Meksiko Tuntut PM Israel Minta Maaf atas Kicauannya di Twitter

Meksiko berharap PM Israel segera minta maaf atas pernyataannya yang mendukung kebijakan Presiden Trump.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 31 Jan 2017, 14:00 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2017, 14:00 WIB
PM Israel Puji Trump untuk Bangun Tembok di Perbatasan AS-Meksiko
PM Israel Puji Trump untuk Bangun Tembok di Perbatasan AS-Meksiko (Twitter)

Liputan6.com, Mexico City - Dukungan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu atas kebijakan Presiden Donald Trump untuk membangun tembok di sepanjang perbatasan Amerika Serikat-Meksiko memicu reaksi keras dari pemerintah Meksiko dan komunitas Yahudi negara itu.

Kementerian Luar Negeri Meksiko dalam pernyataannya mengungkapkan, sangat terkejut, menolak, dan kecewa dengan pernyataan Netanyahu di media sosial Twitter.

"Meksiko adalah teman Israel dan seharusnya diperlakukan selayaknya oleh Perdana Menteri (Netanyahu)," demikian pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri Meksiko seperti dikutip dari The Guardian, Selasa, (31/1/2017).

Pada Senin waktu setempat, Menteri Luar Negeri Luis Videgaray mengatakan kepada Televisa, Meksiko mengharapkan klarifikasi atas pernyataan Netanyahu.

"Menurut saya sebuah permintaan maaf akan menjadi langkah tepat dalam kasus ini," kata Menlu Videgaray.

Sejumlah kelompok Yahudi, termasuk Komite Pusat Komunitas Yahudi di Meksiko pun mengeluarkan pernyataan bersama yang tegas menolak pernyataan Netanyahu. Tak ketinggalan, beberapa tokoh Meksiko yang juga penganut Yahudi turut mengkritik pemimpin Israel itu melalui Twitter.

"Sebagai Yahudi Meksiko, cucu dari imigran, saya malu dengan cuitan Netanyahu," tulis Leon Krauze, seorang akademisi dan penulis yang disegani.

Presiden Enrique Pena Nieto telah bereaksi menanggapi perintah eksekutif Trump, terlebih setelah orang nomor satu di AS itu bersikeras meminta Meksiko untuk membiayai pembangunan tembok perbatasan itu. Pena Nieto menegaskan, tidak akan mendanai sepeser pun kebijakan Trump. Tak lama, ia pun membatalkan kunjungannya ke Gedung Putih.

Kicauan Kontroversial Netanyahu

PM Netanyahu pada Sabtu malam lalu berkomentar positif soal perintah eksekutif Trump untuk membangun tembok perbatasan AS-Meksiko sepanjang 3.200 kilometer. Ia memuji kebijakan tersebut.

"Presiden Trump benar. Saya membangun sebuah tembok di sepanjang perbatasan selatan Israel. Itu menghentikan imigrasi ilegal. Sukses besar. Ide bagus," kicau PM Israel itu melalui akun @netanyahu.

Yang dimaksud Netanyahu adalah tembok baja yang dibangun Israel di sepanjang perbatasannya dengan Mesir. Itu bertujuan untuk mencegah masuknya migran dari Afrika.

Israel juga telah membangun tembok di sepanjang perbatasannya dengan Tepi Barat di mana hal ini telah menuai kecaman dari publik internasional.

Menanggapi reaksi keras atas cuitan Netanyahu tersebut, seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Emmanuel Nahason mengatakan, PM Israel itu hanya mengacu pada pengalaman negaranya soal pengamanan khusus. Menurut Nahason, Netanyahu tidak bermaksud untuk mengomentari hubungan AS-Meksiko.

Sementara itu, Dan Shapiro, yang menjabat sebagai duta besar AS untuk Israel pada pemerintahan Barack Obama mengatakan, pernyataan Netanyahu itu didorong oleh komitmen Trump untuk memindahkan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

"Sulit untuk menjelaskan intervensi ini yang tengah hangat diperdebatkan di ranah politik domestik AS. Kecuali dukungan ini merupakan permintaan Trump...," cuit Shapiro yang hingga kini masih berada di Israel.

Politisi dari pihak oposisi yang juga mantan menteri keuangan Israel, Yair Lapid mengatakan, pernyataan Netanyahu tersebut merupakan sebuah deklarasi perang.

"Itu merupakan deklarasi perang terhadap Meksiko dan Hispanik serta perpecahan dengan Partai Demokrat (termasuk mayoritas Yahudi AS). Bukan masalah apa pendapat kita tentang tembok itu, apakah kita tidak punya urusan yang lebih penting?," ujar Lapid.

Populasi Yahudi di Meksiko diperkirakan sekitar 50.000 orang dengan seperempat dari mereka tinggal di ibu kota negara itu. Di Amerika Latin sendiri, setidaknya terdapat setengah juta orang Yahudi di mana komunitas terbesarnya ada di Argentina dan Brasil.

Menurut laporan surat kabar Israel, Haaretz, Menteri Dalam Negeri Israel, Arye Dery yang juga pendiri Partai Shas mendesak agak Netanyahu segera melontarkan permintaan maaf atas pernyataannya.

"Apa yang telah Anda ciptakan adalah kekacauan, baik dengan pemerintah Meksiko mau pun komunitas Yahudi di sini," tegas Dery.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya