Liputan6.com, New York - Afrodisiak sudah dipakai sejak jaman purba karena dipercaya dapat meningkatkan libido, nafsu, atau bahkan kesuburan. Ada beberapa yang disebut-sebut sebagai afrodisiak, misalnya tiram, sampanye, cabai, dan cokelat.
Tapi, apakah makanan dan minuman itu benar-benar mujarab?
Banyak makanan dipercaya sebagai afrodisiak, tapi ternyata hanya memiliki terbukti anekdot atau subyektif terkait dengan makanan itu, sehingga dampak pemakaiannya sukar dibuktikan secara ilmiah.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari CNBC pada Jumat (17/2/2017), seorang ahli seksologi bernama Megan Stubs menjelaskan melalui surel, "Untuk menjadi afrodisiak sesungguhnya, suatu zat harus menimbulkan dorongan seksual."
"Itu semua subyektif. Kekuatan anjuran (suggestion) menjadi motivator kuat bagi dorongan seksual dan dampak plasebo pun ikut andil."
Namun demikian, banyak makanan yang "bermanfaat bagi kebugaran seksual" dan banyak makanan yang diduga sebgai afrodisiak "memiliki manfaat kesehatan yang bisa mendukung dorongan seksual yang sehat. Demikian menurut Stubbs.
Misalnya, tiram mengandung mineral seng (zinc) yang telah terbukti meningkatkan "kemampuan seksual" pada tikus jantan dan dijuluki "mineral utama seks". Seng juga memiliki reputasi meningkatkan kesuburan. Stubbs menambahkan bahwa bentuk tiram dimirip-miripkan dengan vagina.
Makanan lain, semisal stroberi, mungkin tampak seperti hati berukuran kecil dan dimakan secara romantis. Jika dicampur dengan pisang, mentimun, dan avokado, campurannya bisa saja menjadi afrodisiak hanya berdasarkan bentuk-bentuk makanan itu.
Steve McGough, yang memiliki gelar doktor bidang seksualitas manusia, tidak yakin bahwa afrodisiak memang benar-benar ada.
Pria yang juga profesor madya di Institute for Advanced Study of Human Sexuality melihat tidak ada bukti klinis dari badan Food and Drug Administration (FDA) yang membuktikan afrodisiak memang mujarab. Sebaliknya, tidak ada bukti bahwa afrodisiak tidak mujarab.
Walaupun tidak ada bukti nyata bahwa makanan sejenis stroberi dan tiram memang benar meningkatkan libido, McGough menegaskan melalui surel bahwa pikiran-pikiran tentang makanan seksi itulah yang dapat meningkatkan libido karena dampak plasebo.
Bagaimana Dengan Cokelat?
Cokelat mungkin bisa menjadi pengecualian. Menurut Stubbs, "Cokelat mengandung zat feniletilamin, yang memang ada secara alamiah dan menjadi peningkat mood. Bangsa Aztec Kuno sangat mempercayai kekuatan afrodisiaknya."
Nah, mood yang meningkat itulah yang membantu seseorang jatuh cinta.
McGough mengatakan, "Walaupun tidak ada bukti bahwa cokelat meningkatkan dorongan seks, beberapa penelitian menunjukkan bahwa cokelat dapat memperbaiki mood."
"Masih terjadi perdebatan mengenai caranya ini terjadi dan beberapa penelitian menengarai bahwa hal itu lebih karena rasanya, dan bukan karena zat yang ada dalam cokelat."
Walaupun demikian, sejumlah zat dalam cokelat semisal PEA, triptofan, dan teobromin memang dikaitkan dengan perasaan enak dan mungkin mujarab juga pada rasa tertarik kepada seseorang atau sesuatu.
Bukan hanya itu, cokelat memiliki rasa yang enak, membuat orang senang, dan menjadi hadiah yang menarik sehingga mudah saja cokelat mujarab semata-mata sebagai afrodisiak secara psikologis.
Lagi-lagi, tidak ada ilmu pengetahuan yang mendukung afrodisiak sebagai sesuatu yang terbukti ilmiah. Tapi sejumlah pihak mengatakan zat-zat itu menjadi katalis untuk mood, seperti halnya dampak plasebo dikombinasikan dengan makan malam romantis.
Advertisement
Jadi, Apakah Afordisiak Nyata?
Amy Reiley, penulis buku "Fork Me, Spoon Me" dan "Romancing the Stove" sekaligus pakar gastronomi di Cordon Bleu, memiliki pandangan lain tentang afrodisiak.
"Ya, memang mujarab, tergantung tujuan orang dengan penggunaannya," kata Reiley.
Baginya, afrodisiak lebih dari sekedar makanan yang meningkatkan kadar hormon seks, tapi kategori lebih kompleks makanan yang dapat dipergunakan secara efektif dan romantis.
"Orang bisa menggunakannya untuk meningkatkan atau menjaga libido yang sehat, untuk menggoda seseorang, untuk mendapatkan akhir pekan yang romantis, atau terhubung kembali dengan seseorang yang penting bagi kita…orang bisa menggunakannya dalam beragam cara."
Sebagian kemanjurannya, menurut Reiley, terkait dengan psikologi, walaupun tidak ada penelitian berkesimpulan yang membenarkan ini. Katanya, "Kita anggap bahwa apa yang kita ketahui tentang kekuatan rayuan dan sensualitas suatu makanan dapat membantu."
Menurutnya, sesuatu dengan rasa lezat di mulut dan makanan yang menarik secara tekstur dapat "memicu rasa dengan cara yang tepat."
Bagi pencinta makanan pedas, Reiley menganjurkan cabai yang memiliki dampak langsung. "Cabai adalah makanan godaan yang hebat karena membuat lidah menggelenyar dan, kalau dimakan secukupnya, dapat memicu endorfin."
Cabai juga bisa menyebabkan rona pipi, menebalkan bibir, dan meningkatkan panas tubuh.
Ada lagi afrodisiak yang kurang terkenal, yaitu kopi. Jika mengharapkan makan malam romantic bergerak dari meja makan ke kamar tidur, Reiley menganjurkan menutup sajian dengan secangkir kopi atau espresso.
"Bukan hanya memberikan sedikit energi setelah makan malam, tapi kopi juga meningkatkan mood," katanya. Jika tergoda memesan dessert, Reiley menganjurkan affogato yang manis, berkafein, dan tidak terlalu enek.