Setelah Filipina, Giliran Malaysia yang Merapat ke China?

Di tengah skandal 1MDB yang 'panaskan' hubungan dengan AS, PM Malaysia Najib Razak menandatangani kesepakatan pertahanan dengan China.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 01 Nov 2016, 18:00 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2016, 18:00 WIB
Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak berjabat tangan dengan Presiden China, Xi Jinping
Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak berjabat tangan dengan Presiden China, Xi Jinping (Reuters)

Liputan6.com, Beijing - Kunjungan resmi Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, selama sepekan ke China akan diwarnai dengan penandatanganan 'kesepakatan pertahanan yang signifikan' antar kedua negara.

Hal itu dinilai sebagai pergeseran politik yang dilakukan Malaysia di tengah memanasnya hubungan Najib dengan Amerika Serikat (AS) terkait skandal 1MDB.

Seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (1/11/2016), PM ke-6 Malaysia itu disebut akan menandatangani 10 perjanjian kerja sama dengan Tiongkok.

Ada pun kunjungan Najib itu dianggap merupakan pukulan bagi 'poros' AS di Asia. Pasalnya, kedatangannya ini terjadi dua pekan setelah Filipina menyatakan resmi berpisah dari AS dan merapat ke China.

Dalam kunjungan ke Beijing, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte bahkan sempat mengucapkan selamat tinggal kepada AS yang telah puluhan tahun menjadi sekutu negaranya. Meski kemudian Duterte 'meralat' pernyataannya dengan mengatakan bahwa aliansi dengan AS akan tetap utuh, namun pernyataannya telah menggarisbawahi peningkatan hubungan diplomatik dan ekonomi dengan China yang mengorbankan AS.

"Malaysia dan China akan menyelesaikan kesepakatan pertahanan signifikan pertama antar kedua negara," demikian pernyataan Najib kepada kantor berita China, Xinhua, tanpa memberikan keterangan lebih lanjut.

Dikabarkan 10 kesepakatan tersebut mencakup sejumlah bidang termasuk di antaranya bisnis dan pertahanan. Sebelum bertolak ke China, PM Najib sempat mengatakan bahwa Malaysia dan China berkomitmen untuk mencapai dan memasuki level kerja sama tertinggi.

Analis politik Asia Tenggara, Bridget Welsh, mengatakan kunjungan Najib mempertontonkan fakta baru.

"Ini adalah norma regional baru. Saat ini China yang menancapkan kekuasaannya sementara AS mundur," kata Welsh.

Welsh menambahkan, perjalanan Najib ke Tiongkok ini dapat menguntungkan Malaysia 'miliaran dolar' di tengah kondisi perekonomian dalam negeri yang sulit seiring dengan jatuhnya harga minyak dunia dan meningkatnya utang sektor publik.

"Kunjungan ini tak hanya merefleksikan persekutuan geostrategis Malaysia ke China sebagai 'bank daerah' tapi juga fakta bahwa Najib putus asa dengan sumber keuangan alternatif," jelas Welsh.

Najib yang tiba di Beijing pada Senin 31 Oktober waktu setempat memulai agendanya dengan jamuan makan malam kenegaraan. Selanjutnya ia bertemu dengan Perdana Menteri China, Li Keqiang.

Pada akhir pekan ini, PM Najib dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Xi Jinping serta Jack Ma, pendiri raksasa e-commerce, Alibaba.

Tiongkok saat ini diketahui memenangkan sejumlah proyek infrastruktur besar di Malaysia. Pembangunan kereta cepat yang akan menghubungkan Kuala Lumpur dan Singapura senilai US$ 15 miliar pun akan digarap oleh China.

Namun pertanyaan menggelitik mencuat, akankah Malaysia tetap lebih condong ke China terkait dengan sejumlah isu strategis seperti Laut China Selatan?

Jeratan 1MDB

Najib yang naik ke tampuk kekuasaan Negeri Jiran pada 2009 itu pada awal kepemimpinannya mengulurkan tangan ke AS. Namun belakangan hubungan keduanya memburuk seiring dengan rendahnya rasa saling percaya.

Di lain sisi, Pemerintahan Najib semakin merapat ke China mengingat negara itu merupakan mitra dagang terbesar Malaysia. Tak hanya itu, merapatnya Negeri Jiran ke Tiongkok disebut-sebut pula terjadi setelah Najib terlilit skandal 1MDB.

1MDB atau 1Malaysian Development Berhad adalah lembaga investasi Malaysia yang bercikal bakal dari Otoritas Investasi Terengganu. Lembaga ini didirikan untuk memberikan manfaat kepada rakyat.

Ilustrasi 1MDB  (Reuters)

Gagasannya, 1MDB akan berinvestasi dalam sejumlah proyek di seluruh dunia, kemudian keuntungannya akan dikembalikan pada rakyat Malaysia.

Namun, apa yang terjadi tak sesuai dengan rencana semula. Menurut agen federal AS, miliaran dana justru dikuras oleh mereka yang korup dan punya koneksi dengan penguasa bahkan skandal 1MDB memicu penyelidikan terhadap kasus penggelapan dan pencucian uang di sejumlah negara.

Hubungan Najib dan Washington pun seketika tegang ketika Kementerian Kehakiman AS berupaya menyita aset senilai lebih US$ 1 miliar atau sekitar 13 triliun yang diduga dibeli oleh kerabat dan kolega Najib dengan menggunakan dana 1MDB.

Dalam gugatan hukumnya, Kementerian Kehakiman AS menduga 'ada konspirasi internasional untuk mencuci dana yang disalahgunakan'.

Ada julukan misterius yang tertera dalam gugatan Kementerian Kehakiman AS, yaitu Malaysian Offical 1. Seperti yang dimuat dalam gugatan, Malaysian Offical 1 diduga menerima lebih dari US$ 700 juta dari skema 1MDB. Belakangan, pihak Malaysia mengaku, sosok yang dimaksud adalah Najib.

Bantahan pun meluncur dari orang nomor satu di Malaysia itu. Ia balik menuding, kekuatan asing telah mengarang skandal 1MDB.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya