Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda menyayangkan sikap presiden baru Amerika Serikat Donald Trump yang bersikeras ingin memindahkan kedutaan negaranya di Israel. Rencananya AS akan menempatkan pusat perwakilannya di Yerusalem.
Menurut Hassan, pemindahan dari Tel Aviv ke Yerusalem bukan langkah tepat. AS pun akan semakin terlihat tidak netral dalam sengketa Israel-Palestina.
"Dibandingkan dengan masa Obama yang lebih simpatik, kita bayangkan dalam waktu dekat PM Israel akan berkunjung ke Washington," ucap Hassan di gedung CSIS, Jumat (27/7/2017).
Advertisement
"Dengan kata lain, penyelesaian akan jadi lebih sulit karena AS akan lebih berpihak pada satu pihak Israel," ucap dia.
Baca Juga
Hassan menambahkan, masalah Palestina-Israel akan semakin sulit menemukan jalan keluar juga disebabkan tidak berjalannya dialog.
Bahkan kuartet AS, Rusia, PBB dan Uni Eropa yang diharapkan bisa jadi perantara perdamaian, dijelaskan Hassan, sama sekali mengecewakan.
Pernyataan ini, ditegaskan Hassan, didasari fakta yang sangat jelas. Pasalnya, semenjak didirikan tidak ada kebijakan penting yang dapat dihasilkan kuartet.
"Kuartet sudah mati, is dead," ucap Hassan.
"Itu kan informal saja prosesnya, bukan pembentukan apa pun secara formal. Selama berapa tahun, 20 setelah perjanjian Oslo enggak pernah ada keberhasilan apa-apa," kata dia.