Bubuk Kayu Manis Asal Indonesia Mengandung Racun?

Cinnamomum cassia mengandung unsur coumarin, zat racun sedang yang sebenarnya dapat menyebabkan kerusakan hati.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 13 Des 2016, 08:03 WIB
Diterbitkan 13 Des 2016, 08:03 WIB
Cinnamon (0)
Hidung juga bisa membantu karena cassia tidak mengandung zat terpenoid, yaitu suatu zat ringkih yang memberikan wangi khas cinnamon. (Sumber healingmelbourne.com.au)

Liputan6.com, Colombo - Bayangkan nikmatnya kopi bertabur serbuk kayu manis (cinnabon). Atau, hirup aroma kayu manis dari kue bolu dan roti kayu manis. Bisa juga menjadi campuran rasa pada wine.

Tapi, apakah kita menggunakan Cinnamomum verum—yang berarti 'cinnamon sesungguhnya'—atau kerabatnya, yaitu Cinnamomum cassia?

Dikutip dari qz.com pada Selasa (13/12/2016), dua bumbu itu terlihat, berbau, dan terasa serupa. Tapi tidak sama.

Mereka yang mengejar kemurnian menganjurkan menggunakan kayu manis dari Sri Lanka. Memang lebih mahal, bukan hanya karena aromanya tapi karena Cinnamomum cassia mengandung unsur coumarin, zat racun sedang yang sebenarnya dapat menyebabkan kerusakan hati.

Sejak 2013, Uni Eropa telah melarang penggunaan cassia dalam produk sereal ataupun panggangan jika kandungannya lebih dari 50 miligram untuk setiap 1 kilogram produk.

Keputusan itu menyebabkan 'pemberontakan' para pembuat roti Denmark sehingga terbitlah perkecualian musiman. Cassia memang lebih baik dalam makanan panggangan.

Hidung juga bisa membantu karena cassia tidak mengandung zat terpenoid, yaitu suatu zat ringkih yang memberikan wangi khas cinnamon. (Sumber Flickr/Manguzmo)

Cassia adalah bumbu yang lebih panas dan kuat. Kebanyakan dihasilkan di China, Indonesia, dan Vietnam. Bumbu ini telah membanjiri pasar dan membingungkan indra perasa bahkan di antara kalangan ahli gourmet.

Untuk mengetahui jenis kayu manisnya, orang bisa memeriksa label negara asal. Atau, kalau membeli secara batangan, bisa dilakukan uji sederhana.

Sekitar 90 persen Cinnamomum verum berasal dari Sri Lanka dan negeri itu berupaya keras agar dunia menyadarinya. Bumbu dari Sri Lanka diperoleh dengan menyayat batang dalam tanaman cinnamon hidup sehingga menghasilkan lembaran tipis yang digulung seperti cerutu untuk kemudian dikeringkan.

Sementara itu, cassia diperoleh hanya dengan memotong ini batang. Tidak usah digulung dan dikeringkan.

Sifat bubuk dan getas Cinnamomum verum menyebabkan bunyi pelan ketika kotaknya dikocok-kocok di pasar swalayan. Bungkus yang tembus pandang memungkinkan kita memeriksa apakah batangnya berupa beberapa lapis gulungan atau batang tunggal yang melengkung—khas cassia.

Jika belum yakin dengan yang dibeli, dan mencoba menguji cassia, kocokan kotak akan memberikan suara tajam seperti mengocok sekotak batang-batang kayu.

Hidung juga bisa membantu karena cassia tidak mengandung zat terpenoid, yaitu suatu zat ringkih yang memberikan wangi khas cinnamon.

Perbedaan harga di sumbernya juga jauh, kira-kira 5 kali lipat, bahkan ketika cassia dijual dengan untung yang berlebihan.

Selain harga, pasokan juga menjadi pemikiran. Produksi cinnamon Sri Lanka berkisar pada 16 ribu ton metrik setiap tahun yang sebenarnya bisa dua kali lipat seandainya penyayatnya lebih trampil.

Hidung juga bisa membantu karena cassia tidak mengandung zat terpenoid, yaitu suatu zat ringkih yang memberikan wangi khas cinnamon. (Sumber Ilaria Maria Sala)

Saat ini ada sekitar 30 ribu penyayat dan pemerintah telah menggelontorkan program pelatihan 25 ribu orang lagi. Selain itu, telah didirikan Dinas Pengembangan Cinnamon dan Akademi Pelatihan Cinnamon, khususnya untuk menghadapi "ancaman cinnamon China".

Dewan tersebut melakukan upaya menghadapi krisis karena dalam 10 tahun terakhir ini cinnamon telah kehilangan 50 persen pangsa pasarnya kepada cassia. Kebanyakan pelanggan tidak menyadari pergantiannya.

Jadi, jika ingin menikmati yang sejati berserta manfaat kesehatan tanpa dampak coumarin, pilih yang dari Sri Lanka.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya