Mantan Menlu RI: AS Era Donald Trump Lebih Berpihak ke Israel

Rencana Donald Trump pindahkan Kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem dinilai akan mempersulit upaya perundingan Israel-Palestina.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 27 Jan 2017, 17:05 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2017, 17:05 WIB
20170121- Pidato Donald Trump -AFP Photo
Donald Trump mendapat tempat untuk memberi pidato perdana sebagai Presiden AS di Capitol Hill, Washington DC, AS, Jumat (20/1). Dalam pidatonya, Trump meyakinkan warga Amerika bahwa dirinya tidak akan mengecewakan warga Amerika. (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Luar Negeri Hasan Wirajuda menyayangkan sikap presiden baru Amerika Serikat  Donald Trump yang bersikeras ingin memindahkan kedutaan negaranya di Israel. Rencananya AS akan menempatkan pusat perwakilannya di Yerusalem.

Menurut Hassan, pemindahan dari Tel Aviv ke Yerusalem bukan langkah tepat. AS pun akan semakin terlihat tidak netral dalam sengketa Israel-Palestina.

"Dibandingkan dengan masa Obama yang lebih simpatik, kita bayangkan dalam waktu dekat PM Israel akan berkunjung ke Washington," ucap Hassan di gedung CSIS, Jumat (27/7/2017).

"Dengan kata lain, penyelesaian akan jadi lebih sulit karena AS akan lebih berpihak pada satu pihak Israel," ucap dia.

Hassan menambahkan, masalah Palestina-Israel akan semakin sulit menemukan jalan keluar juga disebabkan tidak berjalannya dialog.

Bahkan kuartet AS, Rusia, PBB dan Uni Eropa yang diharapkan bisa jadi perantara perdamaian, dijelaskan Hassan, sama sekali mengecewakan.

Pernyataan ini, ditegaskan Hassan, didasari fakta yang sangat jelas. Pasalnya, semenjak didirikan tidak ada kebijakan penting yang dapat dihasilkan kuartet.

"Kuartet sudah mati, is dead," ucap Hassan.

"Itu kan informal saja prosesnya, bukan pembentukan apa pun secara formal. Selama berapa tahun, 20 setelah perjanjian Oslo enggak pernah ada keberhasilan apa-apa," kata dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya