Liputan6.com, Washington, D.C - Sambil mengacungkan poster bertuliskan "The future is female" dan "Make America kind again," puluhan ribu pendemo Donald Trump long march ke dekat National Mall di Washington D.C., Amerika Serikat.
Topi dan slogan buatan sendiri yang mereka bawa pada Sabtu, 21 Januari 2017 waktu setempat berhasil membuat "lautan" warna pink di lokasi tersebut.
Baca Juga
Suara dukungan atas kesetaraan gender pun menggema di antara mereka yang beraksi saat Donald Trump menghadiri layanan doa di Katedral Nasional Washington pada hari pertama setelah dilantik sebagai presiden.
Advertisement
Menggunakan bus, karavan, dan transportasi umum, demonstran dari seluruh negeri turun ke Washington D.C. untuk berkumpul di dekat National Mall dan mendengarkan pidato dari aktivis perempuan terkemuka, anggota parlemen, dan selebritas.
Aksi itu bergerak lambat mulai Sabtu sore di sepanjang Constitution Avenue menuju Monumen Washington dan berakhir di dekat Gedung Putih.
Penyelenggara mengatakan womens's march di Washington itu sengaja dijadwalkan sehari setelah pelantikan presiden. Tujuannya untuk mengirimkan pesan yang kuat kepada pemerintah baru bahwa "hak-hak perempuan juga hak asasi manusia."
Tidak ada pendukung Trump terlihat di sekitar hotelnya di Pennsylvania Avenue ketika demonstran berpose untuk foto di depan barikade yang mengelilingi pintu masuk. Suasana demo terlihat meriah.
Banyak orang mengenakan topi rajutan merah muda dengan telinga kucing disebut sebagai pussy hat, simbol sindiran atas pelecehan Donald Trump terhadap wanita saat ia berkampanye.
"Kami berdemo hari ini untuk kepentingan moral bangsa ini terhadap presiden baru yang menabuh genderang perang," kata aktris America Ferrera kepada kerumunan.
"Martabat, karakter, hak kami semua telah diserang, dan dasar kebencian serta perpecahan terbentuk kemarin. Tapi presiden bukanlah Amerika ... Kamilah Amerika dan di sinilah kami berada."
Ketika demo di Washington diperkirakan menarik perhatian 200.000 orang, kota di seluruh negara dan dunia, dari San Diego ke Sydney, Australia, juga menggelar aksi serupa. Gerakan ini juga diperkuat oleh ikon feminis Gloria Steinem.
"Saya berbicara dengan orang-orang dari berbagai aksi termasuk di Berlin. Mereka meminta saya untuk mengirimkan pesan khusus: 'Kami di Berlin tahu bahwa "dinding" pembatas itu tak bekerja'," kata Steinem disambut tepuk tangan, mengacu pada janji Trump membangun dinding di sepanjang perbatasan AS dengan Meksiko.
Bagi Trump yang pada masa akhir kampanyenya dihujani tuduhan pelecehan seksual, Steinem memiliki pesan tajam, "A Twitter finger must not become a trigger finger."
Demo yang dilakukan untuk menanggapi kekuasaan Trump di Oval Office juga merupakan peringatan bahwa ia akan ditantang selama empat tahun ke depan. Demikian kata beberapa demonstran.
"Saya tidak akan menyebutnya demo anti-Trump. Saya akan menyebutnya 'Kami memantau Anda, Trump'," kata Ayesha Ahmed, yang berasal dari Chicago bersama Aliansi Muslim Perempuan.
Women's march itu juga menarik dukungan signifikan dari para selebritas. Mulai dari aktris Scarlett Johansson, Ashley Judd, hingga penyanyi Alicia Keys dan Madonna juga ikut serta berbicara kepada para demonstran. Janelle Monae, Maxwell, dan Indigo Girls pun juga tak mau ketinggalan mendukung aksi tersebut.
Dr. Trinka Coster, seorang pensiunan kolonel Angkatan Darat mengatakan bahwa ia ikut serta dalam demo tersebut karena ingin semua orang Amerika mendapat pengobatan yang sama seperti para tentara dan veteran.
"Aku senang sudah pensiun Juli lalu," katanya seraya mengacu pada Trump yang kini menjadi panglima tertinggi militer AS.