paling kuat adalah rekaman percakapan via telepon yang terjalin pada hari-hari sebelum dan sesudah MH17 ditembak rudal BUK.
Advertisement
Merespons hasil investigasi dari Belanda, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir menyatakan Indonesia telah menerima laporan tersebut. Akan ada beberapa langkah yang diambil terkait penyidikan ini.
"Kita terus melakukan koordinasi dan memantau perkembangan, kemarin ada laporan dari Belanda soal asal usul misil," ucap pria yang kerap disapa Tata ini, di Jakarta, Kamis (6/10/2016).
"Kita pelajari (laporan tersebut) dan koordinasikan dengan Belanda," sambung dia.
Tata menambahkan, selain mempelajari laporan itu, Pemerintah Indonesia juga meminta agar penyelidikan penyebab kecelakaan MH17 terus dilanjutkan.
"Kita harapkan dapat selesai dengan kejelasan yang lebih jelas," imbuhnya.
Kesimpulan JIT tersebut diumumkan pada 28 September lalu. JIT menyatakan rudal BUK yang menyebabkan pesawat Malaysia Airlines MH17 jatuh pada 2014 lalu dibawa oleh Rusia ke kawasan timur Ukraina.
Hasil temuan tersebut mengungkit kembali pertanyaan terkait keterlibatan angkatan bersenjata Rusia, Kremlin, dan Presiden Vladimir Putin atas insiden tersebut. Rusia telah berulang kali membantah berada di balik peristiwa itu.
Seluruh kru dan penumpang pesawat yang total berjumlah 283 orang dilaporkan tewas. 12 di antaranya adalah WNI.