Liputan6.com, Washington, DC - Donald Trump menyebut soal 'teroris radikal Islam' dalam pidatonya sesaat setelah dilantik sebagai Presiden ke-45 Amerika Serikat pada Jumat 20 Januari 2017. Istilah yang sama yang pernah diucapkannya selama kampanye.Â
Baca Juga
Advertisement
"Kita akan menguatkan sekutu lama dan membentuk yang baru -- dan menyatukan dunia yang beradab melawan teroris radikal Islam, yang akan kita basmi total dari muka Bumi," kata Trump.
Pernyataan miliarder properti itu jauh berbeda dengan apa yang disampaikan Barack Obama dalam pelantikannya pada 20 Januari 2009.
"Kepada dunia muslim, kita melihat sebuah jalan baru untuk maju, berdasarkan kepentingan dan penghormatan bersama," kata Obama, seperti dikutip dari USA Today.
Obama juga menyerukan persatuan Amerika Serikat -- yang beragam -- menjadi sebuah bangsa.
"Kita adalah sebuah bangsa dengan agama Kristen, Muslim, Yahudi dan Hindu -- juga ateis. Kita adalah irisan setiap bahasa dan budaya, gambaran dari setiap akhir Bumi...," kata Obama.
Obama meyakini, Amerika harus memainkan peran dalam sebuah era perdamaian.
Selanjutnya, dalam delapan tahun era pemerintahannya, sejumlah hal dilakukan Obama untuk menjembatani perbedaan -- juga prasangka -- khususnya terhadap umat Islam. Berikut empat di antaranya:
1. Mengutip Alquran
Sejak kali pertama menjabat, Obama memperlakukan 1,5 miliar warga muslim dunia dengan rasa hormat. Ia menjauhi retorika penuh konfrontasi dari pendahulunya George W. Bush -- juga penerusnya Donald Trump.
Pada Kamis 4 Juni 2009, Obama menyampaikan pidato di Universitas Kairo, Mesir.
Obama mengucap 'Assalamualaikum' yang disambut hangat mereka yang datang. Ia juga mengutip ayat suci Alquran.
"Saya datang ke sini untuk melihat sebuah era baru antara AS dan Muslim di seluruh dunia, berdasarkan kepentingan bersama dan saling menghormati. Berdasarkan fakta bahwa Amerika dan Islam tidak eksklusif, dan tak perlu berkompetisi," kata Obama seperti dikutip dari Al Arabiya.
Obama menyampaikan sejumlah isu, dari hak-hak perempuan hingga pembangunan ekonomi. Ia juga bicara tentang keterkaitan pribadinya dengan Islam, peran Islam dalam sejarah AS, dan menegaskan bahwa Amerika tak berperang dengan Islam.
"Islam adalah bagian dari Amerika," kata Obama, mengajak muslim membantu AS melawan ekstremisme.
Terkait konflik Palestina-Israel, Obama menggambarkan ikatan bangsanya dengan Israel yang "tak tergoyahkan" dan berbicara tentang tahun-tahun penderitaan dan penganiayaan orang-orang Yahudi pada masa lalu.
Namun, suami Michelle Obama itu juga mengakui penderitaan warga Palestina, selama lebih dari 60 tahun.
"Amerika tidak akan bersikap tidak acuh terhadap aspirasi Palestina yang sah, atas martabat, kesempatan, dan (pendirian) sebuah negara mereka sendiri," kata dia, seraya mendukung solusi dua negara (two states solution) dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel.
Advertisement
2. Bolehkan Muslim Disumpah dengan Alquran
Pada Februari 2016, Presiden Barack Obama menandatangani sebuah perintah eksekutif yang memungkinkan umat Islam untuk bersumpah menggunakan Alquran, bukan Alkibat, sebelum bersaksi di pengadilan.
"Sudah waktunya kita mengakui Muslim dan agama mereka di negara ini, memberikan mereka hal yang sama seperti warga Amerika lainnya," kata Obama, mengutarakan alasannya.
"Tak ada alasan seorang Muslim mengucap sumpah menggunakan kitab yang tak sesuai dengan keyakinan mereka. Kita harus menghormati umat Muslim dan keyakinan mereka. Itulah yang saya lakukan hari ini dengan mengeluarkan perintah eksekutif ini. "
Keputusan Obama disambut baik Khaled Matei, anggota Muslim Brotherhood‘s Freedom and Justice Party.
"Saya bicara dengan Presiden Obama lewat telepon. Secara pribadi saya mengucapkan terima kasih atas apa yang beliau lakukan untuk membantu komunitas Muslim," kata Matei, seperti dikutip dari ABC News.
3. Menentang Pembakaran Alquran
Pada 2010, pemuka agama bernama Terry Jones menggegerkan dunia saat mengkampanyekan 'International Burn a Quran Day' atau 'Hari Pembakaran Al Quran Sedunia' untuk memperingati tragedi 11 September 2001.
Tak hanya umat muslim yang marah dibuatnya, jutaan pemeluk agama lain di seluruh dunia pun mengutuk rencana itu.
Obama pun bertindak. Ia memerintahkan bawahannya untuk menghentikan aksi tersebut.
"Itu akan membahayakan tentara kita...yang rela berkorban untuk menjaga kita tetap aman. Jangan main-main dengan itu," kata Obama, seperti dikutip dari CBS News.
Pada 2012, Obama juga menyampaikan maaf pada pihak Afghanistan atas aksi pembakaran Alquran oleh oknum anggota NATO.
"Kami akan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari terulangnya kejadian tersebut, dengan menghukum mereka yang bertanggung jawab," kata Obama seperti dikutip dari CNN.
Advertisement
4. Menolak Istilah 'Teroris Islam'
Tina Houchins mengajukan sebuah pertanyaan serius untuk Barack Obama, tentang mengapa Presiden Amerika Serikat itu menolak untuk menyebut istilah 'teroris Islam' -- seperti yang digunakan Donald Trump.
"Kehidupan anak saya terenggut dalam aksi terorisme," kata Houchins, ibu dari seorang tentara berpredikat 'Gold Star' -- yang gugur di medan tempur, seperti dikutip dari CNN.
Putranya yang berusia 19 tahun tewas di Irak pada 2007 lalu. "Anda masih yakin bahwa tindakan teroris itu dilakukan atas dasar motif keyakinan agama? Dan jika demikian, mengapa Anda masih menolak untuk menggunakan terminologi...teroris Islam?"
Obama pun memberi penjelasan. Menurutnya, hal itu adalah isu yang 'dibuat-buat'.
"Tak ada keraguan, dan saya telah mengucapkannya berulang kali, ketika kita melihat organisasi teroris seperti Al Qaeda atau ISIL (ISIS) -- mereka memiliki pandangan sesat dan menyimpang, yang mencoba mengklaim secara sepihak ajaran Islam demi membenarkan tindakan mereka yang pada dasarnya barbar dan kematian yang disebabkannya," kata Obama dalam town hall meeting dengan anggota dan keluarga militer di Pangkalan Fort Lee di Virginia.
"Orang-orang jahat itu yang membunuh anak-anak, membunuh umat Muslim, menjadikan (para perempuan) sebagai budak seks, tak ada ajaran apapun yang membenarkan apa yang telah mereka lakukan," kata Obama.
Pria keturunan Afrika pertama yang jadi Presiden AS itu menambahkan, itu mengapa ia berhati-hati memilih terminologi dalam masalah sensitif seperti itu.
"Untuk memastikan agar tidak menyamakan para pembunuh itu dengan jutaan Muslim yang ada di seluruh dunia, termasuk di negara ini -- yang damai, yang bertanggung jawab...yang di negara ini mengabdi sebagai tentara, anggota polisi, pemadam kebakaran, guru, menjadi tetangga dan teman-teman kita," kata Obama.
Pria berdarah Kenya itu membuat perbandingan dengan aksi oknum penganut Kristen yang membunuh dan mengatasnamakan agama dalam aksinya.
"Jika ada kelompok yang membunuh orang-orang dan mengatakan, 'kami adalah garda depan Kekristenan', sebagai umat Kristiani, saya tak akan membiarkan mereka mengklaim agama yang saya anut dan mengaku membunuh atas nama Kristus."Â