Liputan6.com, Washington - Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS ternyata berpengaruh pada psikologi sebagian warga Amerika Serikat. Mereka cemas dan dihantui kekhawatiran miliarder nyentrik itu akan mengimplementasikan beberapa kebijakan kontroversial.
Beberapa dokter di Amerika Serikat pun saat ini tengah menyelidikan fenomena medis baru yang muncul setelah Pilpres AS itu.Â
Banyak bocah terdiagnosis mengalami "ketakutan akan Trump". Kecemasan tersebut juga banyak terjadi pada anak-anak imigran yang tinggal di AS.
Advertisement
Kekhawatiran tersebut muncul didasari faktor kuat: anak-anak para imigran takut orangtuanya dideportasi oleh Trump. Sebelumnya, dalam kampanye, capres Republik itu berkali-kali mengeluarkan ancaman akan mendeportasi imigran ilegal, membangun tembok perbatasan dengan Meksiko, hingga melarang Muslim masuk AS.
Meluasnya "ketakutan akan Trump" terindikasi di North Carolina. Seorang bocah terkena sakit perut begitu hebat. Korban cemas orangtuanya bakal menghilang saat ia pulang rumah.
Baca Juga
Di California lebih parah lagi. Anak-anak imigran kebanyakan pulang sekolah dalam keadaan menangis.
Ejekan dari teman sekolahnya, yang mengatakan bahwa mereka akan segera diusir dari Amerika Serikat dan kembali ke negara asal yang jadi penyebabnya.
Bukan cuma bocah imigran yang cemas. Anak-anak yang tidak berasal dari keluarga pendatang juga mengalami kecemasan. Mereka takut tidak bisa bertemu dengan teman baiknya yang mungkin bakal diusir dari AS.
Kecemasan ini, menurut Direktur Penyedia Layanan Kesehatan di South California, Mimi Lind sudah sampai pada titik kritis.
"Ini seperti letusan gunung berapi, begitu buruk," sebut Lind seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (25/11/2016).
"Keluarga dan masyarakat yang tidak punya riwayat kecemasan, mulai merasakan apa yang tak pernah mereka rasakan. Mereka yang punya sejarah tentang itu justru semakin buruk," ucap dia.
Pernyataan yang sama juga disampaikan anggota Pusat Hukum Imigran Nasional, Marielena Hincapié. Ia mengakui tak pernah melihat fenomena seperti ini sebelumnya.
"Perasaan yang mereka keluarkan merupakan sebuah ketakutan yang luar biasa," ujar Hincapié.
Menurut seorang anggota Kelompok Akademisi Kesehatan Anak, Julie Linton, belakangan ini kelompoknya sering menerima panggilan berisi kepanikan dan kecemasan setiap pagi.
"Para orangtua itu menanyakan kepada kami apa yang harus mereka perbuat, 'apakah saya perlu membuat surat kuasa jika nanti dideportasi'," papar Linton.
"Pastinya cukup sulit untuk memastikan kesehatan para anak-anak imigran yang merasa cemas orangtuanya akan dideportasi," pungkas dia.